The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Kapolri Sulit Keluarkan Laskar Jihad dari Ambon


MANADO POST, Kamis, 13 Juni 2002

Kapolri Sulit Keluarkan Laskar Jihad dari Ambon
TNI Gagal Bongkar Gudang Senjata RMS

JAKARTA-Desakan agar segera mengeluarkan laskar Jihad di Maluku, ternyata sampai kini belum bisa dilakukan aparat keamanan. Bahkan Kapolri Jenderal Pol Da'I Bachtiar mengakui sulit mengeluarkan laskar Jihad dari Ambon.

Menurut Bachtiar kesulitan ini karena terbentur aturan. Karena menurut dia, setiap warga negara Indonesia berhak tinggal dan menetap di seluruh wilayah republik ini.

Karena itu, kata Bachtiar upaya yang mesti dilakukan saat ini adalah melakukan penyerahan senjata. "Jadi akan diprioritaskan dulu penyerahan senjata,'' kata Kapolri usai mendampingi Wakil Presiden Hamzah Haz berkunjung ke Ambon dua hari lalu.

Memang pada saat kunjungan wapres itu, sejumlah posko Laskar Jihad di Ambon, akhirnya mau menyerahkan senjata dan amunisinya kepada aparat keamanan di Maluku. Jumlah senjata yang diserahkan pun lumayan banyak. Tercatat ada 25 senjata organik, 195 senjata rakitan, 23 magazin organik. Selain itu, diserahkan pula 2.571 amunisi, 2.716 peledak dan 318 senjata tradisional.

Penyerahan senjata dan amunisi ini anggota laskar Jihad kepada kepada Pangdam Pattimura Mayjen Djoko Santoso dan Kapolda Maluku Brigjen (Pol) Soenarko, yang disaksikan langsung wapres Hamzah Haz.

Ketika ditanya kenapa yang menyerahkan senjata dan amunisi itu hanya dari kelompok Muslim, wapres menjelaskan seperti dikutip suarapembaruan.com, informasi dari Gubernur Maluku ternyata sebelum ini kelompok Kristen sudah menyerahkan senjata mereka.

Wapres mengatakan penyerahan senjata kelompok Muslim dan Kristen telah memperlihatkan itikad untuk mengakhiri pertikaian yang telah berlangsung tiga tahun ini. Pemerintah, jelas wapres seperti yang dikutip tempo-interaktif, tidak boleh menyia-nyiakan momentum itu untuk terus mendorong pulihnya keadaan di Maluku. Apalagi di sana telah ada Penguasa Darurat Sipil dan Komando Operasi Pemulihan Keamanan.

Wapres juga minta kekerasan di Maluku segera diakhiri karena hal itu akan membuat rakyat Maluku semakin menderita. ''Jika pertikaian di antara dua kelompok ini masih terjadi maka rakyat akan semakin tercabik-cabik,'' ujarnya.

Dikatakan, sekarang kelompok RMS dalam kaitannya dengan FKM pemerintah telah mengambil sikap tegas. Artinya, masalah seperti itu harus segera kita hentikan dan yang salah harus dibawa ke pengadilan. Begitu juga dengan kelompok luar atau siapa saja yang meresahkan rakyat yang menghilangkan rasa persaudaraan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemerintah sudah siap mengambil segala tindakan terhadap mereka. ''Saya merasa bahagia kepada mereka yang memiliki senjata kini sudah mulai menyerahkan senjatanya. Saya akan berharap dengan itu tidak ada lagi pertikaian-pertikaian selanjutnya,'' ujarnya.

Soal desakan mengeluarkan laskar Jihad dari Ambon, wapres berpendapat, anggota laskar ini akan keluar sendiri dari kawasan tersebut bila keamanan sudah kondusif. Pasalnya, kedatangan mereka ke sana lantaran merebaknya konflik. Belakangan, menurutnya, laskar Jihad telah memasuki bidang-bidang sosial dan pendidikan sehingga mendapat pengakuan dari masyarakat di Ambon.

GUDANG SENJATA

Sementara itu, sinyalemen mantan Pangdam XVI Pattimura Brigjen TNI Mustopo terkait dengan adanya empat titik lokasi gudang senjata milik Republik Maluku Selatan (RMS) yang belum sempat ditemukan, ternyata setelah ditelusuri aparat TNI hasilnya nihil. ''Saya sendiri belum tahu secara pasti tentang keberadaan keempat titik lokasi penimbunan senjata milik RMS itu. Tapi, setelah kami telusuri ternyata hasilnya memang nihil,'' ungkap Pangdam XVI Pattimura yang baru dilantik Mayjen TNI Djoko Santoso menjawab wartawan ketika menggelar jumpa pers, di ruang kerjanya, Rabu (12/6), siang, kemarin.

Kendati demikian, Pangdam mengakui bahwa ancaman gerakan separatis RMS terkait dengan konflik di Maluku ini sangatlah berbahaya. Menurutnya, konflik di Maluku ini terbagi dalam dua arah. Pertama, konflik horisontal dan kedua konflik vertikal.

Dia mengatakan, konflik vertikal yang terjadi di Maluku ini setelah adanya keterlibatan gerakan separatis RMS yang terjadi sejak pecahnya konflik di daerah ini. ''Dengan keterlibatan gerakan separatis RMS itu sehingga konflik ini disebut konflik vertikal,'' ujarnya.

Pangdam mengatakan, menyangkut dengan keterlibatan RMS, tugas aparat TNI sudah jelas, yaitu melindungi dan mempertahankan negara ini dari upaya separatis untuk memisahkan diri keluar dari NKRI. ''Jadi aparat TNI-Polri akan menghadapi separatis dalam bentuk apapun akan tetap dihadapi,'' tegas jenderal bintang dua ini.

Dikatakan, pihaknya akan melihat eskalasi dari ancaman yang dilakukan RMS. ''Kalau dari sisi hukum kita akan lawan pakai hukum, kalau dari sisi politik kita akan lawan pakai politik. Namun jika perlawanan bersenjata yang dilakukan maka kita juga akan hadapi dengan senjata pula,'' tegasnya.

Menurutnya, bentuk perjuangan yang dilakukan separatis di Maluku ini terdiri dari berbagai front yang dibangun, dari dalam sampai ke luar negeri. Tapi, untuk di Maluku, kata Djoko Santoso, bentuk perjuangannya dinilai masih sebatas pelanggaran hukum.

Pangdam menegaskan, kepada aparat TNI-Polri untuk tidak segan-segan mengambil tindakan tegas terhadap ancaman separatis di Maluku maupun mereka yang hendak melakukan penyerangan. ''TNI-Polri tidak perlu takut terhadap HAM, dalam mengambil tindakan terhadap ancaman separatis maupun mereka yang hendak menyerang warga yang tidak bersalah,'' tegasnya.

Dia mengatakan, HAM wajib untuk dihormati, tapi HAM sendiri tidak melindungi separatis. Aturan yang tertuang dalam HAM itu sendiri sudah jelas. ''Jadi saya sudah sarankan kepada prajurit TNI-Polri untuk tidak ragu-ragu dalam mengambil tindakan. Maling saja bisa ditembak, apalagi separatis. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran HAM yang lebih meluas,'' tegasnya.

Pangdam menghimbau kepada masyarakat di Maluku ini untuk selalu mewaspadai adanya gerakan separatis RMS di Maluku. Di samping separatis, Pangdam juga meminta agar warga Maluku jangan selalu terpancing dengan isu-isu menyesatkan yang akan menimbulkan gejolak baru di masyarakat.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk selalu mematuhi upaya-upaya yang akan dilakukan aparat keamanan, terkait dengan pemulihan situasi keamanan di Maluku ini.

Pangdam menambahkan, aparat keamanan akan selalu melakukan swiping dalam rangka untuk memulihkan keamanan di Maluku ini. ''Jadi terkait dengan swiping ini pihak kami akan terus melakukannya, dan itu sudah diantisipasi dari jauh-jauh hari sebelumnya,'' katanya.

Dalam swiping yang dilakukan aparat keamanan selama ini, kata Pangdam Djoko, pihaknya telah berhasil mengumpulkan sebanyak 356 senjata organik. Sedangkan untuk senjata rakitan, bahan peledak dan senjata tradisional berupa parang, tombak dan panah sudah mencapai ribuan yang diperoleh dari tangan kedua kelompok masyarakat yang saling bertikai ini.(spc/tmp/jpnn)

© Copyright 1996, MANADO POST Online
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/unpatti67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044