detikcom, Minggu, 30/01/2005 16:25 WIB
Buntut Bentrok Desa Kembar di Ambon, Empat Warga Ditahan
Reporter: M Hanafi Holle
detikcom - Ambon, Buntut bentrok kesekian kalinya antara Desa Hitulama dan Desa
Hitumessing, Ambon malam tadi, empat warga kini ditahan Polres Pulau Ambon
untuk dimintai keterangan. Guna menghindari swiping pasukan Brimob, sebagian
warga juga ada yang lari ke hutan.
Penangkapan dilakukan saat aparat Brimob yang turun ke TKP melakukan penyisiran
sekitar pukul 02.00 Wit dini hari tadi. Bentrok antara desa kembar yang ketiga kalinya
dalam beberapa pekan terakhir, terjadi Sabtu (29/1/2005) sekitar pukul 23.00 Wit.
"Empat warga yang dicurigai sementara kita amankan untuk dimintai keterangan.
Mereka ditangkap karena berada di jalan ketika terjadi bentrok," kata Kapolres Pulau
Ambon dan Pp Lease, AKBP Leonidas Braksa, kepada detikcom via telepon, Minggu
(30/1/2005), tanpa merinci warga dari desa mana yang ditahan.
Akibat bentrok kedua desa yang belum memiliki batasan wilayah yang jelas ini, tiga
rumah terbakar, dua rumah terkena ledakan bom dan satu rumah dihancurkan.
Sebelumnya delapan warga juga dilaporkan luka-luka, namun Kapolres membantah
hal itu.
"Tidak ada korban jiwa maupun luka-luka, yang ada hanya beberapa rumah dibakar
dan dihancurkan," kata Kapolres.
Kapolres menambahkan, guna menghindari konflik lanjutan pihaknya akan melakukan
swiping senjata api dan bahan peledak di kedua desa. "Nanti kita menunggu situasi
sudah normal, baru swiping kita lakukan," katanya.
Saat ditanya penyebab bentrokan, Kapolres mengungkapkan, bentrokan bermula dari
pertengkaran pemuda kedua desa yang kemudian berujung pada aksi serang
menyerang dengan menggunakan senjata api rakitan dan bom molotov, Sabtu
(22/1/2005) pekan lalu.
Untuk mengendalikan situasi, saat ini telah diturunkan satu pleton brimob BKO dari
Kalbar dan NTB guna menambah satu pleton Brimob yang sudah ada di kedua desa
sejak pecah bentrok pekan lalu. Meski demikian, warga dari desa Hitumesing yang
hendak ke Ambon lebih memilih jalan alternatif yang lebih jauh jaraknya karena
alasan keamanan.
"Kalau sedang konflik begini, kami lebih memilih jalan memutar ke wilayah
kecamatan Salahutu menuju Ambon sekitar 120 km. Ini sangat jauh dan mahal
daripada lewat jalan biasa yang bisa mengancanm keselamatan kami," kata Ridwan
Selamat, Mahasiswa asal desa Hitumesing. (fab)
© 2005 detikcom, All Rights Reserved.
|