JAWA POS, Rabu, 28 Apr 2004
Senjata Sniper Lebih Canggih
Dua Polisi Jadi Korban di Ambon
AMBON - Hari ketiga konflik antarmassa di Ambon makin berbahaya. Kemarin dua
anggota Brimob BKO yang baru betugas di kota bergolak itu ditembak sniper
(penembak jitu) di Jalan Dr Sitanala, Waringin, pusat kota Ambon. Satu di antaranya
tewas seketika dengan kondisi mengenaskan. Satu polisi lainnya terluka parah dan
masih dirawat intensif di RS Polda Maluku.
Aparat yang menjadi korban tewas adalah Bharatu Lalu Safrudin, sedangkan yang
kondisinya kritis Bharatu Alfian. Selain korban ****tiga pasukan elite polisi itu, tercatat
tiga warga sipil tewas dan 18 lainnya terluka oleh sniper di lokasi yang sama.
Wartawan koran ini meliput langsung aksi baku tembak di kawasan Waringin yang
berlangsung sejak pagi tersebut. Baku tembak antara anggota Brimob BKO dan para
sniper yang diduga merupakan kaki tangan kelompok RMS berlangsung seru. Dalam
aksi tersebut para sniper lebih diuntungkan karena mereka menembak sambil
bersembunyi dari ketinggian.
Para polisi makin kewalahan karena senjata lawan juga tergolong canggih. Ini diakui
sejumlah anggota Brimob yang baru datang dari markas Resimen Kelapa Dua itu.
"Senjata sniper ini lebih canggih daripada senjata kita yang ada saat ini," aku salah
satu Danton Brimob BKO.
Menurut dia, kecanggihan senjata para sniper membuat aparat Brimob kesulitan
mengepung salah satu bangunan bertingkat yang diduga sebagai tempat kubu para
sniper tersebut.
Meski begitu, kata dia, upaya menyergap mereka terus dilakukan dengan menambah
kekuatan pasukan di Waringin. Hingga berita ini diturunkan tadi malam, letusan
senjata dan dentuman masih terdengar menyalak satu dua kali.
Karena kerepotan melawan tembakan sniper, banyak polisi yang berlindung di balik
dinding rumah warga. Pada saat yang sama kelompok NKRI juga bersiaga
menggunakan berbagai macam senjata. Baik polisi maupun kelompok NKRI ini
sama-sama menjadi incaran para sniper.
Warga sendiri berupaya menangkal aksi para sniper tersebut. Mereka sempat
memergoki dua penembak berpakaian hitam-hitam menenteng senjata yang
dilengkapi teleskop. Namun, mereka lolos saat dikejar warga. Bahkan, keduanya
meledakkan bom api dan menyebabkan salah satu rumah warga terbakar.
Korban luka akibat tembakan gelap memang banyak sebelumnya. Posko Keadilan
Peduli Umat (PKPU) di Ambon yang berlokasi di Masjid Al Fatah menyatakan sudah
merawat 50 korban. Lima di antaranya mengalami luka tembak parah di kepala.
Enam orang lainnya ditembak di dada yang tembus ke belakang. Sisanya luka di
tangan dan kaki serta anggota tubuh lainnya.
Kerusuhan kemarin juga terjadi di tempat lain. Bahkan, sasaran kelompok massa
tidak lagi mengenal usia atau kondisi korban. Di Pelabuhan Yos Soedarso, Ambon,
misalnya, sekelompok orang melukai penumpang KM Dorolonda yang baru tiba,
termasuk delapan orang anak dan dua wanita hamil.
Serangan terjadi Senin malam, saat para penumpang dievakuasi ke Mapolda Ambon.
Massa yang membawa senjata tajam tiba-tiba menghadang truk yang mengangkut
para penumpang kapal. Melihat itu, polisi mengeluarkan tembakan peringatan untuk
menghalau kelompok massa yang semakin beringas. Meski begitu, massa terus
mengamuk dan melukai beberapa penumpang di atas truk.
Hingga tadi malam, masih terlihat konsentrasi massa di beberapa tempat, terutama di
Talake-Waringin. Juga masih terdengar rentetan tembakan, dentuman bom, dan
gumpalan asap kendati intensitasnya agak menurun. Hingga berita ini naik cetak,
belum diketahui jumlah rumah yang hangus terbakar akibat bentrokan massa kemarin
siang.
Sementara itu, jenazah Bharatu Lalu Safrudin siang kemarin langsung diterbangkan
ke Jakarta. Sebelumnya, dilakukan upacara penghormatan di Aula Dharma, Polda
Maluku, yang dipimpin oleh Kapolda Brigjen Polisi Bambang Sutrisno.
Upacara tersebut dihadiri Gubernur Maluku Karel Alberth Ralahalu, Pangdam
XVI/Pattimura Mayjen TNI Syarifudin Sumah, beberapa perwira Polda Maluku, serta
anggota Resimen Brimob Kelapa Dua Jakarta.
Dalam sambutannya, Kapolda mengatakan, kematian merupakan risiko yang harus
diterima oleh setiap anggota Polri yang bertugas di lapangan. "Ini adalah bagian dari
sumbangsih kepada bangsa dan negara," katanya. Kapolda menyampaikan
belasungkawa kepada keluarga almarhum Bharatu Lalu Safrudin.
Korban warga sipil dalam insiden yang sama sejak Senin hingga pukul 20.00 WIT tadi
malam bertambah 30 orang, lima di antaranya meninggal. Jumlah korban yang
dirawat di RS Al Fatah sejak Minggu 25 April hingga Selasa (27/4) tadi malam 118
orang, 24 di antaranya meninggal.
Berdasar data Polda Maluku, korban yang dirawat di enam rumah sakit di Ambon
sejak Minggu hingga Selasa berjumlah 150 orang, 22 di antaranya meninggal.
Pernyataan Uskup
Selain itu, Kapolda Bambang Sutrisno menyebutkan bahwa anggotanya menangkap
Pendeta Sehertian. Pendeta yang pernah mengajak golput pada Pemilu 2004 itu
ditangkap karena terindikasi bersama pemuda Siwalima Maluku kembali
menyebarkan provokasi di kota Ambon.
"Tadi (kemarin) siang pukul 13.00 WIT, Pendeta Sahertian diamankan di Polda
Maluku. Dia ditangkap karena menyebarkan selebaran untuk mengacaukan situasi
keamanan di Ambon," beber Kapolda siang kemarin.
Sementara itu, Uskup Amboina P.C. Mandagi mengatakan bahwa ada bahaya yang
sengaja dibuat orang-orang tertentu dengan memprovokasi memecah belah aparat
keamanan. Karena itu, dia minta aparat harus jeli melihat persoalan tersebut. "Kita
harus bijaksana, aparat keamanan yang sengaja memihak harus dihukum," kata
Mandagi.
Dia tidak setuju kepada pihak-pihak yang sengaja mengembuskan bahwa orang
Kristen adalah RMS. Sebab, orang yang terlibat RMS adalah sebagian kecil
kelompok saja. "Biarlah aparat keamanan yang menangani mereka sesuai dengan
prosedur hukum yang berlaku di negara ini," katanya.
Dia menambahkan, ada kelompok yang menamakan diri pembela NKRI. "Kita semua
ini pembela NKRI. Saya juga. Tetapi, jangan sampai bakar sekolah, bakar universitas.
Itu mereka sendiri yang menghancurkan Indonesia. Saya malu punya teman
Indonesia bakar sekolah, masjid, gereja, atau simbol-simbol agama dan pemerintahan
yang ada," tandasnya blak-blakan.
Uskup juga mengakui bahwa memang ada orang Kristen yang RMS. Tapi, pada
umumnya, semua masyarakat Maluku mau berdamai, baik muslim maupun Kristen.
Hanya, terdapat kelompok pengacau, baik dari Kristen RMS maupun kelompok lain.
Mereka itu harus ditangkap dan diadili sesuai dengan prosedur hukum. "Jangan ada
hukum rimba lagi."
Mandagi juga mengatakan, pertemuan antara muspida, tokoh agama, politik, dan
masyarakat sangat positif. Terutama adanya kesepakatan untuk menghentikan
konflik.
Pengurus Besar Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) meminta
pertanggungjawaban Ketua FKM-RMS Alexander Hermanus Manuputty dan Sekjen
FKM-RMS Moses Tuanakotta berkaitan dengan konflik Ambon yang terjadi pada 25
April lalu. Mereka juga menyatakan penyesalannya atas kelonggaran pihak kepolisian
mengawal arak-arakan simpatisan FKM-RMS.
Demikian pernyataan AMGPM yang disampaikan salah seorang Ketua PB AMGPM
Agus Rarsina. "Manuputty dan Moses harus bertanggung jawab berkaitan dengan
konflik yang terjadi 25 April lalu," tandas Rarsina.
Selain kedua tokoh separatis Maluku itu, PB AMGPM mengecam Wali Kota Ambon
M.J. Papilaja terkait pernyataan yang menganggap enteng HUT RMS. "Kita kini
kembali lagi ke titik nol. Karena itu, aparat keamanan harus bertindak tegas kepada
para pengikut separatis ini. Hukum harus ditegakkan dan mereka mesti dihukum,"
tegas dia. (jpnn)
© 2003, 2004 Jawa Pos dotcom.
|