Renungan
1. Lain di Bibir, Lain di Hati
Bangsa ini memuliakan Aku
dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. (Matius
15:8)
Tuhan membenci kemunafikan. Jika
kita melayani Dia, maka semestinya ucapan kita selaras dengan
perbuatan kita. Bagaimana caranya melayani Tuhan dengan
ketulusan?
Pertama, kita harus melayani
dengan sungguh-sungguh. Kita telah ditebus untuk melakukan
kehendak Tuhan. Ayat nats kita malam ini merupakan kutipan dari
Perjanjian Lama. Orang Israel berjanji melayani Tuhan sebagai
ucapan syukur karena Tuhan telah menyelamatkan mereka dari
perbudakan di Mesir.
Kedua, kita melayani secara
eksklusif. Seorang hamba tidak bisa mengabdi pada dua tuan
secara bersamaan. Kita tidak bisa melayani Tuhan, sambil
melayani pada hal yang lain(Mat. 6:24; Kel. 20:2,3). Meski
begitu, kita bisa melayani orang lain untuk memuliakan Tuhan
Yesus. Tujuan kita melayani adalah untuk menyenangkan Tuhan.
Semua kekuatan kita, pengetahuan kita dan rencana kita, hanya
berasal dari Tuhan.
Ketiga, kita melayani dengan
sukacita. Kadangkala kita seperti anak sulung dalam perumpamaan
Anak yang Hilang. Kita mungkin melakukan pekerjaan pelayanan
tetapi hati kita tidak diserahkan pada Tuhan. Tuhan jelas tidak
menghendaki pelayanan kita menjadi membosankan atau dikerjakan
dengan bersungut-sungut. Ketika kita melayani Dia, maka kita
harus melayani dengan penuh sukacita dan kita menikmati
pertumbuhan rohani kita.
Periksalah pelayanan Anda saat
ini. Apakah Anda melayani Tuhan dengan sukacita, ataukah Anda
mengerjakannya sekadar karena menjalankan tugas Anda? Jangan
sampai pada hari penghakiman nanti, kita termasuk orang yang
"bernubuat, mengusir setan dan mengadakan banyak mujizat demi
nama Tuhan", tetapi Tuhan berkata terus terang: "Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!"(lihat Matius 7:22-23).
Tuhan, selidikilah aku.
Tegurlah jika Engkau mendapati kemunafikan dalam hidupku.
2. Seperti Anak Kecil
Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti
seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (Lukas
18:17)
Ketika Tuhan memerintahkan Musa
supaya memimpin umat-Nya keluar dari Mesir, Musa mengelak.
"Siapakah aku ini? Saya tidak pandai berbicara,"kata Musa
memberi alasan. Hal ini berbeda sekali dengan bocah kecil yang
menawarkan lima roti dan dua ikan kepada Yesus untuk memberi
makan lima ribu orang. Maka tak heran kalau Yesus lalu berkata,
" Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak
menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak
akan masuk ke dalamnya."
Bayangkan situasinya: Ada 5.000
orang kelaparan. Para murid bertanya pada Yesus apa yang harus
diperbuat untuk mengatasi situasi ini. Lalu ada anak kecil
datang untuk menawarkan bekal makan siangnya. Kalau Anda menjadi
murid Yesus mungkin akan tertawa geli melihat kepolosan bocah
itu. Mana mungkin makanan satu orang cukup untuk dibagi dan
bisa mengenyangkan ribuan orang? Tetapi Yesus menghargai iman
bocah ini.
Saya punya teman yang susah kalau
diajari komputer. Lalu saya beri nasihat,"Sudahlah, berlaku
seperti anak kecil saja. Coba saja semuanya lalu lihat apa yang
terjadi. Yang penting jangan takut pada mesin ini." Bukankah
kita juga sering begitu. "Saya tidak punya talenta mengajar
Sekolah Minggu", "Rumah kami tidak layak untuk tempat
Persekutuan","Saya ini pengusaha, saya tidak bisa berkhotbah."
Belajarlah pada anak kecil ini. Dengan penuh iman dia
menawarkan apa yang cuma sedikit yang dipunyainya, tetapi Tuhan
melipatgandakan untuk memberkati banyak orang. (Wwn)
Tuhan, ajar aku memiliki iman
seperti anak kecil ini. Pakailah apa yang telah Engkau
karuniakan kepadaku, untuk memberkati banyak orang.
3.Seandainya
Ester Tidak Berpolitik
"Sebab sekalipun engkau pada
saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga
pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan
kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk
saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."
(Ester 4:14)
Politik itu kotor! Demikian
anggapan sebagian besar orang Kristen. Selama ini masih ada
anggapan bahwa politik adalah upaya seseorang atau sekelompok
orang untuk memaksakan kepentingannya dengan segala cara. Entah
itu dengan tipu muslihat, mengorbankan orang lain atau dengan
kekerasan. Mungkin itulah sebabnya mengapa hanya sedikit orang
Kristen yang mau terjun ke dunia politik.
Benarkah anggapan ini? Mari kita
ingat kembali kisah dari kitab Ester. Waktu itu, Israel berada
di masa pembuangan. Adalah seorang pembesar yang mendapat
kekuasaan besar dari raja Ahasyweros. Namanya Haman. Dia begitu
membenci orang Israel, termasuk kepada Mordekhai, orang Yahudi
yang berjasa menyelamatkan raja dari rencana pembunuhan. Haman
berencana membantai semua orang Yahudi. Mengetahui rencana busuk
ini, Mordekhai membujuk Ester--satu-satunya orang Yahudi yang
memiliki akses ke pusat kekuasaan--agar memberitahukan hal ini
pada raja.
Bayangkan seandainya Mordekhai
dan Ester enggan berpolitik. Maka punahlah seluruh bangsa
Israel. Meski sama-sama berpolitik, namun Mordekhai dan Ester
masih mengindahkan nilai-nilai moral, sedangkan Haman tidak.
Mordekhai dan Ester berpolitik demi kepentingan orang banyak,
sedangkan Haman berpolitik demi kemuliaan pribadinya.
Orang Kristen perlu berpolitik!
Bukan berpolitik demi kepentingan dirinya sendiri ataupun
kepentingan orang Kristen, melainkan untuk memperjuangkan
kesejahteraan umat manusia. Jika saat ini mendapat kedudukan
yang strategis, seperti Ester, manfaatkan itu untuk
menyelamatkan bangsa ini. "Sebab sekalipun engkau pada saat ini
berdiam diri saja, bagi orang [Indonesia] akan timbul juga
pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, ...Siapa tahu,
mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh
kedudukan sebagai....(Isi kedudukan Anda saat ini)
Seandainya pun Anda hanya orang
Kristen "biasa", Anda masih bisa mengubah nasib bangsa ini
dengan tidak memberikan suara Anda dalam Pemilu nanti pada
"Haman", tetapi pada "Ester" atau "Mordekhai". Berikan suara
Anda pada orang yang tepat!
Tuhan mulai saat ini, berikan
petunjuk-Mu supaya aku bisa menyerahkan hak pilihku pada wakil
rakyat yang tepat.
4.
Syafaat
untuk Kota
"Pertama-tama aku menasihatkan:
Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua
orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita
dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan
kehormatan." (1 Timotius 2:1-2)
Sekitar enam tahun lalu di India
tengah, kelompok anti Kristen yang radikal mendekati Rahul.
Mereka menawarkan bayaran yang menggiurkan jika Rahul mau
membunuh seorang misionaris. Rahul setuju.
Malam harinya, Rahul menyambar
pisau dan mengendap-endap menuju rumah misionaris. Dia melongok
lewat jendela, tetapi dia termangu sejenak. Dia melihat pria
yang sedang berlutut di samping tempat tidur dan berdoa. "Besok
saja aku datang lagi," kata Rahul dalam hati.
Keesokan malamnya, dia melihat
pemandangan yang sama. Dia mendengar pria itu menangisi desanya
di hadapan Tuhan, serta minta kekuatan dari Tuhan.
Paginya, Rahul berpapasan dengan
misionaris itu di jalan. "Pendeta," kata Rahul, "Saya dibayar
untuk membunuh Anda, tetapi setiap akan melakukannya, Anda
sedang berdoa." Mereka lalu bercakap-cakap cukup lama yang
diakhiri dengan pertobatan Rahul. Setelah belajar di sekolah
Alkitab selama 3 tahun, Rahul malah menjadi seorang misionaris
dan menggembalakan sebuah gereja di India.
Kapan terakhir kali Anda
bersyafaat untuk kota/desa Anda? Paulus memberikan nasehat
supaya kita mendoakan "raja-raja dan untuk semua pembesar, agar
kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan
kehormatan." Dalam bahasa masa kini, bisa dipahami demikian:
mendoakan para penguasa supaya mereka memberikan jaminan
kebebasan beribadah dan melindungi martabat kemanusiaan kita.
Kita perlu melihat
persoalan-persoalan yang ada di sekitar kita dan membawanya
dalam syafaat kita. Mungkin itu berupa persoalan narkoba,
kesenjangan, kemaksiatan, kekerasan, pengangguran dll. Untuk itu
dibutuhkan kepekaan tersendiri. Meskipun Anda sedang tidak
sedang mendapat ancaman pembunuhan, bersyafaatlah untuk kota
atau desa Anda.
Tuhan, tolong berikan kepekaan
kepadaku supaya aku bisa melihat persoalan-persoalan serius yang
sedang membelit lingkungan sekitarku.
5. Kondektur
yang Kasar
Perkataan yang menyenangkan
adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi
tulang-tulang. Amsal 16:24
Suatu kali, saya pernah merasa
dongkol pada seseorang karena saya anggap berlidah tajam.
Bagaimana tidak, perkataan yang saya ucapkan dengan tulus, dia
tanggapi secara sinis. Hingga suatu ketika saya mendapat berkat
dari ilustrasi ini:
Ada seorang pria yang naik kereta
api. Tanpa sadar, dia duduk di kursi yang tidak sesuai dengan
tiketnya. Tak pelak lagi, ketika kondektur memeriksa tiket, pria
itu dimarahi habis-habisan karena kecerobohannya itu. Setelah
kondektur berlalu, penumpang yang di sampingnya berkata,
"Mengapa Anda tidak menonjok hidung kondektur yang kasar itu?
Atau setidaknya melaporkan ke atasannya?"
"Oh, tidak perlu," jawab pria itu
dengan kalem. "Jika dia bisa tahan menghadapi dirinya sendiri,
dengan sikap seperti itu seumur hidupnya, saya yakin saya bisa
tahan menghadapi sikap dirinya seperti itu selama dua menit
saja."
Akhir-akhir ini, orang gampang
sekali tersulut kemarahannya. Perkara sepele saja bisa membakar
sumbu yang meledakkan murka orang. Saya sendiri kadang masih
kurang sabar jika di melihat pengendara yang ugal-ugalan di
jalan raya. Saya ingin mengumpat orang itu. Tapi saya akhirnya
menyadari bahwa kata-kata kasar tidak akan mengubah perilaku
orang itu menjadi lebih baik. Kata-kata kasar justru akan
menimbulkan kepahitan. "Jagalah supaya jangan ada seorangpun
menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh
akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan
banyak orang." (Ibrani 12:15)
Menjelang PEMILU ini, suhu
politik akan memanas. Akan terjadi banyak permainan kata-kata.
Sebagai umat Kristen, mari kita menyejukkan suanana dengan hanya
mengucapkan perkataan yang membangun. "Hidup dan mati dikuasai
lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." - Amsal
18:21
Tuhan, beri kekuatan supaya aku
bisa mengendalikan lidahku, sehingga hanya kata-kata yang baik
saja yang keluar dari mulutku.
6. Tentara yang "Buta"
"Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu
lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu
tidak melakukannya juga untuk Aku". (Matius 25:45)
Pada Perang Dunia
II, hiduplah seorang kakek yang punya koleksi uang logam yang
sangat langka di dunia. Dia takut tentara musuh akan merampas
koleksinya. Karena itu, dia memasukkan koleksinya ke dalam
karung kecil dan menyembunyikannya.
Dan benar,
sepasukan tentara menerobos masuk rumahnya. Mereka menodongkan
senjata ke arah keluarga itu sambil mencari koleksi yang sangat
terkenal itu. Mereka membongkar lemari, mengeluarkan isi laci,
mencari di dapur, di langit-langit, dan semua tempat yang
dicurigai secara teliti. Tapi hasilnya nihil. Lalu dengan
kecewa mereka pergi dan tak pernah kembali lagi.
Dimanakah koin
itu? Ternyata kakek meletakkan karung berisi koin itu di tempat
terbuka, di tempat yang bisa dilihat semua orang, yaitu di
lantai ruang bawah tanah. Meski melihatnya, tetapi para tentara
mengabaikannya karena mereka justru mencarinya di tempat
tersembunyi.
Sebagaimana
tentara yang "buta" itu, kita seringkali tidak melihat "harta"
yang ada di depan hidung kita. Banyak orang Kristen yang rindu
terjun di dunia pelayanan. Kita menunggu sebuah pelayanan
"ideal" seperti yang ditampilkan di TV atau yang dimuat di
majalah rohani. Tapi akhirnya kita hanya menunggu saja, karena
kita mencarinya di tempat tersembunyi. Padahal, ladang pelayanan
itu terhampar di depan hidung kita. Entah itu berupa orang gila
yang lewat di depan hidung kita, pengemis yang menadahkan tangan
kepada kita di lampu merah atau waria yang mengamen di depan
warung kita.
Malam ini kita
perlu memeriksa diri, mungkinkah ada "Yesus-Yesus" di sekitar
kita, yang luput dari perhatian kita. Jangan sampai kita
kehilangan "harta berharga" itu karena kita mengabaikannya.
Tuhan, beri aku
kepekaan supaya aku bisa melihat harta yang Engkau anugerahkan
kepadaku.
7.Transformasi Bangsa
"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi
jalanku." - (Mazmur 119:105)
Tahun 1787 pada usia 33, Kapten Bligh diberi
tugas memimpin sebuah kapal dagang bernama "Bounty". Kapal itu
memulai pelayaran pada 23 December 1787.
Pada April 1789, terjadi pemberonatakan di kapal
yang digalang oleh sahabat Bligh sendiri, yaitu Fletcher
Christian. Kalimat berikut ini diambil dari buku harian Bligh,
28 April:"Sebelum fajar, Christian dan nahkoda ..menerobos masuk
kabin ketika aku masih tertidur, mengikat tanganku dengan tali
dan mengancam akan membunuh jika aku berteriak..."
Hari itu juga, Bligh bersama 8 pengikut setianya
diturunkan dari kapalnya di atas sebuah sampan. Biasanya orang
yang mendapat perlakuan ini ini akan berakhir dalamn kematian,
tetapi Bligh adalah pelaut yang hebat. Mereka mendarat dengan
selamat di pulau Timor pada 14 Juni. Mereka menempuh jarak 3618
mil laut selama 47 hari.
Kapten Bligh berhasil pulang ke Inggris untuk
melaporkan kejahatan itu. Para pelaut yang memberontak itu
dihukum gantung.
Duapuluh tahun berlalu. Kisah ini terlupakan.
Hingga ada pelaut yang menemukan pulau yang tidak ada di peta
ini. Mereka terkesima ketika mendarat di pulau ini. Di sana
tidak ada penyakit, kejahatan atau orang mabuk. Yang ada
hanyalah kerukunan dan harmoni.
Ternyata ada
ceritanya: Dari delapan pengikut Bligh yang mendarat, semuanya
dibunuh penduduh lokal, kecuali Alexander Smith. Di dalam
keputus-asaan, Smith mengaduk-aduk barang-barang milik
teman-temannya untuk mencari whiski. Tapi yang ditemukannya
adalah Alkitab. Dia membacanya dan menjadi Kristen. Dia lalu
mengenalkan Kristus pada seluruh penduduk di pulau Timor itu,
dan bersama-sama menjalankan Firman Tuhan. Luar biasa, Firman
Tuhan bisa mengubahkan isi pulau itu dari suku yang kejam
menjadi suku yang ramah.
Apa yang kita
bisa pelajari dari kisah ini? Firman Tuhan bisa mengubah
perilaku, tidak hanya satu orang, tapi perilaku satu bangsa.
Inilah yang disebut tranformasi yang sesungguhnya.
Tuhan, Aku
rindu Engkau mengubah karakter bangsa Indonesia sehingga kami
mengalami transformasi ke arah yang lebih baik. Kabulkan
permohonanku ini, Tuhan.
8. Kebangunan Rohani di Wales
"Jangan
seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam
tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu." (1 Timotius 4:12)
Evan Roberts mirip dengan Timotius. Meskipun
masih muda, tetapi penambang muda ini mengawali kebangunan
rohani dahsyat di Wales, tahun 1904. Dia tidak punya kemampuan
berpidato. Buku bacaanya juga tidak banyak. Satu-satunya buku
yang dia kenal adalah Alkitab, tapi Firman Tuhan itu membuat
rohnya menyala-nyala.
Selama bertahun-tahun, dia rindu menyampaikan
Firman Tuhan. Suatu hari, Tuhan memberi wahyu kepadanya bahwa
bakal terjadi kebangunan rohani di Wales. Dibakar oleh visi itu,
Roberts berusaha mencari kesempatan untuk berkhotbah. Dia minta
ijin pada pendetanya supaya boleh berkhotbah. Mulanya,
pendetanya tidak mengjinkan, tapi melihat Roberts begitu
antusias, akhirnya diijinkan juga.
"Baiklah, Kamu boleh khotbah pada kebaktian Rabu
malam,"kata pendetanya, "itu pun jika ada yang mau mendengarkan
kamu."
Ternyata ada 17 orang yang bersedia menyimak
khotbah Roberts. Dengan tegas, Roberts lalu menyampaikan suara
Tuhan yang dia dengar:(1) Kalian harus mengakui dosamu di
hadapan Tuhan; (2) Kalain harus menghilangkan kebiasaan yang
tidak berkenan di hadapan Tuhan; (3) Kalian harus tunduk pada
arahan Roh Kudus; dan (4) Kalian harus bersaksi tentang Kristus
di hadapan orang banyak. Meskipun Evan bukanlah pengkhotbah
ulung tetapi kata-katanya menyentuh 17 anggota jemaat dan
pendetanya.
Malam berikutnya, lebih banyak orang yang ingin
mendengar khotbah anak muda ini dan api kebangunan ini meyebar
dengan cepat ke seluruh negara itu..Dalam waktu 30 hari, ada 37
ribu orang yang bertibat dan menerima Kristus sebagai juru
selamat pribadi. Hanya dalam waktu lima bulan, ada 100 ribu
orang bertobat.
Setelah itu, Roberts mendapat penglihatan bahwa
api kebangunan ini menyapu negara Inggris. Diperkirakan ada 2
juta orang menerima Kristus. Kemudian api Roh Kudus bergerak ke
Eropa Barat dan Utara. Ketika Api itu "jatuh" di Norwegia,
gereja dibanjiri orang yang minta dibaptis. Api kebangunan itu
lalu melanda Afrika, India, Cina, Korea, dan Amerika. Ahli
sejarah memperkirakan ada sekitar 20 juta ketika kebangunan
melanda Amerika ketika itu.
Mari kita belajar dari Evan Robert. Dengan segala
keterbatasannya, tetapi dipakai Allah secara luar biasa. (wwn)
Tuhan, pakailah aku dengan segala keberadaanku.
Aku yakin dengan anugerah-Mu, aku bisa melakukan perkara besar.
9.Kantong Anggur yang Baru
Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam
kantong yang baru pula. (Lukas 5:38)
Yesus mengajarkan bahwa wujud dari praktik
kekristenan harus berubah. Di dalam Luk. 5:36-39 ini Yesus
mengatakan bahwa kain dan kantong anggur hanyalah baju luar dan
kemasan, yang bukan merupakan inti dari iman kita. Keduanya
melambangkan kebiasaan dan tradisi ibadah kita. Yesus
mengatakan, bahwa kebiasaan tidak selamanya akan cocok untuk
kebutuhan zaman. Waktu berubah, kebudayaan berubah. Yang tidak
berubah adalah inti iman kita.
Namun perubahan bukanlah perkara mudah. Upaya
untuk menyesuaikan praktik iman dengan kebutuhan zaman akan
selalu terhambat oleh "status quo". "Buat apa kita harus
berubah? Toh, yang kita lakukan selama ini tetap memelihara iman
kita? Toh selama ini baik-baik saja. Buat apa kita harus
berubah?" Pertanyaan ini biasanya berasal dari kalangan orang
tua. Hal ini wajar saja, karena mereka sudah mapan, sehingga
mereka tidak mau mengubah kenyamanan itu.
Hambatan ini sebenarnya lebih bersifat
sosiologis, ketimbang masalah spiritual. Wajar saja jika orang
enggan mengubah kebiasaan yang sudah dilakukan selama
bertahun-tahun. Akan tetapi data statistik menunjukkan bahwa
anak muda merupakan kelompok usia paling banyak dalam struktur
masyarakat kita. Itu artinya kita perlu memakai pendekatan baru
untuk menjangkau mereka. beberapa gereja sudah memulai dengan
model pelayanan kontemporer khas anak muda. Misalnya dengan
memakai jalur musik, olahraga, kursus, atau pecinta alam sebagai
pintu masuk untuk mengenalkan Kristus pada mereka.
Kita perlu belajar dari Eropa. Sekarang ini
gereja-gereja di sana mulai lengang karena mereka lalai melayani
kebutuhan anak muda. Tinggal orang-orang tua yang masih setia ke
gereja. Ingatlah, mengubah metode pelayanan bukan berarti
mengubah keimanan kita.
Tuhan, tolonglah aku supaya tidak terikat dengan
tradisi gereja hanya karena aku merasa nyaman di dalamnya.
Tolonglah aku mencari cara yang tepat untuk menjangkau anak
muda.
10.Pemerasan Buruh
"Janganlah engkau memeras pekerja harian yang
miskin dan menderita, baik ia saudaramu maupun seorang asing
yang ada di negerimu, di dalam tempatmu."-Ulangan 24:14
Maraknya demonstrasi buruh akhir-akhir ini
menunjukkan adanya ketidak-beresan dalam sistem
ketenaga-kerjaan. Dengan paradigma pembangunan yang menekankan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, penguasa menetapkan
kebijaksanaan yang menekan upah buruh semurah-murahnya. Hak-hak
buruh pun dipangkas seminim mungkin. Tujuannya supaya kaum
investor tergiur menanamkan modalnya di Indonesia.
Di sisi lain, jumlah angkatan kerja yang sangat
tinggi tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja yang
cukup. Akibatnya, posisi tawar buruh pun tidak kuat sebab mereka
rentan terhadap pemecatan. Ketidakseimbangan neraca kekuatan ini
menempatkan majikan lebih tinggi daripada posisi buruh. Dalam
beberapa kasus, majikan sering berbuat seenaknya sendiri
(terutama dialami oleh TKI/TKW).
Di dalam hukum Taurat, Tuhan melarang para
majikan memeras keringat pekerjanya dengan sewenang-wenang.
Mereka tidak boleh menahan gaji/upah. Juga dilarang merampas
(Im. 19:13). Di saat kita merenungkan ayat ini, lalu teringat
kisah sengsara TKI/TKW yang disekap selama berbulan-bulan tanpa
diberi gaji, perasaan kita menjadi geram. Persoalannya
kadangkala tanpa disadari ketidak-adilan pun ada di sekeliling
kita. Misalnya: Apakah Anda sudah memberikan jam kerja yang
layak pada pembantu rumah tangga? Apakah sudah memberikan gaji
layak pada saudara yang bekerja pada Anda (karena masih
bersaudara bukan berarti kita bisa memberikan gaji seenaknya)?
Apakah pernah melecehkan dan menganiaya pekerja Anda? (Ingat,
kata-kata: "dasar goblok", "otak udang", "bego" dan sebagainya,
adalah kata-kata pelecehan).
Majikan mempekerjakan seseorang karena dia tidak
bisa mengerjakan semuanya sendirian, sedangkan kaum pekerja
menyediakan tenaga dan pikirannya untuk sejumlah uang. Jadi
hubungannya adalah saling membutuhkan. Jika ini dipahami kedua
pihak, maka niscaya tidak ada demonstrasi buruh atau
penganiayaan terhadap buruh.
Tuhan, malam ini aku ingin mendoakan orang yang
bekerja padaku. Berkatilah mereka dengan berlimpah-limpah.
Berilah karunia kesehatan yang baik. Terimakasih Tuhan
11.Pentingnya Fokus
"Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku
bukan petinju yang sembarangan saja memukul." (1 Kor.9:26)
Hidup harus punya fokus. Banyak orang Kristen
yang membuang tenaganya dengan sia-sia karena tidak punya fokus.
Ada dua keluarga misionaris tinggal di Oregon untuk menginjili
suku Indian Cayuse dan Nez Perce (1836).
Keluarga Marcus Whitmans tinggal di lembah yang
hijau, dekat perkampungan suku Cayuse. Keluarga Spauldings
menetap di antara suku Nez Perce di lereng pegunungan yang
tandus. Kedua keluarga ini lelu memulai karyanya. Dalam
perjalanan waktu, keluarga Whitmans mulai kehilangan panggilan
dan menjadi petani kaya. Hasil panen yang melimpah ini, sangat
kontras dengan keadaan keluarga Spauldings.
Marcus Whitman menjual hasil pertanian kepada
pendatang kulit putih. Istrinya, Narcissa, kehilangan gairah dan
antusiasme melayani suku Indian, yang dia rintis. Meskipun
Marcus melakukan kerja sosial di antara suku Indian sebagai
misionaris dan dokter, tetapi orang Indian terlanjur tidak suka
pada kekayaannya. Bahkan ketika Whitman berusaha menolong ketika
suku itu terserang wabah, Whitman dituduh berusaha meracuni
mereka.
Di senja kelam, Nopember 1847, suku Indian
menyerang pertamian Whitman dan membantai 14 dari 72 orang yang
tinggal di dana. Marcus dan Narcissa termasuk di antara korban.
Sementara itu, Henry Spaulding berhasil membangun
gereja di antara suku Nez Perce. Istrinya, Eliza, mendirikan
sekolah untuk anak-anak, mengarang buku bergambar dan
menterjemahkan lagu gereja dalam bahasa suku itu.
Karena pembantaian itu, tentara Amerika
memerintahkan semua msisionaris keluar dari wilayah itu. Henry
Spaulding tidak bisa kembali ke ladang misinya selama 24 tahun.
Akan tetapi pelayanannya mulai berubah. Para pengerjanya yang
berasal dari suku Indian meneruskan penginjilan ke suku Nez
Perce.
Menjelang pergantian tahun, marilah kita
menetapkan fokus hidup yang akan kita lakukan setahun ke depan.
Dengan begitu, seperti pelari, kita tahu tujuan kita. Seperti
petinju, kita tahu siapa yang harus dipukul. Tetapkan fokus
hidup Anda. (Wwn)
Tuhan, malam ini aku meminta Engkau
menunjukkan rencana-Mu atas hidupku. Tahun ini, aku ingin
hidupku terfokus
12.Jaring Pengaman Sosial dalam Alkitab
Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil
keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin
di antara orang-orang kudus di Yerusalem. (Rm. 15:26)
Harian Kompas menurunkan laporan angka
pengangguran di Indonesia yang sudah melebihi ambang batas yang
aman. Dalam tulisan itu dikatakan bahwa angka pertumbuhan jumlah
pengangguran di Indonesia sudah mencapai 10 persen. Padahal di
negara maju semacam Amerika, angka sebesar enam persen saja
sudah menimbulkan gejolak sosial.
Herannya, dengan angka setinggi itu di Indonesia
belum terjadi gejolak sosial. Mengapa ini terjadi? Kompas
memperkirakan ini berkat masih berfungsinya jaring pengaman
sosial kita. Masih banyak kerabat yang bersedia menampung dan
membiayai anggota keluarga yang berstatus pengangguran. Hal ini
sedikit banyak ikut meredam potensi terjadinya keresahan sosial.
Jika kita meneliti Alkitab, sebenarnya sistem
jaring pengaman sosial ini sudah diamanatkan dalam Imamat
25:35-55. Di sini terdapat perlindungan terhadap hak-hak orang
miskin, budak dan orang asing. Ada juga perintah untuk menolong
mereka. Hal ini dipraktikkan oleh jemaat di Makedonia dan Akhaya
dengan memberi sumbangan untuk orang miskin di Yerusalem.
Demikian juga gereja purba di Yerusalem tak kalah tulus dalam
menolong orang miskin.
Apa yang bisa kita pelajari dari sini? Pertama,
jika Anda sudah bekerja, syukurilah pekerjaan itu dalam kondisi
apapun. Mencari pekerjaan itu semakin sudah. Kedua, jika ada
anggota keluarga yang masih menganggur, kuatkanlah hatinya dan
berikan dukungan yang diperlukan. Ketiga, jika Anda dikaruniai
talenta khusus dan materi oleh Tuhan, gunakan itu untuk
menciptakan lapangan kerja.
Malam ini, sebelum tidur, renungkanlah teladan
kepedulian sosial yang telah diberikan oleh orang Kristen
mula-mula.
Tuhan, aku prihatin mengetahui tingginya angka
pertumbuhan pengangguran di Indonesia. Pakailah aku untuk
mengatasi persoalan ini.
13. Jam
Karet
"Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari
ini adalah jahat." (Ef.5:16)
Ada berita menarik dari Singapura. Pemerintah
Singapura meluncurkan kampanye untuk mendorong kebiasaan tepat
waktu. Mereka menyebarkan selebaran sebanyak 400 ribu lembar
yang bertuliskan, "tepat waktu merupakan kebiasaan santun para
raja."
Lain lagi di Indonesia. Kita sudah terlanjur
dikenal dengan "budaya jam karet". Sebagai jurnalis, saya sering
meliput acara rohani. Kebanyakan acara itu dimulai terlambat
minimal setengah jam dari yang dijadwalkan. Demikian pula acara
rapat. Seringkali rapat tidak segera dimulai karena menunggu
kedatangan orang yang nelat. Hal ini jelas merugikan
orang lain yang datang tepat waktu.
Mungkin Anda menganggap remeh hal ini dengan
berkata, "Toh, aku hanya terlambat 15 menit." Tapi coba simak
hitungan ini. Jika Anda ditunggu oleh 10 orang, maka Anda telah
merampas waktu mereka sebanyak 150 menit (15 menit x 10 orang).
Atau, coba lihat akibatnya. Suatu hari, kantor
kami mengadakan wisata. Kami sengaja berangkat pagi-pagi supaya
tidak terjebak kemacetan. Tetapi gara-gara ada satu orang yang
telat, akhirnya waktu tempuh menjadi molor.
Akibatnya waktu untuk plesir di tempat wisata juga
terpaksa dipangkas. Orang seisi bis dirugikan oleh satu orang
yang tidak tepat waktu.
Dengan tepat waktu, menandakan orang itu
menghormati dan menghargai orang lain. (Wwn)
Tuhan ampuni, jika selama ini aku tidak
menghargai waktu. Mulai saat ini aku tidak akan lagi
menyia-nyiakan waktu dan berusaha tidak merampas waktu orang
lain.
14.Inovasi di Gereja
"Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali
dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita
dengan perantaraan nabi-nabi."-(Ibr.1:1)
Pelayanan membutuhkan inovasi. Namun, menerapkan
ide baru bukanlah perkara mudah. Tidak jarang terjadi penolakan
dari orang yang enggan untuk berubah. Salah satunya pernah
dialami Charles Finney. Tahun 1825, dia terbilang ngetop
karena menggagas ide baru bernama "ukuran baru". Kan tetapi
idenya ini mendapat tentangan. Beberapa hal yang ditentang
adalah: berdoa dengan menyebut nama, melakukan altar call,
sharing Injil dengan perkunjungan ke rumah, mengijinkan
wanita berdoa dan bersaksi, memimpin kebaktian di luar hari
Minggu, dan berkhotbah secara santai (informal). Semua itu
dianggap di luar kelaziman dan terlalu radikal.
Akan tetapi metodenya ini telah membawa ribuan
(kalau belum bisa dikatakan jutaan) orang kepada Kristus. Dia
menjadi salah satu penginjil terbesar sepanjang sejarah (Christian
History, Volume III)
Tradisi atau kebiasaan di gereja bisa menjadi
sebuah belenggu, jika kita tidak berhati-hati. Bayangkanlah
tanggapan orang-orang pada masa Fenny ketika melihat Injil
diberitakan via radio, television,film dan internet! Kenyatannya
Tuhan memakai media ini untuk menjangkau jiwa-jiwa di
sudut-sudut dunia.
Cobalah teliti dalam Alkitab, Allah memakai
metode yang berbeda-beda untuk berbicara ddengan umat-Nya. Itu
artinya, Tuhan kita adalah Allah yang kreatif. Dia juga
mengaruniakan kreativitas itu pada Anda. Gunakan kreativitas
Anda untuk mengembangkan pelayanan di gereja Anda. Jangan takut
jika mendapat tentangan. Yakinkanlah mereka dengan kasih. (Wwn)
Tuhan berikan hikmat-Mu ke dalam pikiranku supaya
aku bisa membuat inovasi di dalam
pekerjaan dan pelayananku.
15.Ditangisi Dunia
Di Yope ada seorang murid perempuan bernama
Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali
berbuat baik dan memberi sedekah. (Kisah 9:36)
Ketika berkunjung ke Indonesia Dennis Balcombe
menceritakan sebuah kisah yang mengharukan. Saat Hongkong
dilanda wabah SARS, ada seorang dokter Kristen yang merawat para
penderita virus mematikan ini dengan setia. Sebenarnya, dia bisa
saja menghindari tugas ini, tetapi dia justru mengambil tanggung
jawab ini dengan sukacita. Akibat sering bersentuhan langsung
dengan penderita, dokter ini ikut terjangkit dan akhirnya
meninggal.
Namun kerabat dan teman-temannya tidak meratapi
kepergian dokter ini. Mereka mengadakan upacara pemakaman dengan
penuh sukacita. Suasana seperti ini membuat heran para awak
televisi yang meliput acara itu. Mereka lalu mewawancarai para
pelayat. Kesempatan itu mereka pakai untuk memberitakan kabar
sukacita, bahwa orang Kristen punya keselamatan yang pasti di
dalam Kristus. Kematian dokter ini justru mengenalkan Kristus
kepada banyak penduduk di Hongkong.
Dokter di Hongkong ini mirip dengan Tabitha dan
romo Mangunwijaya. Mereka telah banyak berbuat baik pada
orang-orang di sekitarnya, sehingga ketika mereka meninggal
dunia banyak orang yang merasa kehilangan. Memang demikianlah
semestinya orang Kristen hidup. Sebagai garam dunia, asinnya
harus bisa dikecap orang lain.
Sebelum Anda tidur, renungkanlah pepatah kuno
suku Indian ini: "Ketika Anda lahir, Anda menangis dan dunia
bersukacita. Hiduplah sedemikian rupa sehinga ketika Anda mati,
dunia menangis dan Anda bersukacita." (Wwn)
Tuhan, Firmanmu malam ini mengingatkan aku
supaya aku hidup yang memberi arti bagi orang lain. Berikan
anugerah supaya aku bisa melakukannya.
16.Peluang Mendirikan Siaran Radio
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya,
jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat
percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakan-Nya? (Roma 10:14)
Kisah ini didapat dari Gospel for Asia (GFA).
Sueba adalah gadis India yang senang main ke rumah tetangga.
Mereka senang ngerumpi dan mendengarkan radio. Suatu
kali, mereka mendengar siaran radio rohani yang bertajuk
"Perjalanan Rohani." Sueba mendengarkan dengan penuh minat. Di
akhir program itu, dia ikut berdoa dan menerima Yesus sebagai
Juruselamatnya.
Setelah itu, hanpir setiap hari Sueba menyambangi
rumah tetangganya untuk nebeng mendengar radio. Lama
kelamaan, dia ingin punya radio sendiri supaya bebas
mendangarkan. Sayangnya dia tidak punya uang. Yang dia punya
hanyalah daun pintu. Dia lalu mencopot daun pintu itu dan
membawanya ke pasar. Dengan uang hasil penjualan itu, dia
membeli pesawat radio murah. Dengan begitu dia bisa mendengarkan
acara rohani kapan saja dia suka. Tidak hanya itu, dia juga
mengundang tetangganya untuk ikut mendengarkan. Kini di desa itu
ada 72 orang percaya dan gereja yang bertumbuh. Semua itu
berawal dari iman gadis desa dan sebuah pesawat radio murah.
Walau sudah ada pesawat TV dan internet, sampais
ekarang radio masih menjadi sarana Pekebaran Injil yang ampuh.
Pesannya mampu menerobos pintu-pintu tebal terkunci yang susah
dibuka oleh penginjilan secara langsung.
Tahukah Anda bahwa dalam UU Penyiaran yang baru,
ada peluang bagi kelompok-kelompok masyarakat untuk mendirikan
stasiun radio komunitas? Sudahkah gereja Anda menangkap peluang
ini? Jika belum, segera hubungi para pemimpin gereja untuk
membahas kemungkinan menidirikan radio komunitas yang isinya
siaran rohani. Supaya dengan demikian, akan lebih banyak
Sueba-Sueba lain yang datang kepada Kristus. (Wwn)
Tuhan, jika Engkau menghendaki kami memakai
media radio ini sebagai sarana pelayanan, maka perlengkapi kami
supaya bisa menangkap peluang yang bagus ini.
17.Belajar Menahan Diri
“Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah
Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya,
karena orang yang melakukan tipu daya.” (Mazmur 37:7 TB)
Siapa sih yang tidak gemas melihat lambannya
program reformasi sekarang ini. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa tingkat kebocoran (baca: penyalahgunaan) anggaran negara
sangat tinggi. Baghkan begawan ekonomi kita, Soemitro
Djoyohadikusumo pernah menduga tingkat kebocoran APBN sekitar 30
perse. Begitu parahnya siutuasi ini, hingga Indonesia mendapat
pderdikats ebagai salah satu negara terkorup di dunia. Astaga!
Lalu apa yang sudah dilakukan untuk meminta
pertanggungjawabam dari penjarah negara ini? Rasanya masih jauh
panggang dari api. Kita masih menunggu datangnya keadilan yang
sesungguhnya. Padahal menunggu adalah pekerjaan yang
menyebalkan. Apalgi bila kita berada pada situasi yang
memerlukan tindakan segera. Kita menjadi geram, gemas dan
uring-uringan sendiri melhat mereka yang melakukan tipudaya itu
bebas berkeliaran. Lebih aneh lagi, Tuhan malah memerintahkan
kita supaya bserhenti marah, berdiam diri dan menantikan Tuhan.
Hal ini pula yang dirasakan Daud. Tuhan sudah
menjanjikan takhta Israel kepada Daud, tetapi tidak langusng
diberikan. Daud harus belajar menahan diri dengan menunggu
waktu Tuhan, "Karena sedikir waktu lagi, maka lenyaplah orang
fasik. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri
dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.”
(Mazmur 37:10-11). Marah-marah dan menggerutu hanya akan
menghabiskan energi dan waktu. Bersabarlah dan tunggulah Tuhan
berkarya pada waktu-Nya.
18.Saat dan Tempat yang Tepat
“Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam
diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan
kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu
akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti
ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."” (Ester 4:14 TB)
Tangga; 3 Oktober 1991, Frederick Chiluba
memenangkan pemilu demokratis pertama di Zambia. Tindakan
pertama kali yang dia lakukan sebagai preseiden adalah
menyelenggarakan kebaktian pujian dan membuat perjanjian dengan
Tuhan di hadapan rakyatnya. Dia menyatakan dirinya beserta
seluruh negaranya menundukkan diri di bawah otoritas Tuhan dan
meminta berkat daro-Nya
Yahun 1996, dia terpilih lagi menjadi Presiden.
Tuhan telah menempatkan orangnya pada waktu dan tempat yang
tepat.
Dalam sejarah dunia kita bisa melihat contoh
tindakan Tuhan dalam menempatkan orang-orang pilihan-Nya pada
waktu dan tempat yang tepat. Dalam Alkitab, kita mendapati
kisah seperti ini. Salah satunya adalah kisah Ester yang sangat
dramatis. Tuhan telah menyiapkan rancangan bagi wanita Yahudi
untuk menyelamatkan bangsa Israel.
19.Awas Rubah-Rubah Kecil!
“Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu,
rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur,
kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!” (Kidung Agung
2:15 TB)
Dalam satu haru, empat ton heroin dari luar
negeri masuk ke Indonesia dan sip dikonsumsi oleh sekitar empat
juta orang pecandu narkotika (Media Indonesia, 24/10/2002). Wow!
Bayangkan betapa banyaknya orang yang masa depan mereka telah
terenggut. Sepanjang hidup, mereka akan tergantung pada
narkotika.
Kebun-kebun anggur yang sedang berbunga dapat
dirusak oleh ulah binatang rubah yang diam-diam menyelinap
menerobos pagar. Begitu siang menjelang, pahon-pohon anggur itu
menjadi layu, kering dan akhirnya merana. Dalam dunia modern,
salah satu perwujudan dari "rubah" itu adalah narkotika.
Diam-diam dia menyelinap dan merusak masa depan generasi muda
yang sedang mekar-mekarnya.
Siapa yang sa;ah? Kita bisa saja menuduh
lingkungan sebagai biang persoalan ini (Ini paling mudah. Toh,
lingkungan tidak bisa membantah 'kan?). Akan tetapi penelituan
R,D. Moore memperlihatkan bahwa anak/remaja yang komitmen
agamanya lemahg, mempunyai risiko sempat kali lebih tinggi
terlibat penyalahgunaan narkotika.
Nah, sebelu, menuduh pihak lain, sudahkah kita
meneliti keluarga kita? Kenyataannya, banyak orangtua yang rela
meluangkan waktu untuk mengantarkan anak-anaknya mengikuti les
sempoa atau piano ketimbang mengantar anak ke gereja. Untuk les,
mereka tidak segan-segan membayar mahal, tetapi ketika diminta
sumbangan untuk retreat remaja, mereka enggan membuka
dompertnya.
Sekarang saatnya membuat pagar yang kokoh di
sekeliling "kebun anggur Anda." Caranya, selain aktif mendorong
anak aktif di gereja, juga dengan membangun mezbah keluarga
setiap hari.
20.Kekuatan yang Terkendali
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena
mereka akan memiliki bumi.” (Matius 5:5 TB)
Kelemahlembutan bukan berarti kelemahan.
Sebaliknya, sikap ini adalah bentuk dari “kekuatan yang
terkendali.” Yesus adalah contohnya. Sebagai pencipta alam
semesta, Dia punya kuasa yang tak terbatas. Namun karena
kepatuhan-Nya pada kehendak Bapa, Dia menundukkan kuasa-Nya di
bawah kendali Bapa. “[Dia] telah mengosongkan diri-Nya sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia.” (Flp. 2:7)
Di taman Getsemane, ketika Petrus hendak
melindungi Yesus dengan kekuatan senjata, Yesus mencegahnya.
Sesungguhnya kalau mau, Yesus punya kekuatan untuk membunuh
semua tentara Romawi, bahkan seluruh angkatan perang di jagad
raya ini. Tapi Yesus tidak melakukan itu karena telah
menundukkan diri-Nya di bawah kendali Bapa.
Perhatikan kuda jantan gagah yang ditungangi sang
joki. Meski punya kekuatan yang lebih besar daripada
pengunggangnya, tapi kuda ini tunduk pada perintah joki.
Hubungan seperti ini tidak terjadi dalam sekejap. Seorang joki
harus menjalin hubungan yang erat dengan kudanya, dalam proses
yang berat dan lama. Proses inilah yang menciptakan kesetiaan
dan saling pengertian yang mendalam.
Kelemahlembutan mecerminkan seberapa dekat kita
dengan Tuhan. Meski dunia sering menempuh jalan kekerasan untuk
mencapai tujuannya, tapi orang Kristen sejati justru memilih
jalan kelemahlembutan. Itu bukan berarti bahwa dia lemah.
Sebenarnya dia punya kekuatan. Hanya saja dia menundukkan
kekuatan itu di bawah kehendak Tuhan. Nah, terhadap orang-orang
yang bisa mengendalikan kekuatan yang dia miliki ini, Tuhan
menjanjikan akan memberikan bumi ini, untuk diperintah. Tuhan
tidak rela jika bumi ini dikuasai oleh orang-orang yang
menyalahgunakan kekuasaan.
21.Kebangunan Rohani di Korea
Selatan
“
Bangsa yang diam
dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka
yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang."
(Matius 4:16 TB)
Kita patut bersyukur untuk pekerjaan Tuhan bagi
negara Korea Selatan. Pada tahun 1965, jumlah orang Kristen di
negeri ginseng itu hanya 3 persen. Namun pada akhir abad ke-20,
jumlahnya meningkat pesat hingga 25-30 persen dari populasi di
Korea Selatan. Ibadah-ibadah yang digelar oleh gereja-gereja
didatangi oleh ribuan orang. Hampir setiap Minggu pagi justru
terjadi kemacetan karena banyaknya mobil yang dibawa ke gereja!
Mengapa kekristenan berkembang pesat di Korsel?
Pertama, rakyat Korea sangat terbuka pada kekristenan. Kedua,
gereja-gereja juga sangat terbeban di dalam doa. Banyak jemaat
yang berkumpul setiap pagi untuk berdoa sebelum mereka berangkat
bekerja. Ketiga, kehidupan orang Kristen memiliki pengaruh nyata
dalam kehidupan politik dan sosial di negeri itu. Nilai-nilai
kekristenan memberi sumbangan besar dalam proses demokratisasi
di negeri ini, paska tumbangnya rezim militer.
Kita bisa belajar dari bangsa Korea. Kita juga
pernah diperintah oleh rezim militer yang represif. Sekarang
ini, kita sedang menumbuhkan kehidupan bangsa yang demokratis.
Dalam proses ini, kita memiliki peluang besar untuk mempengaruhi
bangsa melalui nilai-nilai kekristenan.
Sayangnya, kebanyakan gereja tidak peduli pada
hal ini. Mereka masih cenderung hidup untuk dirinya sendiri.
Pengaruh gereja atas bangsa ini dari hari ke hari justru semakin
melemah. Terang itu semakin memudar.
Sudah puluhan tahun bangsa kita hidup dalam
“kegelapan”. Saatnya kini untuk menunjukkan Terang itu.
22.Peti Mati Aneh
“Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah
mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi
milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari
antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.” (Roma 7:4 TB)
Ada seorang pendeta yang ditugasi untuk
“menghidupkan” kembali kebaktian gereja di sebuah kota kecil.
Dia sudah mendatangi setiap rumah jemaat untuk mengundang mereka
datang ke ibadah perdananya. Tapi pada hari Minggu itu, tidak
ada satu orang pun yang hadir.
Hari Senin, pendeta memasang iklan di koran
lokal. Isinya berupa pengumuman bahwa gereja telah mati. Untuk
itu, dia akan mengadakan upacara pemakaman pada hari Minggu
depan.
Iklan yang aneh itu berhasil menarik perhatian
warga kota. Mereka meluangkan waktu hadir ke gereja karena
penasaran ingin melihat upacara penguburan gereja seperti apa.
Di depan altar gereja sudah ada peti mati. Semua orang duduk
dengan khidmat.
Pendeta membuka dengan doa, lalu menyanyikan
himne. Sesudah itu, dia membacakan riwayat gereja semasa
hidupnya,yang dilanjutkan dengan penyampaian khotbah yang sangat
menyentuh.
Usai khotbbah, pendeta mempersilakan pada jemaat
untuk maju dan memberikan penghormatan terakhir pada mendiang
dalam peti. Satu persatu para pelayat bangkit dari kursi dan
menghampiri peti mati. Mereka ingin tahu isi peti mati itu.
Setiap orang yang melongok ke dalam peti itu menjadi
terperangah, lalu berlalu dengan perasaan malu.
Inilah yang mereka lihat: Di dasar peti itu
terpasang cermin besar. Sehingga ketika semua orang melongok,
mereka melihat bayangan dirinya sendiri yang akan dikubur.
Gereja bukablah gedung atau organisasinya. Gereja
adalah semua orang yang percaya pada Kristus. Kita telah menjadi
milik Kristus, dan Kristus menghendaki kita supaya berbuah bagi
Allah. Itulah misi gereja di dunia. Jika kita terlalu asyik
hidup bagi diri sendiri, maka waspadalah, gereja Tuhan bisa
mati.
23.Napi Jujur
“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia
akan dosa, kebenaran dan penghakiman;” (Yohanes 16:8 TB)
Suatu hari raja Frederick Agung, yang memerintah
Prussia (1740-1786) mengunjungi penjara dan bercakap-cakap
dengan penghuninya. Semua napi yang ditemui raja itu menyangkal
bahwa mereka bersalah sehingga layak dipenjara.
Lalu raja itu berhenti di depan sel yang
penghuninya sedari tadi hanya diam saja. “Apakah kamu juga akan
mengatakan bahwa kamu tidak bersalah?” tebak Frederick.
“Oh tidak Paduka,” jawab pria itu,”saya memang
bersalah dan pantas dihukum.” Raja tertegun pada jawaban
pesakitan yang satu ini. Dia lalu berkata kepada penjaga
penjara, “Bebaskan berandalan ini sebelum dia meracuni pikiran
semua ‘orang suci’ yang ada di sini.”
Nampaknya sudah menjadi kelaziman bahwa orang
yang paling bersalah justru yang bersuara paling keras bahwa
dirinya tak bersalah. Dia mengklaim bahwa dirinya telah
dijadikan kambing hitam oleh orang lain. Bahkan kalau perlu
mereka menyewa pengacara paling bagus. Dalam beberapa kasus,
pengadilan sering menjadi ajang kontes siapa yang kebohongannya
paling bisa dipercaya.
Kejujuran adalah awal dari kemerdekaan dari
dosa(1 Yoh. 1:9-10). Ketika mengaku dosa, kita mempunyai seorang
pembela, yaitu Yesus Kristus (1 Yoh. 2:1 KJV). Kata “pembela”
di sini berarti seorang yang membela kasus orang lain di muka
pengadilan. Betapa beruntungnya, kita punya Pembela terhebat di
seluruh jagat raya. Tapi untuk mendapatkan itu, terelbih dahulu
kita harus jujur mengakui dosa kita.
24.Kuasa Pengampunan
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan
ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh
dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni
kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13 TB)
Ada seorang petani Kristen yang bertetangga
dengan petani yang bukan Kristen. Petani Kristen ini menuduh
tetangganya telah mencuri sapi miliknya. Tetangganya membantah.
Maka terjadilah adu mulut yang sengit. Bahkan sampai terlontar
ancaman pembunuhan.
Dua tahun kemudian, hati petani Kristen ini
merasa tidak sejahtera. Dia tahu, sebagai orang Kristen, dia
harus menjadi teladan bagi tetangganya. Dia ingin sebenarnya
meminta maaf, tapi takut karena tetangganya oernah mengancam
akan membunuh dia. Tapi dia telah bertekad untuk minta maaf.
Dia berjalan ke rumah tetangganya. Di depan
pintu, tetangganya sudah menyambut dengan muka sangar, “Mau apa
kamu??!!” Petani Kristen mengutarakan maksudnya bahwa dia ingin
meminta maaf karena telah menuduhnya mencuri sapi. “Sebagai
orang Kristen, saya mengaku salah dan minta maaf,” katanya.
Luarbiasa! Setelah mendengar itu, tetangganya
berubah sikap. Dia berkata,”Sapimu dulu memang melompati pagar
pembatas dan masuk ke kebun saya. Tapi karena kamu mnuduh saya
mencuri sapi itu, maka sekalian saja sapi itu masuk kandang
saya. Sekarang sapi itu telah beranak. Kamu boleh mengambilnya
lagi.” Kini kedua petani yang bertetangga itu hidup rukun.
Prinsip Kristen tentang kasih dan pengampunan,
bukanlah sekadar teori teologi. Keduanya punya kuasa, yaitu
kuasa untuk mengubah hidup orang (Ibr. 4:12).
Jika Anda berseslisih dengan tetangga, ambillah
inisiatif untuk meminta maaf, meskipun Anda tidak bersalah.
Setelah itu, tunggu dan lihatlah perubahan hidup yang terjadi
dalam kehidupan Anda dan tetangga Anda.
25.Etika Kerja
“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan
perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama
Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa
kita.” (Kolose 3:17 TB)
Apakah Anda pernah mendengar “Etika Kerja
Protestan”? Konsep ini sebenarnya berasal dari surat Paulus
kepada jemaat di Kolose (3:17) dan juga ayat 23: “Apapun juga
yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Kedua ayat ini pernah menyemangati para pekerja
di awal masa industri di Amerika. Mereka sungguh-sungguh
menghayati ayat-ayat ini dalam pekerjaan mereka. Dampaknya,
pengaru Alkitab ini menciptakan produktivitas yang terbesar
sepanjang sejarah Amerika.
Etika Kerja Prostestan juga mengatir hubungan
natara pekerja dan majikan. Dalam hal ini para pekerja memberi
tenaga, pikiran, kejujuran dan kesetiaa dengan sungguh-sungguh.
Mereka menganggap haram tindakan kemalasan dan pencurian
peralatan kerja. Bahkan mereka juga menganggap bahwa penggunaan
jam kerja untuk bersantai adalah suatu pencurian waktu. Mereka
melakukan itu dengan kesadaran sendiri, bukan karena takut pada
penyelia atau mandor.
Lihat betapa indah ya apabila setiap orang di
Indonesia juga menerapkan etika ini di tempat kerja
masing-masing. Bukan hanya dalam pekerjaan secara formal,
melainkan juga ketika mengerjakan tanggung jawab sosial dan
pelayanan. Kita melakukan tugas itu dengan sungguh-sungguh,
bukan supaya mendapat pujian dari atasan atau jemaat, atau demi
kenaikan gaji, melainkan “melakukan semuanya itu dalam nama
Tuhan Yesus” dan melakukannya dengan “segenap hati seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
|