The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

hariankomentar


hariankomentar, 27 April 2004

Warga Ambon mulai mengungsi Sudah 22 Orang Tewas, 200 Rumah Dibakar

Korban tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Ambon, Minggu (25/04) lalu, telah mencapai 22 orang sampai Senin kemarin (26/04). Informasi ini disampaikan petugas medis di rumah sakit seperti dirangkum AP. Sedangkan, rumah yang dibakar berjumlah 200 unit, termasuk hotel dan gereja. Akibat suasana mencekam ini, banyak warga Ambon yang mulai mengungsi lagi, keluar dari Kota Ambon.

Pemimpin RS Al-Fattah, Rivai Ambon menyatakan, 15 di antara korban, tewas setelah berada di rumah sakit, pada hari Minggu, sementara sisanya meninggal Senin kemarin. Hingga kini, pihak rumah sakit masih merawat sekitar 60 orang lainnya, sehingga tidak tertutup kemungkinan korban tewas akan bertambah.

Sementara, dari pihak Palang Merah Indonesia Cabang Maluku, melalui salah satu petugasnya, Tikauli, ketika mengunjungi Rumah Sakit (RS) Bakti Rahayu menemukan, lima orang telah tewas sejak mereka dibawa ke RS tersebut, Minggu lalu. Dan satu orang lagi korban luka tembakan telah masuk RS kemarin.

Di tempat terpisah, seorang suster di RS Haulussy mengatakan, tidak ada penambahan jumlah korban meninggal di rumah sakit tersebut, selain dua orang yang meninggal karena luka tembakan pada hari Minggu lalu. Sedangkan satunya meninggal karena serangan jantung. Namun, kemarin, mereka kedata-ngan tiga pasien lainnya, dan satu di antaranya mengalami luka yang cukup serius.

Kepala Polisi Propinsi Maluku, Bambang Sutrisno, mengung-kapkan 121 orang mengalami cedera serius dalam tragedi tersebut. Se-mentara, gedung yang terbakar di antaranya gedung PBB, sebuah ho-tel, dan gereja. Sedangkan pen-duduk yang dimintai keterangan, mengatakan, kondisi kota tampak lebih sunyi, Senin kemarin, setelah hari sebelumnya dipenuhi suara ledakan dan letusan senapan. Namun, sekitar pukul 13.30 waktu setempat kemarin, masih terdengar beberapa ledakan dan suara se-napan, terutama di daerah Tanah Lapang Kecil, yang berhadapan langsung dengan kawasan Teluk Ambon. Daerah bagian barat daya Kota Ambon ini, dihuni penduduk campuran, baik itu yang beragama Islam maupun Kristen.

Sementara, dari Universitas Kristen Indonesia di Ambon juga masih terdengar ledakan. Menurut saksi mata, sejumlah penduduk terlihat telah meninggalkan daerah tersebut dan mengungsi ke daerah lainnya yang lebih aman. Dengan jalan-jalan raya dipenuhi dengan barikade-barikade, sempat menyu-litkan proses pengungsian pendu-duk, sehingga banyak di antara mere-ka menggunakan sepeda motor, dan sisanya rela menanjaki bukit-bukit terjal di daerah sekitar.

"Kami serasa kembali ke kondisi semula ketika konflik ini pertama kali timbul di tahun 1999 lalu. Umat Kristiani tetap mempertahankan daerahnya dan demikian halnya juga umat Muslim," ujar Olin Tutamahu, seorang pekerja di gedung PBB yang saat ini sedang direnovasi.

Sementara itu, dilaporkan juga oleh AFP, sejumlah penduduk yang masing-masing beragama Islam dan Kristen, mulai saling mempersen-jatai diri mereka dengan tombak dan alat-alat lainnya, berdiri menjaga daerahnya kekuasaannya masing-masing. Wartawan juga menyebut-kan, telah terjadi kebakaran di lima daerah yang berbeda, termasuk dua daerah penampungan pengungsi di Airmata Cina dan Tawake. Tentara dan polisi telah mengerahkan semua personelnya bersiap di daerah per-batasan antara daerah berpen-duduk Kristiani dan Muslim, namun hanya menyebabkan pengawasan untuk beberapa daerah lainnya menjadi terbengkalai.

Untuk itu, dikirimlah sejumlah 200 pasukan bala bantuan dari Jakarta pada hari Senin pagi. Dan menurut keterangan Kapolda Bambang Su-trisno, 200 bala bantuan lainnya akan didatangkan lagi.

Dari pihak militer, melalui juru bi-caranya, Mayor Paiman, mengata-kan bahwa tiga batalyon pasukan militer yang ada di Ambon telah ber-siaga penuh. "Situasi sekarang lebih tenang. Di beberapa tempat, asap masih banyak mengepul, terutama di daerah perbatasan. Tapi sudah jarang sekali terdengar suara letusan senapan," ungkap Paiman seperti dikutip AFP.

Sementara itu, Pemerintah me-negaskan, rusuh yang terjadi di Ambon bukan konflik agama. Demikian disampaikan Menko Polkam Ad Interim Hari Sabarno dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (26/04).

"Ini bukan konflik antaragama, tetapi bentrokan antara kegiatan seremoni RMS dengan massa NKRI. Situasi masih agak tegang karena masyarakat yang setia pada NKRI masih berjaga-jaga dan pendukung RMS masih siaga," kata Hari.

"Kami beserta seluruh jajaran Pol-kam, Kesra dan Ekonomi baru saja mengadakan teleconference dengan pejabat di Maluku baik Gubernur, Kapolda, Pangdam Ketua DPRD dan tokoh agama yang melaporkan kejadian yang terjadi sebelum tanggal 25 April hingga hari ini," ungkapnya.

Dikatakan dia, dari laporan di lapa-ngan peringatan ulang tahun RMS ke-25 Minggu (25/04), telah diantisi-pasi oleh aparatur kepolisian TNI dan pemda sehingga telah disita 52 ben-dera RMS yang diturunkan termasuk, menangkap delapan tersangka.(afp/dtc*)
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/nunusaku
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044