Oleh :
Edy A. Effendy
Nietzshe, Marx dan Freud menyerbu rumahku yang dipenuhi batu-batu.
Nietzshe berdiri di atas mimbar :
Kita telah meninggalkan daratan dan menuju kapal sambil membakar jembatan di belakang rumahmu,
maka nyanyikanlah Requim aeternam deo sambil membangun surau-surau di dalam tubuhmu.aku terkapar ketika Freud menghujani kata-kata :
kekuatan libidomu yang obsesif, ditandai dengan kekuatan seks, telah membakar pikiran dan tindakanmu.
maka rebahlah di dasar laut, bersarang di antara kata-kata dan bahasa yang kau simpan di ujung jarimu.
Marx menoleh, membuka lembaram buku sambil berkata lirih :
kesadaran yang tumbuh dalam rahimmu, tak mampu melipat batu-batu di dalam tubuhmu.
rahimmu telah bernyanyi ribuan tahun, menciumi warna tanah.
seperti Nietzshe, Marx dan Freud,
aku mencari kail memintal tubuhku menjadi tanah mengusung arwah yang tersisa dari jasadku yang patah menjadi batu dan lumut biru,
di kedalaman kuburku.
Maret 1998
* Requim aeternam deo = istirahat kekal bagi Tuhan
dari :
SIRKUIT: Sajak-sajak Edy A. Effendi
Republika, 22 Mar 1998Pengirim : Yono Wardito
Mailing List Gedong Puisi