k e m b a l i
h a l a m a n   d e p a n
b e r i k u t
Timor Loro Sae

Reportase 1999

I
Matahari terbakar
berjelaga pekat,
jejak mesiu masih terdengar.

Sementara
ibu-ibu ke pasar menyandang senapan
anak-anak bermain-main kantongi granat
bapak-bapak memanggul mortir dan bazoka
Karena
diri tak lagi berharga
manusia bukan lagi manusia
tanah tak lagi tanah kita
langit juga bukan lagi langit kita.

II
Kami adalah bagian dari saksi
sebab
kami rasakan bagaimana muka kami diludahi
kami rasakan punggung kami dilecut
kami rasakan tubuh kami disayat
kami rasakan betapa sakitnya leher kami dicekat
dan
kami rasakan telinga kami dilaknat.

III
Kami hanya dapat menjadi cacing
     di dalam tanah, membuat lorong-lorong
     kami menjadi tikus
     di dalam tanah, membangun lorong-lorong
kami menjadikan diri kami sendiri
     penghuni bawah tanah,
     penghuni lorong-lorong
kami mengumpulkan keringat kami sendiri
     dari pori-pori tanah
     dari tulang-tulang menciut
     dari air mata
          ibu-bapak kami.

Kami akan bangkit
     dari bawah tanah kami
karena
luka telah mengebalkan semangat kami
dera telah membatukan tubuh kami
siksa telah menempa otot-otot kami
kami akan datang dengan genderang perang
     dari bawah tanah jiwa kami.

Matahari masih berjelaga
karena manusia membakarnya
jejak mesiu terus mengiang.

Jatinangor, 25 Juni 1993
Iwan Ogan Apriansyah, Pesan Ombak Padjadjaran


Back To Home Page | Visit Paris | Explore GeoCities | Get Your Own Free Homepage