Melihat Hasil Kerja Anda, Pak Kapolri?
Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya
Salam Sejahtera!
Saudara-saudara semuanya,
Apa yang harus saya katakan tentang kunjungan mendadak Kapori, Da'i Bachtiar, ke
Maluku? Sebuah keprihatinan? Atukah semacam kecemasan? Yang saya hampir
bisa pastikan adalah bahwa kunjungan ini bukan untuk kebaikan dan kedamaian
Maluku, tetapi semacam kunjungan untuk mengevaluasi hasil kerja Kapolri di Maluku.
Bantah saya Pak Da'i Bachtiar, dan saya akan minta maaf kalau saya keliru.
Yang menarik di dalam berita kunjungan Kapolri ke Maluku ini, adalah "Sekjen Menko
Polkam Mayjen TNI Sudi Silalahi." (Media Indonesia, Jumat, 12 September 2002: Ikut
dalam rombongan Kapolri yang kesekian kali itu, yakni 30 pejabat lainnya, antara lain
Kepala Bagian Humas Polri Irjen Saleh Saaf serta Sekjen Menko Polkam Mayjen TNI
Sudi Silalahi.) Jika saya tidak salah ingat, mereka berdua ini adalah "pasangan Jawa
Timur yang menunjang infiltrasi laskar Jihad ke Maluku", walaupun sudah dilarang
oleh Presiden RI, KH. Abdurahman Wahid. Da'i Bachtiar adalah Kapolda Jatim dan
Sudi Silalahi adalah Pangdam Diponegoro, waktu itu.
Sudi Silalahi kemudian bergabung dengan Menkopolkam, Susilo Bambang
Yudhoyono, sementara Da'i Bachtiar dikatrol jadi Kapolri. Kita tahu bahwa secara
umum, Mabes TNI dan Mabes Polri tidak punya rencana untuk mengeluarkan Laskar
Jihad dari Maluku. Apalagi pribadi Da'i Bachtiar dan Sudi Silalahi? Karena itu, apalagi
tujuan mereka ke Maluku kalau bukan untuk menengok "hasil kerja" mereka, apakah
berjalan sesuai dengan rencana "perusuhan, intimidasi, dan penguasaan Maluku"
atau tidak?
Menurut Satunet.com Jumat, 13/09/2002, 04:35 WIB, Kapolri Jenderal Pol Da'i
Bachtiar menegaskan, "ada kelompok baru yang bermain agar kedua komunitas di
Maluku, khususnya Ambon, tetap berkonflik sejak peristiwa awal 19 Januari 1999."
Dari mana Kapolri bisa mengatakan bahwa yang berusaha terus merusuhkan Maluku
sekarang ini adalah "kelompok baru"? Satupun dari pelaku peledakan bom, "Idiamin
Tabrani Pattimura dan Syafruddin alias Sasa dengan menggunakan mobil kijang
merah metalik DE 55 RB dan otak pembakar Kantor Gubernus Maluku, tidak becus
diurus dan diungkapkan Polri. Lalu, Jakarta menugaskan beberapa JPU dan MH di
Ambon untuk menggelar sidang sampalan terhadap beberapa warga Kristen yang
ditangkap ketika sedang menggoyang pintu Kantor Gubernur Maluku karena emosi
yang meluap-luap.
Kapolri, Da'i Bachtiar kemudian melanjutkan, "Indikasinya sangat jelas dengan tidak
ada satu pun dari kedua komunitas yang bertikai selama ini mengakui perbuatan
dalam insiden peledakan bom di lapangan Merdeka dan penembakan di Kulur.
Bahkan tudingan mereka pun tidak ditujukan kepada salah satu komunitas."
Bisa membaca kan Pak Kapolri? Atau sengaja melindungi teman-teman
seperjuangan yang anda coba untuk menggolongkan sebagai "kelompok lama"? Buka
situs Laskar Jihad (laskarjihad.or.id), atau Republika online, atau baca tulisan saya
(Masih seputar desa Kulur), supaya Pak Kapolri bisa sadar bahwa "pihak Kristen
yang dituduh sebagai pelakunya." Desa Kristen Porto, Haria dan beberapa desa lain
di Pulau Haruku dikatakan memiliki kemungkinan sebagai asal penyerang gelap.
Kalaupun penembakan itu dilakukan oleh aparat, tentulah aparat tersebut beragama
Kristen. Konco anda di MUI-Jakarta, Amidhan, malah menunjuk RMS-Kristen sebagai
biangnya, Pak kapolri.
Saya tahu bahwa Kapolri Da'i Bachtiar bisa berkilah dengan menggunakan alasan
bahwa yang disebutkannya sebagai tidak saling tuduh adalah warga asli Maluku.
Memang benar! Yang menahan dan membakar habis Sdr. H Matulessy beserta mobil
yang dikendarainya dan melukai Kel. Hehakaya juga bukan warga asli Maluku, tetapi
"kelompok lama" sahabat anda dan Sudi Silalahi kan?
Kapolri Da'i Bachtiar yakin bahwa "ada kelompok lain di luar yang selama ini
berkonflik. "Ini kelompok baru yang saya isyaratkan itu preman-avonturir atau
kelompok kepentingan yang merasa hidup dan senang dalam kondisi konflik."
Mari kita balik ke belakang Pak Kapolri. Sejak 19 Januari 1999, kelompok yang
menjadi biang rusuh di Ambon/Maluku adalah "kelompok luar." Jakarta mencoba
menyembunyikan atau melokalisir sumber bencana ke Maluku, dengan merancang
kasus Ketapang untuk mengirim pulang para preman asal Maluku agar dijadikan
kambing hitam kan? Anda dan Sudi Silalahi kemudian mensponsori Laskar Jihad
untuk masuk dan mengeskalasi kerusuhan Maluku. Artinya, anda berdua adalah
"kepala preman avonturir dari luar Maluku yang menggiring kelompok kepentingan
anda yang merasa hidup dan senang dalam kondisi konflik besar."
Kapolri Dai Bachtiar kemudian memberikan kepastian pada rakyat dengan ungkapan,
"Sudah, sudah ada (indikasi, jl), analisis intelijen Polri terhadap kelompok ini dan itu
mengarah ke sana. "
Kalau boleh saya ulangi permintaan saya Pak Kapolri, "Hentikanlah omong kosong
itu!" Kami sudah bosan dengan indikasi dan analisa intelijen sampalan anda, sebab
nanti juga kita akan dengar tentang "pihak asing, Barat, Kristen dan RMS" lagi, yang
tidak bosan-bosannya menggantung di bibir kalian." "Kelompok baru" itu memang
harus diciptakan untuk melindungi "kelompok lama" anda dan Sudi Silalahi.
Saya hargai juga kesediaan Pak Kapolri untuk "melihat dari dekat lokasi peledakan
bom di Tribun Lapangan Merdeka, Ambon, pada Kamis (5/9), yang menewaskan
empat atlet Maluku itu" (Media Indonesia, Jumat, 12 September 2002). Tetapi saya
jadi bertanya, "Untuk apa?"
Pak Kapolri Da'i bactiar kemudian "menanyakan kepada Kapolda Maluku, Kajati
(Kepala Kejaksaan Tinggi) Maluku, apa saja yang jadi masalah yang perlu segera
ditangani dalam pendekatan hukum" (Media Indonesia, Jumat, 13 September 2002).
Maafkan saya yang pendek akal ini Pak Kapolri, tetapi saya ingin bertanya lagi,
"Untuk apa?"
Berbagai pelaku pengeboman, penembakan, penganiayaan dan pembunuhan tidak
pernah terungkap dan dilupakan. Kapolda dan Kapolri malah beranggapan bahwa
nyawa Sdr. H. Matulessy yang direnggut secara kejam di Galunggung adalah sesuatu
yang tidak perlu diperbincangkan, karena akan kena-mengena dengan "kelompok
lama" sahabat beliau yang bermarkas di sana. Tetapi, Kapolda dan Kejati
diinstruksikan untuk membuat scenario baru tentang "kelompok baru" tetapi kambing
hitam yang lama – RMS-Kristen.
Coba Pak Kapolri tanyakan kawan anda Pak Sudi Silalahi, "Apa yang dilakukan
TNI-Kopasus dengan begitu misterius di Maluku?" Menggali kebenaran tentang RMS
atau mengarang dan mengubur RMS-Kristen? Mengapa mereka ini seperti tidak
berfungsi sebagai anti teror atau pencegah pengeboman dan penembakan gelap
terhadap rakyat sipil?
Dengar apa kata Pangdam Pattimura, Mayjen Djoko Santoso! Pangdam kita ini
menyatakan bahwa "tidak ada unsur TNI yang ditugaskan melakukan pengamanan di
Pulau Saparua, Maluku Tengah", untuk menghapus kemungkina penembakan
terhadap 3 Muslimah di desa Kulur itu dilakukan oleh anggota TNI. Mengapa beliau
berpikir bahwa rakyat Maluku sudah demikian bodoh sehingga bisa lolos dengan
alasan ngawur seperti ini? Apakah pulau Saparua itu terletak dekat Madagaskar
sana, Pak Pangdam? Wong, kalo ngomong jangan pakai dengkul to Mas?
Oleh sebab itu, mungkin lebih baik jika judul di atas kita ubah bunyinya menjadi,
MEMELIHARA KEBERHASILAN KERJA DI MALUKU! Bagaimana Pak Kapolri?
Tuhan Yesus Kristus kiranya mengampuni dan menolong Maluku, serta memberkati
Kapolri Da'i Bachtiar, Sudi Silalahi, dkk. dengan damai sejahtera dan kemampuan
untuk berkata dan bertindak benar.
Salam Sejahtera!
JL.
|