Oleh :
Fauzi Absal
sehabis badai reda, gerimis seperti menumbuhkan
doa-doa, seperti asap putih
memuliakan pucuk-pucuk
cemara. juni yang memutih, mencemerlangkan pataka
pemukiman perkampungan harapan dengan penduduk
yang dimasak oleh hentakan-hentakan terhadap
ketdakjelasan, dan pintu-pintu baru dengan
tulisan darurat : mendukung reformasidan agustus meski bendera mungkin memucat. namun
bahwa selalu ada kesempatan bagi hitam putihnya tonil
untuk memulai suatu keberangkatan kembali. melewati
atau menyelinap lorong-lorong baru yang diciptakanNya
menembus kegamangan yang berkerdip-kerdip di antara
berjuta-juta biji mata yang harus menelan asap
kecongkakan. bahwa kita harus menuju sebuah tempat
suatu keadaan dengan bangunan-bangunan yang tak
menyakiti perasaan. guna mengarungi gairah putih
memendam sirnakan gairah hitam bagi kemanusiaanmu
kemanusiaanku yang menjalankan pemanasan global
hingga terbakarnya kota-kota dan hutan-hutan
karena ketidak-terkendalian sesuatu yang selama ini
tersumbatbahwa ada yang mengharuskan kita berangkat kembali
berbekalkan bentangan langit hamparan samudera dan
keteguhan gunung serta udara emas keunguan lambang
cinta kasihNya. serta kewaspadaan terhadap permukaan
yang mudah pecah berantakan
Yogyakarta, 1998
Republika, 22 November 1998