HAL TAK PENTING
Oleh :
Gus tf Sakai
 
 
 
 
 

Kami tidur setiap malam seperti kami bangun setiap pagi.
Apa yang bisa kami makan hari ini?
Kentang, tomat, daging, kiriman roti dari Bakery.
Semur, opor, sup, sangat cocok dengan nasi.
Ada juga keripik ikan pari, cemilan kami setiap kali duduk di depan televisi.
 

Kami duduk di depan televisi seperti kami duduk di depan kerabat.
Lihat.
Leher koyak, kepala somplak, di kaki meja tergeletak sepotong kapak.
Adakah ia kapak yang kemarin kami pinjam dari tetangga?

Darah mengalir, menetes ke cangkir, memadat mengental
seperti agar-agar.
Lihat. Ia mengiris, dan mencowelnya, seperti kami mengiris dan mencowel mentega.
Ia menjilat, dan mengulumnya, seperti kami menjilat dan mengulum gula-gula.
Adakah ia memang rasakan betapa legitnya?
Adakah ia memang kerabat --bagian dari kami juga?

Kami tertawa-tawa.
Tergeli-geli seperti bukan dengan televisi.
 

Tapi selalu, setiap senja, seorang lelaki turun dari taman kota.
Dari pintu pagar, ia berteriak, ''Tidakkah mengherankan bahwa kita hidup?''
 

Sungguh tak penting.
Ia manusia.
Si gila.

Berita sore yang kami nanti: Seberapa banyak saham kami naik hari ini?
 

Payakumbuh, 1997 
 
SIRKUIT, Sajak-sajak Gus tf Sakai
Republika Online edisi : 27 Dec 1998

 
 
 
 
 Sajak-sajaknya yang Lain
 Penyair-penyair Lain