ODE PRAJURIT TANPA NAMA
Oleh :
Ahmadun Yosi Herfanda
bendera-bendera berkibar di udara
burung-burung bernyanyi di dahan-dahannya
dan orang-orang berteriak ''telah bebas negeri kita"
tapi aku tertatih sendiri
di bawah patung kemerdekaan yang letih
dan tersuruk di bawah mimpi reformasikau pasti tak mengenaliku lagi
seperti dulu, ketika tubuhku terkapar penuh luka
di sudut stasiun jatinegara, setelah sebutir peluru
menghajarku dalam penyerbuan itu
dan negeri yang kacau mengubur riwayatku
dalam sejarah berdebusetengah abad lewat kita melangkah
di tanah merdeka, sejak soekarno-hatta
mengumumkan kebebasan negeri kita
lantas kau dirikan partai-partai
juga kursi-kursi di atasnya
tapi kau kini menjelma konglomerat berdasi
penguasa yang merampas kemerdekaan
rakyat sendirigedung-gedung berjulangan
hotel-hotel berbintang, toko-toko swalayan
jalan-jalan layang, mengembang bersama
korupsi, kolusi, monopoli, manipulasi,
yang membengkakkan perutmu sendiri
sedang aku tetap prajurit tanpa nama
tanpa tanda jasa, tanpa seragam veteran
tanpa kursi jabatan, tanpa gaji bulanan
tanpa tanah peternakan, tanpa rekening siluman
tanpa istri simpananbendera-bendera kini berkibaran lagi
dan sambil bernyanyi ''padamu negeri''
kau bagi-bagi uang hasil korupsi
sedang aku tertatih sendiri
letih dibakar mataharijakarta, agustus 1996
Republika Online, edisi : 22 Agustus 1999