about me kontak saya links buku karya saya artikel my diary permainan humor renungan kuliner

 

Renungan

 

 

1. Lain di Bibir, Lain di Hati

 

Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.  (Matius 15:8)

 

Tuhan membenci kemunafikan. Jika kita melayani Dia, maka semestinya ucapan kita selaras dengan perbuatan kita. Bagaimana caranya melayani Tuhan dengan ketulusan?

Pertama, kita harus melayani dengan sungguh-sungguh. Kita telah ditebus untuk melakukan kehendak Tuhan. Ayat nats kita malam ini merupakan kutipan dari Perjanjian Lama. Orang Israel berjanji melayani Tuhan sebagai ucapan syukur karena Tuhan telah menyelamatkan mereka dari perbudakan di Mesir.

Kedua, kita melayani secara eksklusif. Seorang hamba tidak bisa mengabdi pada dua tuan secara bersamaan. Kita tidak bisa melayani Tuhan, sambil melayani pada hal yang lain(Mat. 6:24; Kel. 20:2,3).  Meski begitu, kita bisa melayani orang lain untuk memuliakan Tuhan Yesus. Tujuan kita melayani adalah untuk menyenangkan Tuhan. Semua kekuatan kita, pengetahuan kita dan rencana kita, hanya berasal dari Tuhan.

Ketiga, kita melayani dengan sukacita. Kadangkala kita seperti anak sulung dalam perumpamaan Anak yang Hilang. Kita mungkin melakukan pekerjaan pelayanan tetapi hati kita tidak diserahkan pada Tuhan. Tuhan jelas tidak menghendaki pelayanan kita menjadi membosankan atau dikerjakan dengan bersungut-sungut. Ketika kita melayani Dia, maka kita harus melayani dengan penuh sukacita dan kita menikmati pertumbuhan rohani kita.

Periksalah pelayanan Anda saat ini.  Apakah Anda melayani Tuhan dengan sukacita, ataukah Anda mengerjakannya sekadar karena menjalankan tugas Anda?  Jangan sampai pada hari penghakiman nanti, kita termasuk orang yang "bernubuat, mengusir setan dan mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan", tetapi Tuhan berkata terus terang: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"(lihat Matius 7:22-23).

 

Tuhan, selidikilah aku. Tegurlah jika Engkau mendapati kemunafikan dalam hidupku.

 

 


2. Seperti Anak Kecil

 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."  (Lukas 18:17)

 

Ketika Tuhan memerintahkan Musa supaya memimpin umat-Nya keluar dari Mesir, Musa mengelak. "Siapakah aku ini? Saya tidak pandai berbicara,"kata Musa memberi alasan. Hal ini berbeda sekali dengan bocah kecil yang menawarkan lima roti dan dua ikan kepada Yesus untuk memberi makan lima ribu orang. Maka tak heran kalau Yesus lalu berkata, "  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Bayangkan situasinya: Ada 5.000 orang kelaparan.  Para murid bertanya pada Yesus apa yang harus diperbuat untuk mengatasi situasi ini.  Lalu ada anak kecil datang untuk menawarkan bekal makan siangnya. Kalau Anda menjadi murid Yesus mungkin akan tertawa geli melihat kepolosan bocah itu.  Mana mungkin makanan satu orang cukup untuk dibagi dan bisa mengenyangkan ribuan orang? Tetapi Yesus menghargai iman bocah ini.

Saya punya teman yang susah kalau diajari komputer.  Lalu saya beri nasihat,"Sudahlah, berlaku seperti anak kecil saja.  Coba saja semuanya lalu lihat apa yang terjadi.  Yang penting jangan takut pada mesin ini." Bukankah kita juga sering begitu. "Saya tidak punya talenta mengajar Sekolah Minggu", "Rumah kami tidak layak untuk tempat Persekutuan","Saya ini pengusaha, saya tidak bisa berkhotbah." Belajarlah pada anak kecil ini.  Dengan penuh iman dia menawarkan apa yang cuma sedikit yang dipunyainya, tetapi Tuhan melipatgandakan untuk memberkati banyak orang. (Wwn)

 

Tuhan, ajar aku memiliki iman seperti anak kecil ini.  Pakailah apa yang telah Engkau karuniakan kepadaku, untuk memberkati banyak orang.

 


 3.Seandainya Ester Tidak Berpolitik

 

"Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."  (Ester 4:14)

 

Politik itu kotor! Demikian anggapan sebagian besar orang Kristen.  Selama ini masih ada anggapan bahwa politik adalah upaya seseorang atau sekelompok orang untuk memaksakan kepentingannya dengan segala cara. Entah itu dengan tipu muslihat, mengorbankan orang lain atau dengan kekerasan. Mungkin itulah sebabnya mengapa hanya sedikit orang Kristen yang mau terjun ke dunia politik.

Benarkah anggapan ini?  Mari kita ingat kembali kisah dari kitab Ester. Waktu itu, Israel berada di masa pembuangan.  Adalah seorang pembesar yang mendapat kekuasaan besar dari raja Ahasyweros. Namanya Haman.  Dia begitu membenci orang Israel, termasuk kepada Mordekhai, orang Yahudi yang berjasa menyelamatkan raja dari rencana pembunuhan. Haman berencana membantai semua orang Yahudi. Mengetahui rencana busuk ini, Mordekhai membujuk Ester--satu-satunya orang Yahudi yang memiliki akses ke pusat kekuasaan--agar memberitahukan hal ini pada raja.

Bayangkan seandainya Mordekhai dan Ester enggan berpolitik. Maka punahlah seluruh bangsa Israel. Meski sama-sama berpolitik, namun Mordekhai dan Ester masih mengindahkan nilai-nilai moral, sedangkan Haman tidak. Mordekhai dan Ester berpolitik demi kepentingan orang banyak, sedangkan Haman berpolitik demi kemuliaan pribadinya.

Orang Kristen perlu berpolitik! Bukan berpolitik demi kepentingan dirinya sendiri ataupun kepentingan orang Kristen, melainkan untuk memperjuangkan kesejahteraan umat manusia. Jika saat ini mendapat kedudukan yang strategis, seperti Ester, manfaatkan itu untuk menyelamatkan bangsa ini. "Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang [Indonesia] akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, ...Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai....(Isi kedudukan Anda saat ini)

Seandainya pun Anda hanya orang Kristen "biasa", Anda masih bisa mengubah nasib bangsa ini dengan tidak memberikan suara Anda dalam Pemilu nanti pada "Haman", tetapi pada "Ester" atau "Mordekhai". Berikan suara Anda pada orang yang tepat!

 

Tuhan mulai saat ini, berikan petunjuk-Mu supaya aku bisa menyerahkan hak pilihku pada wakil rakyat yang tepat.

 


 

 4. Syafaat untuk Kota

"Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,    untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan."  (1 Timotius 2:1-2)

  

Sekitar enam tahun lalu di India tengah, kelompok anti Kristen yang radikal mendekati Rahul. Mereka menawarkan bayaran yang menggiurkan jika Rahul mau membunuh seorang misionaris. Rahul setuju.

Malam harinya, Rahul menyambar pisau dan mengendap-endap menuju rumah misionaris. Dia melongok lewat jendela, tetapi dia termangu sejenak. Dia melihat pria yang sedang berlutut di samping tempat tidur dan berdoa. "Besok saja aku datang lagi," kata Rahul dalam hati.

Keesokan malamnya, dia melihat pemandangan yang sama. Dia mendengar pria itu menangisi desanya di hadapan Tuhan, serta minta kekuatan dari Tuhan.

Paginya, Rahul berpapasan dengan misionaris itu di jalan. "Pendeta," kata Rahul, "Saya dibayar untuk membunuh Anda, tetapi setiap akan melakukannya, Anda sedang berdoa." Mereka lalu bercakap-cakap cukup lama yang diakhiri dengan pertobatan Rahul. Setelah belajar di sekolah Alkitab selama 3 tahun, Rahul malah menjadi seorang misionaris dan menggembalakan sebuah gereja di India.

Kapan terakhir kali Anda bersyafaat untuk kota/desa Anda? Paulus memberikan nasehat supaya kita mendoakan "raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." Dalam bahasa masa kini, bisa dipahami demikian: mendoakan para penguasa supaya mereka memberikan jaminan kebebasan beribadah dan melindungi martabat kemanusiaan kita.

Kita perlu melihat persoalan-persoalan yang ada di sekitar kita dan membawanya dalam syafaat kita. Mungkin itu berupa persoalan narkoba, kesenjangan, kemaksiatan, kekerasan, pengangguran dll. Untuk itu dibutuhkan kepekaan tersendiri. Meskipun Anda sedang tidak sedang mendapat ancaman pembunuhan, bersyafaatlah untuk kota atau desa Anda.

 

Tuhan, tolong berikan kepekaan kepadaku supaya aku bisa melihat persoalan-persoalan serius yang sedang membelit lingkungan sekitarku.


 5. Kondektur yang Kasar

 

Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.  Amsal 16:24

  

Suatu kali, saya pernah merasa dongkol pada seseorang karena saya anggap berlidah tajam.  Bagaimana tidak, perkataan yang saya ucapkan dengan tulus, dia tanggapi secara sinis. Hingga suatu ketika saya mendapat berkat dari ilustrasi ini:

Ada seorang pria yang naik kereta api. Tanpa sadar, dia duduk di kursi yang tidak sesuai dengan tiketnya. Tak pelak lagi, ketika kondektur memeriksa tiket, pria itu dimarahi habis-habisan karena kecerobohannya itu. Setelah kondektur berlalu, penumpang yang di sampingnya berkata, "Mengapa Anda tidak menonjok hidung kondektur yang kasar itu? Atau setidaknya melaporkan ke atasannya?"

"Oh, tidak perlu," jawab pria itu dengan kalem. "Jika dia bisa tahan menghadapi dirinya sendiri, dengan sikap seperti itu seumur hidupnya, saya yakin saya bisa tahan menghadapi sikap dirinya seperti itu selama dua menit saja."

Akhir-akhir ini, orang gampang sekali tersulut kemarahannya.  Perkara sepele saja bisa membakar sumbu yang meledakkan murka orang. Saya sendiri kadang masih kurang sabar jika di melihat pengendara yang ugal-ugalan di jalan raya. Saya ingin mengumpat orang itu. Tapi saya akhirnya menyadari bahwa kata-kata kasar tidak akan mengubah perilaku orang itu menjadi lebih baik. Kata-kata kasar justru akan menimbulkan kepahitan. "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."  (Ibrani 12:15)

Menjelang PEMILU ini, suhu politik akan memanas.  Akan terjadi banyak permainan kata-kata.  Sebagai umat Kristen, mari kita menyejukkan suanana dengan hanya mengucapkan perkataan yang membangun. "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." - Amsal 18:21

 

Tuhan, beri kekuatan supaya aku bisa mengendalikan lidahku, sehingga hanya kata-kata yang baik saja yang keluar dari mulutku.


 

6. Tentara yang "Buta"

 

 

"Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku". (Matius 25:45)

 

Pada Perang Dunia II, hiduplah seorang kakek yang punya koleksi uang logam yang sangat langka di dunia. Dia takut tentara musuh akan merampas koleksinya.  Karena itu, dia memasukkan koleksinya ke dalam karung kecil dan menyembunyikannya.

Dan benar, sepasukan tentara menerobos masuk rumahnya. Mereka menodongkan senjata ke arah keluarga itu sambil mencari koleksi yang sangat terkenal itu.  Mereka membongkar lemari, mengeluarkan isi laci, mencari di dapur, di langit-langit, dan semua tempat yang dicurigai secara teliti.  Tapi hasilnya nihil. Lalu dengan kecewa mereka pergi dan tak pernah kembali lagi.

Dimanakah koin itu? Ternyata kakek meletakkan karung berisi koin itu di tempat terbuka, di tempat yang bisa dilihat semua orang, yaitu di lantai ruang bawah tanah.  Meski melihatnya, tetapi para tentara mengabaikannya karena mereka justru mencarinya di tempat tersembunyi.

Sebagaimana tentara yang "buta" itu, kita seringkali tidak melihat "harta" yang ada di depan hidung kita. Banyak orang Kristen yang rindu terjun di dunia pelayanan.  Kita menunggu sebuah pelayanan "ideal" seperti yang ditampilkan di TV atau yang dimuat di majalah rohani. Tapi akhirnya kita hanya menunggu saja, karena kita mencarinya di tempat tersembunyi. Padahal, ladang pelayanan itu terhampar di depan hidung kita. Entah itu berupa orang gila yang lewat di depan hidung kita, pengemis yang menadahkan tangan kepada kita di lampu merah atau waria yang mengamen di depan warung kita.

Malam ini kita perlu memeriksa diri, mungkinkah ada "Yesus-Yesus" di sekitar kita, yang luput dari perhatian kita.  Jangan sampai kita kehilangan "harta berharga" itu karena kita mengabaikannya.

 

Tuhan, beri aku kepekaan supaya aku bisa melihat harta yang Engkau anugerahkan kepadaku.

 


 

7.Transformasi Bangsa

 

"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." -  (Mazmur 119:105)

 

Tahun 1787 pada usia 33, Kapten Bligh diberi tugas memimpin sebuah kapal dagang bernama "Bounty". Kapal itu memulai pelayaran pada 23 December 1787.

Pada April 1789, terjadi pemberonatakan di kapal yang digalang oleh sahabat Bligh sendiri, yaitu  Fletcher Christian. Kalimat berikut ini diambil dari buku harian Bligh, 28 April:"Sebelum fajar, Christian dan nahkoda ..menerobos masuk kabin ketika aku masih tertidur, mengikat tanganku dengan tali dan mengancam akan membunuh jika aku berteriak..."

Hari itu juga, Bligh bersama 8 pengikut setianya diturunkan dari kapalnya di atas sebuah sampan. Biasanya orang yang mendapat perlakuan ini ini akan berakhir dalamn kematian, tetapi Bligh adalah pelaut yang hebat. Mereka mendarat dengan selamat di pulau Timor pada 14 Juni. Mereka menempuh jarak 3618 mil laut selama 47 hari.

Kapten Bligh berhasil pulang ke Inggris untuk melaporkan kejahatan itu. Para pelaut yang memberontak itu dihukum gantung.

Duapuluh tahun berlalu.  Kisah ini terlupakan. Hingga ada pelaut yang menemukan pulau yang tidak ada di peta ini. Mereka terkesima ketika mendarat di pulau ini.  Di sana tidak ada penyakit, kejahatan atau orang mabuk.  Yang ada hanyalah kerukunan dan harmoni.

Ternyata ada ceritanya: Dari delapan pengikut Bligh yang mendarat, semuanya dibunuh penduduh lokal, kecuali Alexander Smith. Di dalam keputus-asaan, Smith mengaduk-aduk barang-barang milik teman-temannya untuk mencari whiski. Tapi yang ditemukannya adalah Alkitab.  Dia membacanya dan menjadi Kristen. Dia lalu mengenalkan Kristus pada seluruh penduduk di pulau Timor itu, dan bersama-sama menjalankan Firman Tuhan.  Luar biasa, Firman Tuhan bisa mengubahkan isi pulau itu dari suku yang kejam menjadi suku yang ramah.

Apa yang kita bisa pelajari dari kisah ini? Firman Tuhan bisa mengubah perilaku, tidak hanya satu orang, tapi perilaku satu bangsa. Inilah yang disebut tranformasi yang sesungguhnya.

 

Tuhan, Aku rindu Engkau mengubah karakter bangsa Indonesia sehingga kami mengalami transformasi ke arah yang lebih baik.  Kabulkan permohonanku ini, Tuhan.

 


 

8. Kebangunan Rohani di Wales

 

"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12)

 

Evan Roberts mirip dengan Timotius.  Meskipun masih muda, tetapi penambang muda ini mengawali kebangunan rohani dahsyat di Wales, tahun 1904. Dia tidak punya kemampuan berpidato. Buku bacaanya juga tidak banyak. Satu-satunya buku yang dia kenal adalah Alkitab, tapi Firman Tuhan itu membuat rohnya menyala-nyala.

Selama bertahun-tahun, dia rindu menyampaikan Firman Tuhan. Suatu hari, Tuhan memberi wahyu kepadanya bahwa bakal terjadi kebangunan rohani di Wales. Dibakar oleh visi itu, Roberts berusaha mencari kesempatan untuk berkhotbah. Dia minta ijin pada pendetanya supaya boleh berkhotbah. Mulanya, pendetanya tidak mengjinkan, tapi melihat Roberts begitu antusias, akhirnya diijinkan juga.

"Baiklah, Kamu boleh khotbah pada kebaktian Rabu malam,"kata pendetanya, "itu pun jika ada yang mau mendengarkan kamu."

Ternyata ada 17 orang yang bersedia menyimak khotbah Roberts. Dengan tegas, Roberts lalu menyampaikan suara Tuhan yang dia dengar:(1) Kalian harus mengakui dosamu di hadapan Tuhan; (2) Kalain harus menghilangkan kebiasaan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan; (3) Kalian harus tunduk pada arahan Roh Kudus; dan (4) Kalian harus bersaksi tentang Kristus di hadapan orang banyak. Meskipun Evan bukanlah pengkhotbah ulung tetapi kata-katanya menyentuh 17 anggota jemaat dan pendetanya.

Malam berikutnya, lebih banyak orang yang ingin mendengar khotbah anak muda ini dan api kebangunan ini meyebar dengan cepat ke seluruh negara itu..Dalam waktu 30 hari, ada 37 ribu orang yang bertibat dan menerima Kristus sebagai juru selamat pribadi. Hanya dalam waktu lima bulan, ada 100 ribu orang bertobat.

Setelah itu, Roberts mendapat penglihatan bahwa api kebangunan ini menyapu negara Inggris. Diperkirakan ada 2 juta orang menerima Kristus. Kemudian api Roh Kudus bergerak ke Eropa Barat dan Utara. Ketika Api itu "jatuh" di Norwegia, gereja dibanjiri orang yang minta dibaptis. Api kebangunan itu lalu melanda Afrika, India, Cina, Korea, dan Amerika. Ahli sejarah memperkirakan ada sekitar 20 juta ketika kebangunan melanda Amerika ketika itu.

Mari kita belajar dari Evan Robert. Dengan segala keterbatasannya, tetapi dipakai Allah secara luar biasa. (wwn)

 

Tuhan, pakailah aku dengan segala keberadaanku.  Aku yakin dengan anugerah-Mu, aku bisa melakukan perkara besar.

 


  

 9.Kantong Anggur yang Baru

 

 Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.  (Lukas 5:38)

 

Yesus mengajarkan bahwa wujud dari praktik kekristenan harus berubah. Di dalam Luk. 5:36-39 ini Yesus mengatakan bahwa kain dan kantong anggur hanyalah baju luar dan kemasan, yang bukan merupakan inti dari iman kita. Keduanya melambangkan kebiasaan dan tradisi ibadah kita. Yesus mengatakan, bahwa kebiasaan tidak selamanya akan cocok untuk kebutuhan zaman. Waktu berubah, kebudayaan berubah. Yang tidak berubah adalah inti iman kita.

Namun perubahan bukanlah perkara mudah. Upaya untuk menyesuaikan praktik iman dengan kebutuhan zaman akan selalu terhambat oleh "status quo". "Buat apa kita harus berubah? Toh, yang kita lakukan selama ini tetap memelihara iman kita? Toh selama ini baik-baik saja. Buat apa kita harus berubah?" Pertanyaan ini biasanya berasal dari kalangan orang tua. Hal ini wajar saja, karena mereka sudah mapan, sehingga mereka tidak mau mengubah kenyamanan itu.

Hambatan ini sebenarnya lebih bersifat sosiologis, ketimbang masalah spiritual. Wajar saja jika orang enggan mengubah kebiasaan yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Akan tetapi data statistik menunjukkan bahwa anak muda merupakan kelompok usia paling banyak dalam struktur masyarakat kita.  Itu artinya kita perlu memakai pendekatan baru untuk menjangkau mereka. beberapa gereja sudah memulai dengan model pelayanan kontemporer khas anak muda. Misalnya dengan memakai jalur musik, olahraga, kursus, atau pecinta alam sebagai pintu masuk untuk mengenalkan Kristus pada mereka.

Kita perlu belajar dari Eropa.  Sekarang ini gereja-gereja di sana mulai lengang karena mereka lalai melayani kebutuhan anak muda. Tinggal orang-orang tua yang masih setia ke gereja. Ingatlah, mengubah metode pelayanan bukan berarti mengubah keimanan kita.

 

Tuhan, tolonglah aku supaya tidak terikat dengan tradisi gereja hanya karena aku merasa nyaman di dalamnya. Tolonglah aku mencari cara yang tepat untuk menjangkau anak muda.

 


 

10.Pemerasan Buruh

 

"Janganlah engkau memeras pekerja harian yang miskin dan menderita, baik ia saudaramu maupun seorang asing yang ada di negerimu, di dalam tempatmu."-Ulangan 24:14

 

Maraknya demonstrasi buruh akhir-akhir ini menunjukkan adanya ketidak-beresan dalam sistem ketenaga-kerjaan. Dengan paradigma pembangunan yang menekankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, penguasa menetapkan kebijaksanaan yang menekan upah buruh semurah-murahnya. Hak-hak buruh pun dipangkas seminim mungkin. Tujuannya supaya kaum investor tergiur menanamkan modalnya di Indonesia.

Di sisi lain, jumlah angkatan kerja yang sangat tinggi tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja yang cukup. Akibatnya, posisi tawar buruh pun tidak kuat sebab mereka rentan terhadap pemecatan. Ketidakseimbangan neraca kekuatan ini menempatkan majikan lebih tinggi daripada posisi buruh. Dalam beberapa kasus, majikan sering berbuat seenaknya sendiri (terutama dialami oleh TKI/TKW).

Di dalam hukum Taurat, Tuhan melarang para majikan memeras keringat pekerjanya dengan sewenang-wenang. Mereka tidak boleh menahan gaji/upah. Juga dilarang merampas (Im. 19:13). Di saat kita merenungkan ayat ini, lalu teringat kisah sengsara TKI/TKW yang disekap selama berbulan-bulan tanpa diberi gaji, perasaan kita menjadi geram. Persoalannya kadangkala tanpa disadari ketidak-adilan pun ada di sekeliling kita. Misalnya: Apakah Anda sudah memberikan jam kerja yang layak pada pembantu rumah tangga? Apakah sudah memberikan gaji layak pada saudara yang bekerja pada Anda (karena masih bersaudara bukan berarti kita bisa memberikan gaji seenaknya)? Apakah pernah melecehkan dan menganiaya pekerja Anda? (Ingat, kata-kata: "dasar goblok", "otak udang", "bego" dan sebagainya, adalah kata-kata pelecehan).

Majikan mempekerjakan seseorang karena dia tidak bisa mengerjakan semuanya sendirian, sedangkan kaum pekerja menyediakan tenaga dan pikirannya untuk sejumlah uang. Jadi hubungannya adalah saling membutuhkan. Jika ini dipahami kedua pihak, maka niscaya tidak ada demonstrasi buruh atau penganiayaan terhadap buruh.

Tuhan, malam ini aku ingin mendoakan orang yang bekerja padaku. Berkatilah mereka dengan berlimpah-limpah. Berilah karunia kesehatan yang baik. Terimakasih Tuhan

 


11.Pentingnya Fokus

 

"Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul." (1 Kor.9:26)

 

Hidup harus punya fokus. Banyak orang Kristen yang membuang tenaganya dengan sia-sia karena tidak punya fokus. Ada dua keluarga misionaris tinggal di Oregon untuk menginjili suku Indian Cayuse dan Nez Perce (1836).

Keluarga Marcus Whitmans tinggal di lembah yang hijau, dekat perkampungan suku Cayuse. Keluarga Spauldings menetap di antara suku Nez Perce di lereng pegunungan yang tandus. Kedua keluarga ini lelu memulai karyanya. Dalam perjalanan waktu, keluarga Whitmans mulai kehilangan panggilan dan menjadi petani kaya. Hasil panen yang melimpah ini, sangat kontras dengan keadaan keluarga Spauldings.

Marcus Whitman menjual hasil pertanian kepada pendatang kulit putih. Istrinya, Narcissa, kehilangan gairah dan antusiasme melayani suku Indian, yang dia rintis. Meskipun Marcus melakukan kerja sosial di antara suku Indian sebagai misionaris dan dokter, tetapi orang Indian terlanjur tidak suka pada kekayaannya. Bahkan ketika Whitman berusaha menolong ketika suku itu terserang wabah, Whitman dituduh berusaha meracuni mereka.

Di senja kelam, Nopember 1847, suku Indian menyerang pertamian Whitman dan membantai 14 dari 72 orang yang tinggal di dana. Marcus dan Narcissa termasuk di antara korban.

Sementara itu, Henry Spaulding berhasil membangun gereja di antara suku Nez Perce. Istrinya, Eliza, mendirikan sekolah untuk anak-anak, mengarang buku bergambar dan menterjemahkan lagu gereja dalam bahasa suku itu.

Karena pembantaian itu, tentara Amerika memerintahkan semua msisionaris keluar dari wilayah itu. Henry Spaulding tidak bisa kembali ke ladang misinya selama 24 tahun. Akan tetapi pelayanannya mulai berubah. Para pengerjanya yang berasal dari suku Indian meneruskan penginjilan ke suku Nez Perce.

Menjelang pergantian tahun, marilah kita menetapkan fokus hidup yang akan kita lakukan setahun ke depan. Dengan begitu, seperti pelari, kita tahu tujuan kita. Seperti petinju, kita tahu siapa yang harus dipukul. Tetapkan fokus hidup Anda. (Wwn)

Tuhan, malam ini aku meminta Engkau menunjukkan rencana-Mu atas hidupku. Tahun ini, aku ingin hidupku terfokus

 


 

12.Jaring Pengaman Sosial dalam Alkitab

 

Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem. (Rm. 15:26)

 

Harian Kompas menurunkan laporan angka pengangguran di Indonesia yang sudah melebihi ambang batas yang aman. Dalam tulisan itu dikatakan bahwa angka pertumbuhan jumlah pengangguran di Indonesia sudah mencapai 10 persen. Padahal di negara maju semacam Amerika, angka sebesar enam persen saja sudah menimbulkan gejolak sosial.

Herannya, dengan angka setinggi itu di Indonesia belum terjadi gejolak sosial. Mengapa ini terjadi? Kompas memperkirakan ini berkat masih berfungsinya jaring pengaman sosial kita. Masih banyak kerabat yang bersedia menampung dan membiayai anggota keluarga yang berstatus pengangguran. Hal ini sedikit banyak ikut meredam potensi terjadinya keresahan sosial.

Jika kita meneliti Alkitab, sebenarnya sistem jaring pengaman sosial ini sudah diamanatkan dalam Imamat 25:35-55. Di sini terdapat perlindungan terhadap hak-hak orang miskin, budak dan orang asing. Ada juga perintah untuk menolong mereka. Hal ini dipraktikkan oleh jemaat di Makedonia dan Akhaya dengan memberi sumbangan untuk orang miskin di Yerusalem. Demikian juga gereja purba di Yerusalem tak kalah tulus dalam menolong orang miskin.

Apa yang bisa kita pelajari dari sini? Pertama, jika Anda sudah bekerja, syukurilah pekerjaan itu dalam kondisi apapun. Mencari pekerjaan itu semakin sudah. Kedua, jika ada anggota keluarga yang masih menganggur, kuatkanlah hatinya dan berikan dukungan yang diperlukan. Ketiga, jika Anda dikaruniai talenta khusus dan materi oleh Tuhan, gunakan itu untuk menciptakan lapangan kerja.

Malam ini, sebelum tidur, renungkanlah teladan kepedulian sosial yang telah diberikan oleh orang Kristen mula-mula.

Tuhan, aku prihatin mengetahui tingginya angka pertumbuhan pengangguran di Indonesia. Pakailah aku untuk mengatasi persoalan ini.

 


13. Jam Karet

 

"Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Ef.5:16)

 

Ada berita menarik dari Singapura. Pemerintah Singapura meluncurkan kampanye untuk mendorong kebiasaan tepat waktu. Mereka menyebarkan selebaran sebanyak 400 ribu lembar yang bertuliskan, "tepat waktu merupakan kebiasaan santun para raja."

Lain lagi di Indonesia. Kita sudah terlanjur dikenal dengan "budaya jam karet". Sebagai jurnalis, saya sering meliput acara rohani. Kebanyakan acara itu dimulai terlambat minimal setengah jam dari yang dijadwalkan. Demikian pula acara rapat. Seringkali rapat tidak segera dimulai karena menunggu kedatangan orang yang nelat. Hal ini jelas merugikan orang lain yang datang tepat waktu.

Mungkin Anda menganggap remeh hal ini dengan berkata, "Toh, aku hanya terlambat 15 menit." Tapi coba simak hitungan ini. Jika Anda ditunggu oleh 10 orang, maka Anda telah merampas waktu mereka sebanyak 150 menit (15 menit x 10 orang).

Atau, coba lihat akibatnya. Suatu hari, kantor kami mengadakan wisata. Kami sengaja berangkat pagi-pagi supaya tidak terjebak kemacetan. Tetapi gara-gara ada satu orang yang telat, akhirnya waktu tempuh menjadi molor. Akibatnya waktu untuk plesir di tempat wisata juga terpaksa dipangkas. Orang seisi bis dirugikan oleh satu orang yang tidak tepat waktu.

Dengan tepat waktu, menandakan orang itu menghormati dan menghargai orang lain. (Wwn)

Tuhan ampuni, jika selama ini aku tidak menghargai waktu. Mulai saat ini aku tidak akan lagi menyia-nyiakan waktu dan berusaha tidak merampas waktu orang lain.


 

 14.Inovasi di Gereja

"Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi."-(Ibr.1:1)

Pelayanan membutuhkan inovasi. Namun, menerapkan ide baru bukanlah perkara mudah. Tidak jarang terjadi penolakan dari orang yang enggan untuk berubah. Salah satunya pernah dialami Charles Finney. Tahun 1825, dia terbilang ngetop karena menggagas ide baru bernama "ukuran baru". Kan tetapi idenya ini mendapat tentangan. Beberapa hal yang ditentang adalah: berdoa dengan menyebut nama, melakukan altar call, sharing Injil dengan perkunjungan ke rumah, mengijinkan wanita berdoa dan bersaksi, memimpin kebaktian di luar hari Minggu, dan berkhotbah secara santai (informal). Semua itu dianggap di luar kelaziman dan terlalu radikal.

Akan tetapi metodenya ini telah membawa ribuan (kalau belum bisa dikatakan jutaan) orang kepada Kristus. Dia menjadi salah satu penginjil terbesar sepanjang sejarah (Christian History, Volume III)

Tradisi atau kebiasaan di gereja bisa menjadi sebuah belenggu, jika kita tidak berhati-hati. Bayangkanlah tanggapan orang-orang pada masa Fenny ketika melihat Injil diberitakan via radio, television,film dan internet! Kenyatannya Tuhan memakai media ini untuk menjangkau jiwa-jiwa di sudut-sudut dunia.

Cobalah teliti dalam Alkitab, Allah memakai metode yang berbeda-beda untuk berbicara ddengan umat-Nya. Itu artinya, Tuhan kita adalah Allah yang kreatif. Dia juga mengaruniakan kreativitas itu pada Anda. Gunakan kreativitas Anda untuk mengembangkan pelayanan di gereja Anda. Jangan takut jika mendapat tentangan. Yakinkanlah mereka dengan kasih. (Wwn)

Tuhan berikan hikmat-Mu ke dalam pikiranku supaya aku bisa membuat inovasi di dalam pekerjaan dan pelayananku.

 


 

 15.Ditangisi Dunia

 

Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. (Kisah 9:36)

 

Ketika berkunjung ke Indonesia Dennis Balcombe menceritakan sebuah kisah yang mengharukan. Saat Hongkong dilanda wabah SARS, ada seorang dokter Kristen yang merawat para penderita virus mematikan ini dengan setia. Sebenarnya, dia bisa saja menghindari tugas ini, tetapi dia justru mengambil tanggung jawab ini dengan sukacita. Akibat sering bersentuhan langsung dengan penderita, dokter ini ikut terjangkit dan akhirnya meninggal.

Namun kerabat dan teman-temannya tidak meratapi kepergian dokter ini. Mereka mengadakan upacara pemakaman dengan penuh sukacita. Suasana seperti ini membuat heran para awak televisi yang meliput acara itu. Mereka lalu mewawancarai para pelayat. Kesempatan itu mereka pakai untuk memberitakan kabar sukacita, bahwa orang Kristen punya keselamatan yang pasti di dalam Kristus. Kematian dokter ini justru mengenalkan Kristus kepada banyak penduduk di Hongkong.

Dokter di Hongkong ini mirip dengan Tabitha dan romo Mangunwijaya. Mereka telah banyak berbuat baik pada orang-orang di sekitarnya, sehingga ketika mereka meninggal dunia banyak orang yang merasa kehilangan. Memang demikianlah semestinya orang Kristen hidup. Sebagai garam dunia, asinnya harus bisa dikecap orang lain.

Sebelum Anda tidur, renungkanlah pepatah kuno suku Indian ini: "Ketika Anda lahir, Anda menangis dan dunia bersukacita. Hiduplah sedemikian rupa sehinga ketika Anda mati, dunia menangis dan Anda bersukacita." (Wwn)

Tuhan, Firmanmu malam ini mengingatkan aku supaya aku hidup yang memberi arti bagi orang lain. Berikan anugerah supaya aku bisa melakukannya.

  


16.Peluang Mendirikan Siaran Radio

 

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Roma 10:14)

 

Kisah ini didapat dari Gospel for Asia (GFA). Sueba adalah gadis India yang senang main ke rumah tetangga. Mereka senang ngerumpi dan mendengarkan radio. Suatu kali, mereka mendengar siaran radio rohani yang bertajuk "Perjalanan Rohani." Sueba mendengarkan dengan penuh minat. Di akhir program itu, dia ikut berdoa dan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya.

Setelah itu, hanpir setiap hari Sueba menyambangi rumah tetangganya untuk nebeng mendengar radio. Lama kelamaan, dia ingin punya radio sendiri supaya bebas mendangarkan. Sayangnya dia tidak punya uang. Yang dia punya hanyalah daun pintu. Dia lalu mencopot daun pintu itu dan membawanya ke pasar. Dengan uang hasil penjualan itu, dia membeli pesawat radio murah. Dengan begitu dia bisa mendengarkan acara rohani kapan saja dia suka. Tidak hanya itu, dia juga mengundang tetangganya untuk ikut mendengarkan. Kini di desa itu ada 72 orang percaya dan gereja yang bertumbuh. Semua itu berawal dari iman gadis desa dan sebuah pesawat radio murah.

Walau sudah ada pesawat TV dan internet, sampais ekarang radio masih menjadi sarana Pekebaran Injil yang ampuh. Pesannya mampu menerobos pintu-pintu tebal terkunci yang susah dibuka oleh penginjilan secara langsung.

Tahukah Anda bahwa dalam UU Penyiaran yang baru, ada peluang bagi kelompok-kelompok masyarakat untuk mendirikan stasiun radio komunitas? Sudahkah gereja Anda menangkap peluang ini? Jika belum, segera hubungi para pemimpin gereja untuk membahas kemungkinan menidirikan radio komunitas yang isinya siaran rohani. Supaya dengan demikian, akan lebih banyak Sueba-Sueba lain yang datang kepada Kristus. (Wwn)

Tuhan, jika Engkau menghendaki kami memakai media radio ini sebagai sarana pelayanan, maka perlengkapi kami supaya bisa menangkap peluang yang bagus ini.

 


 

17.Belajar Menahan Diri

“Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.” (Mazmur 37:7 TB)

 

Siapa sih yang tidak gemas melihat lambannya program reformasi sekarang ini.  Sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat kebocoran (baca: penyalahgunaan) anggaran negara sangat tinggi.  Baghkan begawan ekonomi kita, Soemitro Djoyohadikusumo pernah menduga tingkat kebocoran APBN sekitar 30 perse.  Begitu parahnya siutuasi ini, hingga Indonesia mendapat pderdikats ebagai salah satu negara terkorup di dunia. Astaga!

Lalu apa yang sudah dilakukan untuk meminta pertanggungjawabam dari penjarah negara ini? Rasanya masih jauh panggang dari api.  Kita masih menunggu datangnya keadilan yang sesungguhnya. Padahal menunggu adalah pekerjaan yang menyebalkan. Apalgi bila kita berada pada situasi yang memerlukan tindakan segera.  Kita menjadi geram, gemas dan uring-uringan sendiri melhat mereka yang melakukan tipudaya itu bebas berkeliaran.  Lebih aneh lagi, Tuhan malah memerintahkan kita supaya bserhenti marah, berdiam diri dan menantikan Tuhan.

Hal ini pula yang dirasakan Daud.  Tuhan sudah menjanjikan takhta Israel kepada Daud, tetapi tidak langusng diberikan.  Daud harus belajar menahan diri dengan menunggu waktu Tuhan, "Karena sedikir waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” (Mazmur 37:10-11). Marah-marah dan menggerutu hanya akan menghabiskan energi dan waktu.  Bersabarlah dan tunggulah Tuhan berkarya pada waktu-Nya.

 


 18.Saat dan Tempat yang Tepat

 

“Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."” (Ester 4:14 TB)

 

Tangga; 3 Oktober 1991, Frederick Chiluba memenangkan pemilu demokratis pertama di Zambia.  Tindakan pertama kali yang dia lakukan sebagai preseiden adalah menyelenggarakan kebaktian pujian dan membuat perjanjian dengan Tuhan di hadapan rakyatnya.  Dia menyatakan dirinya beserta seluruh negaranya menundukkan diri di bawah otoritas Tuhan dan meminta berkat daro-Nya

Yahun 1996, dia terpilih lagi menjadi Presiden. Tuhan telah menempatkan orangnya pada waktu dan tempat yang tepat.

Dalam sejarah dunia kita bisa melihat contoh tindakan Tuhan dalam menempatkan orang-orang pilihan-Nya pada waktu dan tempat yang tepat.  Dalam Alkitab, kita mendapati kisah seperti ini.  Salah satunya adalah kisah Ester yang sangat dramatis.  Tuhan telah menyiapkan rancangan bagi wanita Yahudi untuk menyelamatkan bangsa Israel.

 


19.Awas Rubah-Rubah Kecil!

 

“Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!” (Kidung Agung 2:15 TB)

 

Dalam satu haru, empat ton heroin dari luar negeri masuk ke Indonesia dan sip dikonsumsi oleh sekitar empat juta orang pecandu narkotika (Media Indonesia, 24/10/2002). Wow! Bayangkan betapa banyaknya orang yang masa depan mereka telah terenggut.  Sepanjang hidup, mereka akan tergantung pada narkotika.

Kebun-kebun anggur yang sedang berbunga dapat dirusak oleh ulah binatang rubah yang diam-diam menyelinap menerobos pagar. Begitu siang menjelang, pahon-pohon anggur itu menjadi layu, kering dan akhirnya merana.  Dalam dunia modern, salah satu perwujudan dari "rubah" itu adalah narkotika. Diam-diam dia menyelinap dan merusak masa depan generasi muda yang sedang mekar-mekarnya.

Siapa yang sa;ah? Kita bisa saja menuduh lingkungan sebagai biang persoalan ini (Ini paling mudah. Toh, lingkungan tidak bisa membantah 'kan?).  Akan tetapi penelituan R,D. Moore memperlihatkan bahwa anak/remaja yang komitmen agamanya lemahg, mempunyai risiko sempat kali lebih tinggi terlibat penyalahgunaan narkotika.

Nah, sebelu, menuduh pihak lain, sudahkah kita meneliti keluarga kita? Kenyataannya, banyak orangtua yang rela meluangkan waktu untuk mengantarkan anak-anaknya mengikuti les sempoa atau piano ketimbang mengantar anak ke gereja. Untuk les, mereka tidak segan-segan membayar mahal, tetapi ketika diminta sumbangan untuk retreat remaja, mereka enggan membuka dompertnya.

Sekarang saatnya membuat pagar yang kokoh di sekeliling "kebun anggur Anda." Caranya, selain aktif mendorong anak aktif di gereja, juga dengan membangun mezbah keluarga setiap hari.

 


 

20.Kekuatan yang Terkendali

“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Matius 5:5 TB)

 

Kelemahlembutan bukan berarti kelemahan. Sebaliknya, sikap ini adalah bentuk dari “kekuatan yang terkendali.” Yesus adalah contohnya. Sebagai pencipta alam semesta, Dia punya kuasa yang tak terbatas. Namun karena kepatuhan-Nya pada kehendak Bapa, Dia menundukkan kuasa-Nya di bawah kendali Bapa. “[Dia] telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Flp. 2:7)

Di taman Getsemane, ketika Petrus hendak melindungi Yesus dengan kekuatan senjata, Yesus mencegahnya. Sesungguhnya kalau mau, Yesus punya kekuatan untuk membunuh semua tentara Romawi, bahkan seluruh angkatan perang di jagad raya ini. Tapi Yesus tidak melakukan itu karena telah menundukkan diri-Nya di bawah kendali Bapa.

Perhatikan kuda jantan gagah yang ditungangi sang joki. Meski punya kekuatan yang lebih besar daripada pengunggangnya, tapi kuda ini tunduk pada perintah joki. Hubungan seperti ini tidak terjadi dalam sekejap. Seorang joki harus menjalin hubungan yang erat dengan kudanya, dalam proses yang berat dan lama. Proses inilah yang menciptakan kesetiaan dan saling pengertian yang mendalam.

Kelemahlembutan mecerminkan seberapa dekat kita dengan Tuhan. Meski dunia sering menempuh jalan kekerasan untuk mencapai tujuannya, tapi orang Kristen sejati justru memilih jalan kelemahlembutan. Itu bukan berarti bahwa dia lemah.  Sebenarnya dia punya kekuatan. Hanya saja dia menundukkan kekuatan itu di bawah kehendak Tuhan. Nah, terhadap orang-orang yang bisa mengendalikan kekuatan yang dia miliki ini, Tuhan menjanjikan akan memberikan bumi ini, untuk diperintah. Tuhan tidak rela jika bumi ini dikuasai oleh orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan.


21.Kebangunan Rohani di Korea Selatan

Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." (Matius 4:16 TB)

 

Kita patut bersyukur untuk pekerjaan Tuhan bagi negara Korea Selatan. Pada tahun 1965, jumlah orang Kristen di negeri ginseng itu hanya 3 persen.  Namun pada akhir abad ke-20, jumlahnya meningkat pesat hingga 25-30 persen dari populasi di Korea Selatan. Ibadah-ibadah yang digelar oleh gereja-gereja didatangi oleh ribuan orang. Hampir setiap Minggu pagi justru terjadi kemacetan karena banyaknya mobil yang dibawa ke gereja!

Mengapa kekristenan berkembang pesat di Korsel? Pertama, rakyat Korea sangat terbuka pada kekristenan. Kedua, gereja-gereja juga sangat terbeban di dalam doa. Banyak jemaat yang berkumpul setiap pagi untuk berdoa sebelum mereka berangkat bekerja. Ketiga, kehidupan orang Kristen memiliki pengaruh nyata dalam kehidupan politik dan sosial di negeri itu. Nilai-nilai kekristenan memberi sumbangan besar dalam proses demokratisasi di negeri ini, paska tumbangnya rezim militer.

Kita bisa belajar dari bangsa Korea. Kita juga pernah diperintah oleh rezim militer yang represif.  Sekarang ini, kita sedang menumbuhkan kehidupan bangsa yang demokratis. Dalam proses ini, kita memiliki peluang besar untuk mempengaruhi bangsa melalui nilai-nilai kekristenan.

Sayangnya, kebanyakan gereja tidak peduli pada hal ini. Mereka masih cenderung hidup untuk dirinya sendiri. Pengaruh gereja atas bangsa ini dari hari ke hari justru semakin melemah. Terang itu semakin memudar.

Sudah puluhan tahun bangsa kita hidup dalam “kegelapan”.  Saatnya kini untuk menunjukkan Terang itu.

 


22.Peti Mati Aneh

 

“Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.” (Roma 7:4 TB)

 

Ada seorang pendeta yang ditugasi untuk “menghidupkan” kembali kebaktian gereja di sebuah kota kecil. Dia sudah mendatangi setiap rumah jemaat untuk mengundang mereka datang ke ibadah perdananya. Tapi pada hari Minggu itu, tidak ada satu orang pun yang hadir.

Hari Senin, pendeta memasang iklan di koran lokal. Isinya berupa pengumuman bahwa gereja telah mati.  Untuk itu, dia akan mengadakan upacara pemakaman pada hari Minggu depan.

Iklan yang aneh itu berhasil menarik perhatian warga kota.  Mereka meluangkan waktu hadir ke gereja karena penasaran ingin melihat upacara penguburan gereja seperti apa.  Di depan altar gereja sudah ada peti mati. Semua orang duduk dengan khidmat.

Pendeta membuka dengan doa, lalu menyanyikan himne. Sesudah itu, dia membacakan riwayat gereja semasa hidupnya,yang dilanjutkan dengan penyampaian khotbah yang sangat menyentuh.

Usai khotbbah, pendeta mempersilakan pada jemaat untuk maju dan memberikan penghormatan terakhir pada mendiang dalam peti. Satu persatu para pelayat bangkit dari kursi dan menghampiri peti mati. Mereka ingin tahu isi peti mati itu.  Setiap orang yang melongok ke dalam peti itu menjadi terperangah, lalu berlalu dengan perasaan malu.

Inilah yang mereka lihat: Di dasar peti itu terpasang cermin besar. Sehingga ketika semua orang melongok, mereka melihat bayangan dirinya sendiri yang akan dikubur.

Gereja bukablah gedung atau organisasinya. Gereja adalah semua orang yang percaya pada Kristus. Kita telah menjadi milik Kristus, dan Kristus menghendaki kita supaya berbuah bagi Allah. Itulah misi gereja di dunia.  Jika kita terlalu asyik hidup bagi diri sendiri, maka waspadalah, gereja Tuhan bisa mati.


 

23.Napi Jujur

 

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;” (Yohanes 16:8 TB)

 

Suatu hari raja Frederick Agung, yang memerintah Prussia (1740-1786) mengunjungi penjara dan bercakap-cakap dengan penghuninya. Semua napi yang ditemui raja itu menyangkal bahwa mereka bersalah sehingga layak dipenjara.

Lalu raja itu berhenti di depan sel yang penghuninya sedari tadi hanya diam saja. “Apakah kamu juga akan mengatakan bahwa kamu tidak bersalah?” tebak Frederick.

“Oh tidak Paduka,” jawab pria itu,”saya memang bersalah dan pantas dihukum.” Raja tertegun pada jawaban pesakitan yang satu ini. Dia lalu berkata kepada penjaga penjara, “Bebaskan berandalan ini sebelum dia meracuni pikiran semua ‘orang suci’ yang ada di sini.”

Nampaknya sudah menjadi kelaziman bahwa orang yang paling bersalah justru yang bersuara paling keras bahwa dirinya tak bersalah. Dia mengklaim bahwa dirinya telah dijadikan kambing hitam oleh orang lain. Bahkan kalau perlu mereka menyewa pengacara paling bagus.  Dalam beberapa kasus, pengadilan sering menjadi ajang kontes siapa yang kebohongannya paling bisa dipercaya.

Kejujuran adalah awal dari kemerdekaan dari dosa(1 Yoh. 1:9-10). Ketika mengaku dosa, kita mempunyai seorang pembela, yaitu Yesus Kristus (1 Yoh. 2:1 KJV).  Kata “pembela” di sini berarti seorang yang membela kasus orang lain di muka pengadilan.  Betapa beruntungnya, kita punya Pembela terhebat di seluruh jagat raya. Tapi untuk mendapatkan itu, terelbih dahulu kita harus jujur mengakui dosa kita.


 

24.Kuasa Pengampunan

 

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13 TB)

 

Ada seorang petani Kristen yang bertetangga dengan petani yang bukan Kristen. Petani Kristen ini menuduh tetangganya telah mencuri sapi miliknya. Tetangganya membantah. Maka terjadilah adu mulut yang sengit.  Bahkan sampai terlontar ancaman pembunuhan.

Dua tahun kemudian, hati petani Kristen ini merasa tidak sejahtera. Dia tahu, sebagai orang Kristen, dia harus menjadi teladan bagi tetangganya. Dia ingin sebenarnya meminta maaf, tapi takut karena tetangganya oernah mengancam akan membunuh dia.  Tapi dia telah bertekad untuk minta maaf.

Dia berjalan ke rumah tetangganya. Di depan pintu, tetangganya sudah menyambut dengan muka sangar, “Mau apa kamu??!!” Petani Kristen mengutarakan maksudnya bahwa dia ingin meminta maaf karena telah menuduhnya mencuri sapi. “Sebagai orang Kristen, saya mengaku salah dan minta maaf,” katanya.

Luarbiasa! Setelah mendengar itu, tetangganya berubah sikap. Dia berkata,”Sapimu dulu memang melompati pagar pembatas dan masuk ke kebun saya. Tapi karena kamu mnuduh saya mencuri sapi itu, maka sekalian saja sapi itu masuk kandang saya. Sekarang sapi itu telah beranak. Kamu boleh mengambilnya lagi.” Kini kedua petani yang bertetangga itu hidup rukun.

Prinsip Kristen tentang kasih dan pengampunan, bukanlah sekadar teori teologi. Keduanya punya kuasa, yaitu kuasa untuk mengubah hidup orang (Ibr. 4:12).

Jika Anda berseslisih dengan tetangga, ambillah inisiatif untuk meminta maaf, meskipun Anda tidak bersalah. Setelah itu, tunggu dan lihatlah perubahan hidup yang terjadi dalam kehidupan Anda dan tetangga Anda.

 


25.Etika Kerja

“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kolose 3:17 TB)

 

Apakah Anda pernah mendengar “Etika Kerja Protestan”? Konsep ini sebenarnya berasal dari surat Paulus kepada jemaat di Kolose (3:17) dan juga ayat 23: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Kedua ayat ini pernah menyemangati para pekerja di awal masa industri di Amerika. Mereka sungguh-sungguh menghayati ayat-ayat ini dalam pekerjaan mereka. Dampaknya, pengaru Alkitab ini menciptakan produktivitas yang terbesar sepanjang sejarah Amerika.

Etika Kerja Prostestan juga mengatir hubungan natara pekerja dan majikan.  Dalam hal ini para pekerja memberi tenaga, pikiran, kejujuran dan kesetiaa dengan sungguh-sungguh.  Mereka menganggap haram tindakan kemalasan dan pencurian peralatan kerja.  Bahkan mereka juga menganggap bahwa penggunaan jam kerja untuk bersantai adalah suatu pencurian waktu.  Mereka melakukan itu dengan kesadaran sendiri, bukan karena takut pada penyelia atau mandor.

Lihat betapa indah ya apabila setiap orang di Indonesia juga menerapkan etika ini di tempat kerja masing-masing.  Bukan hanya dalam pekerjaan secara formal, melainkan juga ketika mengerjakan tanggung jawab sosial dan pelayanan. Kita melakukan tugas itu dengan sungguh-sungguh, bukan supaya mendapat pujian dari atasan atau jemaat, atau demi kenaikan gaji, melainkan “melakukan semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus” dan melakukannya dengan  “segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”


 

 

Home | buku | foto | about | kontak | links | permainan | humor | renungan | kuliner | artikel | sketsa | inspiratif | buku tamu