SUNGSANG
Oleh :
Endang Supriadi
 
 
 
 
 
 
 
Ibu meminta kamar selalu terang.
seperti Jakarta, katanya.
Tapi jangan membuat jembatan diatas lubang.
Ujung-ujungnya lubang juga yang menghadang.
Pergilah seperti angin,seru ayah.
Kemana angin bertiup sejuknya selalu terasa
Meski seorang nakhoda krang menghendaki

Lebih baik tanganmu pendek tapi ulurannya sampai ke rumah.
Ketimbang tanganmu panjang namun tak sampai kehalaman.
Bahkan riskan ditebas pedang,ujar ibu.
Bicara seharum bunga,melangkah selincah kijang,
menolak sehalus bulu tupai,
menghitung hari sesabar usiamu berjalan,
bisik ayah pukul 5 pagi

Lalu aku menelan kata mutiara mereka dengan hati bergetar.
Di tingkah polusi kehidupan yang menyiram pikiranku,
suara-suara itu berulang-ulang terjaga ditelinga.
Ibu di kanan, ayah di kiri.
Mereka ingin aku tetap berada di jalan yang mereka bangun
dengan kata-kata bijak.
Tetapi garis lain telah mengarahkan langkahku ke jalan seorang bajingan !
 

  Jakarta,1998/1999.

Republika Minggu, 19 September 1999
 
 

Mailing List Penyair
Pengirim Yono wardito
 
 
 
 

 Sajak-sajaknya yang Lain
 Penyair-penyair Lain