Oleh
:
A. Ajib
Hamzah
ketika
tengah malam kamu memberi salam selamat jalan
dingin
badanku menentang gelap jauh di luar
dalam
kumbangan suara yang sangat kukenal
pembunuhan
yang dipuji dengan apa yang disebut perang
bisikan
doa hatiku yang kudengar menyertaiku
menyematkan
ketakutan dan muak pada tanganku
pada
kemauan yang melawan kemauan tiada perhitungan
sedang
dihadapanku sasaran beratus terpisah dari bumi
air semata,
semata-mata air mata, terpotong-potong di rumah terbakar
membukakan
kesadaran akan perang serta cinta tanah ari
dalam
hutan kota di bawah lembah awan-awan gelap
menyengatkan
doa di atas luka : Tuhanku, akan kemana kami
salam
pada yang tabah di hatiku
menguakkan
kabut
dalam
kelahiran manusia baru
perang
itu keyakinan, perang itu kecintaan
perang
itu semacam harga diri di antara bangsa
melenyap
ke dalam batas-batas kesabaran
perang
itu pernyataan kehormatan serta kehadiran
berdirilah
beserta aku
di depan
tangis anak-anak dan para bunda yang gugur
maka
akan kau kenal nikmat perang
menjanjikan
danau biru yang melimpah di hadapan rumah-rumah
Gelora,(Yogya, 1962)
Th. IV, No. 12
22 Maret 1963
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air