BURUNG KECIL DI RANTING KECIL Oleh :
Asa Jatmiko
(aku menuliskannya ketika hujan deras memandikan bumi) dan terbayang wajahmu dari sini; duduk termangu menatap langit kelabu mengandaikan engkau lagi membayangkan diriku seekor burung kecil beterbangan di bawah hujan mencari cari pohon peneduhan sebab ada yang ingin ia sampaikan sebelum engkau sendiri yang menanyakan
issana, kepada tanah ini saja ia percaya sebab dialah tempat kaki kaki lincah menari dan berlarian meski hanya untuk sampai pada nisan, di kemudian kepada udara ia selalu berdoa untaian kembang yang telah disiapkannya sebelum hujan sampai kepadamu saja aroma wanginya juga kepada air hujan di halaman ini ia berjanji untuk menjadi langit dan bumi memberi dan menerima kasihsayang sebagai anugrah
seekor burung kecil selepas bepergian akhirnya cuma bertengger di ujung ranting kecil dan udara dingin semakin sering meremasi tulang belulang dan tak jauh di hadapan, sebuah rumah dengan nyala lilin di dalam tapi toh ia masih cuma pandangi saja pintu itu ''apakah aku harus mengetuk agar kau bukakan pintu atau akan menunggu saja sampai kau sendiri membukanya untukku?'' katanya diremas keraguan ''paling tidak aku akan mengucapkan 'selamat malam' saja meski sesungguhnya lebih dari.''
Yogyakarta, 2000
Republika Minggu
30 April 2000