The Spirit of  Salaam

 

Oleh Lukman A. Irfan

 

Sedemikian sering kita mendengar, mengucap dan menulis Salaam (asslâmu’alaikum wr. wb.) sehingga tidak mengherankan lagi apabila ada orang yang bukan muslim mengucap Salaam. Mungkin juga karena terlalu sering kita mendengar, mengucap, dan menulis Salaam sehingga seringkali kita tak lagi menghayati kedalaman makna Salaam, baik ketika mendengar, mengucap atau menulis lafadz Salaam. 

Kita juga sering menitip Salaam  kepada teman atau saudara kita, namun tanpa sadar Salaam tersebut hanya berupa sapaan, tak lagi bermakna Salaam yang sesungguhnya. Saat kita mengakhiri salat juga demikian, kita mengucap Salaam sambil menengok ke kanan atau ke kiri juga tanpa makna. Sedemikian keringkah Salaam saat ini bagi kita. Tampaknya pepatah yang mengatakan bahwa tresno jalaran soko kulino, tak lagi matching bagi kita. Seharusnya semakin sering kita mendengar, mengucap atau menulis Salaam, maka semakin kita mengenal dan bahkan mencintai Salaam. Mengenal atau mencintai Salaam berarti semakin bermakna dan semakin indah apabila kita mendengar, mengucap, dan menulis Salaam tersebut.

Jangan-jangan kegelisahan hati kita, dan mungkin kegelisahan anak dan saudara-saudara kita karena kehilangan makna Salaam tersebut. Bagaikan raga tanpa jiwa, bagaikan berjalan tanpa tujuan, hambar rasanya. Hambarnya kehidupan mungkin implikasinya menjadikan hidup kita lontang-lantung tanpa arti. Implikasi ini mungkin juga tidak terlalu menakutkan. Yang rugi hanya kita sendiri. Namun apabila implikasi kegelisahan kita berimplikasi rasa frustasi dan kemudian berujung pada sikap agresif yang meninggi, maka kita bisa menyakiti orang lain dengan tindakan yang kita dilakukan.

***

Salaam adalah merupakan sebuah do’a yang diucapkan oleh setiap orang yang menyebutnya. Spirit dari Salaam adalah harapan agar setiap orang yang di depannya memperoleh keselamatan dan kedamaian.

Dalam setiap Salaam - Assalâmu’alaikum warahmatulâhi wabarôkâtuh -  terdapat tiga do’a, yaitu keselamatan, Rahmat Allah SWT dan mengalirnya kebaikan dari Allah SWT kepada orang (orang-orang) kedua atau orang (orang-orang ketiga). Tiga harapan inilah sebenarnya spirit dari Salaam. Ruh dari Salaam apabila diandaikan Salaam adalah raga.

Seringkali kita menebar ucapan Salaam , tapi tak mampu menebar kedalaman makna Salaam  diantara sasaran Salaam  kita. Seringkali kita menulis surat dengan permulaan Salaam, namun kita tak pernah menyentuh kedalaman Salaam yang kita ucap atau tulis. Bahkan lebih parah lagi, kita tidak pernah berpikir bahwa Salaam adalah keselamatan dan kedamaian yang kita do’akan untuk sasaran Salaam  kita.

Ada keindahan sentuhan di kedalaman hati kita saat kita mengucap Salaam  dengan penghayatan bahwa kita sedang mendo’akan orang-orang yang menjadi sasaran Salaam kita.