The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Warga Poso Tuntut Ketegasan Petugas Keamanan


KOMPAS, Selasa, 2 Juli 2002

Warga Poso Tuntut Ketegasan Petugas Keamanan

Poso, Kompas - Sebagian besar pengungsi akibat kerusuhan di Poso, Sulawesi Tengah, menyatakan keinginannya untuk kembali ke tempat asal masing-masing. Akan tetapi, mereka masih merasa waswas akan adanya berbagai letupan. Karena itu, mereka menuntut ketegasan aparat keamanan untuk menindak orang-orang yang membuat kekacauan.

 Hal itu terungkap dalam dialog antara warga dengan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) HM Jusul Kalla di Tentena, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Senin (1/7). "Kami sudah ingin sekali kembali ke tempat kami. Tapi, situasi membuat kami merasa waswas," kata seorang warga.

 Pendeta Kamboji dan Pendeta Damanik menekankan hal serupa. Kamboji yang juga Ketua Forum Komunikasi Sintuwu Maroso mengatakan, ketegasan aparat keamanan sangat dibutuhkan untuk menangkap dan menindak orang-orang yang ingin merusak kedamaian yang mulai tercipta di Poso.

 "Kalau dikatakan polisi dan TNI sedang berusaha mencari orang-orang yang melakukan kejahatan dan melanggar Deklarasi Malino, kami menunggu hasilnya. Kami juga menuntut agar orang-orang yang memunculkan isu-isu tidak berdasar-sehingga dapat memancing kerusuhan-diproses secara hukum," kata Kamboji.

 Damanik mengingatkan, masih adanya media massa yang menurunkan berita-berita yang tidak bernuansa rekonsiliasi. "Kami meminta rekan-rekan wartawan agar memperhatikan hal ini, demi mendukung upaya rekonsiliasi," kata Damanik.

 Ny Sarce (32) yang kini masih tinggal di tempat penampungan pengungsi di lokasi Arena Festival Danau Poso mengaku masih sering menerima intimidasi jika datang ke kebunnya. Kebun kakao miliknya di Galuga, Kecamatan Tojo, terpaksa dibiarkan telantar, padahal sedang berbuah lebat.

 Jardo (39) yang punya kebun kakao di Kecamatan Poso Pesisir juga mengaku mendapat perlakuan serupa. "Kami tidak berani ke kebun sendirian. Perginya harus rombongan," ungkap Jardo, transmigran yang telah tinggal puluhan tahun di Poso.

 Menanggapi hal itu, Jusuf Kalla-didampingi Gubernur Sulawesi Tengah Aminuddin Ponulele dan Bupati Poso Muin Pusadan-mengatakan bahwa aparat keamanan telah berupaya mencari mereka yang diduga memancing kerusuhan. Namun demikian, menurut Kalla, upaya rekonsiliasi memang membutuhkan waktu, tidak sekali jadi seperti membalik telapak tangan.

 Di sisi lain, warga mengungkapkan, keinginannya untuk kembali ke tempat semula terhambat oleh belum adanya rumah tinggal sementara (RTS) seperti yang pernah dijanjikan pemerntah. Pemerintah menargetkan akan membangun 5.000 unit RTS bagi pengungsi di Poso. Sementara, yang terealisasi masih minim.

 Sejumlah warga yang ditemui Kompas di Desa Pinedapa, Kecamatan Poso Pesisir, belum menerima bantuan sama sekali untuk membangun RTS. Beberapa warga mengaku telah menerima bahan rumah, tetapi belum cukup untuk membangun RTS standar berukuran 5x5 meter. Seharusnya mereka masing-masing memperoleh bantuan berupa 40 lembar seng, 25 lembar kayu tripleks, dan 15 zak semen.

 Menurut Kalla, material bangunan untuk penungsi itu sudah tersedia. Namun, pemerintah masih menghadapi kendala teknis dan keamanan untuk pembagiannya kepada warga. "Kendala itu segera kami atasi," ujar Kalla. (lam)

Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/unpatti67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044