ENGKAU LEMPAR BATU, AIR PUN BERPENDARAN Oleh :
Asa Jatmiko
dan kita pun kepingin menuruni bukit itu meski tanah begitu renyah berguguran bagai dua anak ayam, lari-hilang dan muncul lagi dari balik rerimbunan melewati satu dua pohon jati yang mulai ranggas secepat itu waktu bergegas menyeret musim demi musim hingga akhirnya kita sampai di bibir sungai ini sebagai air dan batu kali
engkau melempar batu dan air pun berpendaran sebelum kita duduk dan memperhatikan suara riak riak seperti meneriakkan pertanyaan pertanyaan serupa ''Adam dan Eva tak lagi bercinta mengapa kalian datang membawa wajah mereka?''
kita pun sesungguhnya tak pernah bisa mengerti mengapa kita bertemu saat ini setelah lonceng muara berdentangan setelah sama sama melewati barak barak pengungsian setelah merasa diri, cinta sudah tak ada lagi
engkau melempar batu sebagai air aku pun berpendaran lalu menyatu di dalam keheningan meski kita pun sama sama tak tahu sampai kapan kita bisa mempertahankan
Tepi Sungai Progo, 2000
Republika Minggu
30 April 2000