KOMPAS, Selasa, 27 April 2004
Kota Ambon Mencekam
* Korban Tewas Menjadi 21 Orang
Ambon, Kompas - Suasana Kota Ambon dan sekitarnya hari Senin (26/4) masih
mencekam. Kelompok warga dalam skala besar terlihat terkonsentrasi di beberapa
tempat di kawasan masing-masing. Meskipun demikian, tidak terlihat adanya
mobilisasi aparat keamanan, kecuali aparat Brigade Mobil yang berjaga-jaga di
Monumen Trikora, tempat kerusuhan hari Minggu bermula.
Bunyi ledakan bom dan serentetan tembakan masih menggema silih berganti di
beberapa tempat. Hal itu membuat suasana Kota Ambon semakin mencekam.
Pada hari kedua kerusuhan kemarin di beberapa tempat masih terlihat kepulan asap
tebal yang berasal dari bangunan dan rumah penduduk yang terbakar.
Bentrokan antara pendukung Front Kedaulatan Maluku/Republik Maluku Selatan
(FKM/ RMS) dan penentang RMS atau disebut pendukung Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) kembali terjadi mulai pukul 03.00 WIT.
Bentrokan di Talake, Kota Ambon itu-yang merupakan daerah perbatasan antara
kelompok pendukung FKM/RMS dan penentang RMS-mengakibatkan empat orang
tewas.
Bertambah jam, korban tewas terus berjatuhan sehingga jumlah korban tewas
seluruhnya menjadi 21 orang. Korban luka, yang umumnya luka tembak, bertambah
29 orang lagi sehingga menjadi 68 orang.
Buntut dari bentrokan tersebut, mulai pukul 06.00 WIT di wilayah Talake sejumlah
rumah dibakar dan dirusak sehingga asap membubung tinggi. Umumnya rumah yang
dirusak dan dibakar adalah yang ditinggalkan penghuninya.
Saat itu sejumlah orang masih bersenjata parang dan senjata tajam lainnya. Namun,
menjelang siang, mereka melengkapi diri dengan bom molotov. Sesekali tembakan
aparat keamanan terdengar. Sekitar pukul 14.00 WIT, bentrokan meluas ke Batu
Gantung dan Waringin. Di kawasan ini sejumlah rumah juga hangus.
Atas kejadian yang bermula sejak Minggu siang dan berlanjut Senin kemarin itu,
Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, bersama Kepala Kepolisian Daerah Maluku
Brigadir Jenderal (Pol) Bambang Sutrisno dan Panglima Komando Daerah Militer
Pattimura Mayor Jenderal Syarifuddin Summah, mengadakan konferensi jarak jauh
dengan Menko Polkam ad interim Hari Sabarno yang berada di Jakarta.
"Sweeping"
Pada hari Senin petang konsentrasi massa tampak di pelabuhan Ambon di dekat
Masjid Al Fatah. Mereka membakar ban untuk memblokir jalan agar bisa melakukan
sweeping terhadap dua truk penumpang kapal yang baru merapat di pelabuhan
tersebut. Sejumlah warga tampak melengkapi diri dengan pedang.
Massa yang merencanakan sweeping segera dibubarkan aparat keamanan dengan
serentetan tembakan. Massa membubarkan diri, korban luka-luka pun kembali
berjatuhan.
Kemarin, aparat Polda Maluku menahan lagi delapan orang yang diduga pendukung
FKM/RMS. Mereka ditahan karena diduga sebagai pengibar bendera RMS saat
kerusuhan berlangsung hari Minggu lalu. Dengan demikian, sudah ada 31 pendukung
FKM/RMS yang ditahan, termasuk Sekretaris Jenderal FKM/RMS Moses Tuanakota.
Moses Tuanakota yang dihubungi Kompas di tahanan, kemarin, mengaku tidak tahu
siapa yang memulai kerusuhan itu. "Saya kira pemerintah tahu itu, dan mengenai
kejadian kemarin ada yang bermain di air keruh," katanya.
Sementara itu, Crisis Centre Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ambon, Senin,
mengeluarkan pernyataan yang menuding aparat keamanan melakukan pembiaran
terhadap kerusuhan Ambon.
Lembaga ini menilai dengan diizinkannya konvoi massa pendukung FKM/RMS
melintasi Jalan Dr Leimena dan Jalan Sultan Hasanuddin, dengan dikawal aparat
kepolisian, perhatian warga yang tidak puas terhadap aksi tersebut menjadi tersedot.
Apalagi dengan disertai yel-yel dan pekikan-pekikan "merdeka" dan salam perjuangan
RMS, warga yang tidak suka terhadap aksi RMS menjadi semakin marah. HMI
Ambon meminta Kepala Polda Maluku bertanggung jawab atas peristiwa itu.
Bukan konflik agama
"Sampai sekarang (Senin- Red) keadaan di sana masih tegang, tetapi terkendali.
Karena masyarakat yang setia dengan NKRI berjaga-jaga dan yang mendukung RMS
juga bersiaga," kata Hari Sabarno, seraya menandaskan bahwa kelompok yang
kontra terhadap RMS bukan hasil rekayasa siapa pun.
Sebagai langkah antisipasi, TNI akan mengirim tambahan satu batalyon sehingga
akan menjadi dua batalyon jika ditambah dengan satu batalyon yang sudah dikirim
Senin kemarin. Sedangkan Polri akan menambah dua satuan setingkat kompi (SSK),
total menjadi empat SSK, dengan dua SSK yang sudah ada. Disiapkan pula tenaga
medis, seperti dokter, perawat, ahli bedah, dan bantuan obat-obatan.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar menyampaikan ucapan bela sungkawa dan
keprihatinan mendalam atas kerusuhan yang menimbulkan korban jiwa, luka-luka,
maupun kerugian material itu. Sebetulnya, kata Da'i, polisi telah mengantisipasi
dengan menggelar operasi sekitar tanggal-tanggal kegiatan rutin RMS, salah satunya
25 April.
"Dari operasi itu disita 52 bendera RMS. Bendera-bendera itu umumnya berkibar di
daerah yang sulit dijangkau, seperti di bukit dan pohon-pohon," ujarnya.
Mengenai langkah Polri saat ini, Da'i menyatakan pihaknya akan memproses pelaku
separatisme melalui gerakan RMS secara hukum, dan mencegah meluasnya
kekerasan.
Ia menilai meluasnya konflik di Kota Ambon terjadi karena trauma-trauma dan
provokasi. "Kami juga masih menyelidiki senjata-senjata yang digunakan, termasuk
bagaimana sampai ada korban tewas. Bagaimana sampai ada korban pecahan bom
karena ada bom meledak. Korban-korban akan divisum dan dilihat, itu peluru dari
senjata siapa dan dari mana. Masih diselidiki," katanya.
Menyesalkan
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid menyesalkan
tertembaknya seorang pengurus PKS di Kecamatan Nusaniwe, Ambon, hingga tewas
menyusul meluasnya kerusuhan berdarah.
PKS sedang mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kejadian itu
dan segera menentukan sikap serta tuntutan. Hal itu disampaikan Hidayat, Senin,
dalam konferensi pers di Yogyakarta.
Secara terpisah, Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa
Abdurrahman Wahid dan mantan Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla
juga menyesalkan terulangnya kerusuhan berdarah di Ambon.
Berdasarkan informasi yang diterima Hidayat dari pengurus PKS di Ambon, pengurus
PKS yang ditembak mati bernama Abdullah Daeng Matta. Abdullah diduga ditembak
oleh penembak gelap. Namun, Hidayat belum mengetahui bagaimana kronologinya.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Yakobus
Kamarlo Mayongpadang mendesak Menko Polkam dan jajarannya segera
mengantisipasi dampak kerusuhan itu.
Perhatian AS
Kerusuhan di Kota Ambon ternyata juga menjadi perhatian Washington. Dalam travel
notice, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) kemarin menyarankan warga
AS menangguhkan kunjungan ke Ambon. Warga AS yang berada di Ambon juga
diminta mempertimbangkan meninggalkan Kota Ambon. "Deplu AS sungguh-sungguh
menyarankan seluruh warga negara Amerika untuk menunda semua kunjungan ke
Ambon sampai situasi membaik," demikian notice dari Deplu AS.
Notice ini merupakan update dari travel advisory tanggal 19 Maret yang menyatakan
bahwa kekerasan etnis, sektarian, dan separatis dapat mengancam keselamatan
orang di berbagai daerah, termasuk di Maluku. (pep/vin/idr/bur/bsw/ adp/AFP/vik)
Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
|