SURYA Online, Senin, 03 Juni 2002
Barikade beton di Ambon dibuldoser
Ambon, Surya - Barikade beton di kawasan Mardika-Batu Merah yang sudah tiga
tahun menjadi sekat pemisah antara komunitas Islam-Kristen di Ambon, Minggu
(2/6), dibongkar.
Pembongkaran barikade beton disaksikan banyak warga itu dilakukan oleh sejumlah
personel Armada Medan II Bukit Barisan. Langkah tersebut dilakukan menyusul
pengangkatan Pangdam Pattimura Mayjen TNI Djoko Santoso.
Sekat beton itu dibongkar menggunakan buldoser. Sedangkan warga membantu
memindahkan sejumlah drum berisi semen. Kini, warga dengan mudah bisa melewati
kawasan itu tanpa rasa takut. Mereka juga berharap perombakan barikade itu tak
akan memicu munculnya masalah baru. Hingga kini, situasi di Ambon dilaporkan
semakin pulih. Aktivitas perekonomian juga sudah mulai berjalan normal.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Da'i Bachtiar menegaskan tak akan mengirimkan
lagi pasukan ke Ambon. Sebab, situasi di wilayah konflik itu sudah kondusif. Kapolri
juga memastikan tak akan mengganti Kapolda Maluku Brigjen Pol Soenarko DA,
menyusul pengangkatan Djoko Santoso. Da'i berniat mengoptimalkan personel yang
sudah ada di sana.
Terkait konflik Ambon, Forum Silaturahmi Umat Islam Maluku (FSUIM) mendesak
Wapres Hamzah Haz datang ke wilayah konflik itu. Mereka berharap pemerintah
pusat terjun langsung melihat kenyataan sebenarnya terjadi di Maluku.
"Selama ini, informasi yang diterima pemerintah tentang konflik Maluku hanya dari
sistem birokrasi pemerintahan," kata Sekretaris FSUIM Abdul Wahab Lumaela dalam
jumpa pers di kediaman Ustadz Muhammad Attamimy, tokoh masyarakat, di Ambon,
Sabtu (1/6).
Lumaela menegaskan, keinginan tersebut telah disampaikan oleh FSUIM kepada
Hamzah Haz melalui delegasi yang dikirim ke Jakarta. Dari pertemuan dengan
Wapres itu, mereka mendapat sinyal Hamzah bersedia datang ke Ambon. "Wapres
bersedia datang, hanya waktunya belum dipastikan," katanya.
FSUIM adalah kumpulan puluhan ormas Islam besar di Maluku seperti
Muhammadiyah, NU, Badan Koodinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPMRI),
Front Pembela Islam (FPI) Maluku, Al-Khairat, Ikatan Persaudaraan Muslim Nusa Ina
(Iksamuni), Pusat Komando Jihad Maluku (PKJM) yang membawahi ratusan posko
jihad, Gerakan Pemuda Islam (GPI), Satgas Amar Ma'ruf Nahi Munkar Muslimin
Maluku (SAMN3M) dan sejumlah organisasi lainnya.
FSUIM berharap kedatangan Wapres dapat langsung melihat data dan fakta di
lapangan. Dari data yang diperoleh Wapres itu diharapkan dapat dijadikan acuan
dalam menyelesaikan konflik. "Kami ingin konflik diselesaikan seusai data dan fakta
yang ada, bukan dengan cara rekayasa yang sifatnya semu dan sesaat saja. Dan
fakta yang ada, kerusuhan di Maluku ini didalangi oleh gerakan separatis FKM/RMS,"
tambah Muhammad Attamimy.
Mengungsi
Dari Tual dilaporkan, sebanyak enam anggota DPRD Kabupaten Maluku Tenggara
(Malra) sejak Sabtu (31/5), mengungsi ke beberapa desa di pinggiran kota Tual,
ibukota Kabupaten Malra, guna menyelamatkan diri menyusul aksi kekerasan
antarkelompok bernuansa politik 30 Mei 2002 lalu di daerah itu yang menewaskan
dua warga sipil.
Berdasarkan informasi diterima, Minggu (2/6), enam anggota DPRD yang mengungsi
bersama keluarganya karena merasa terancam keselamatannya itu antara lain M A
Aziz, S Fakaubun, A Rahayaan (FPPP), Feby Rahanubun (F-Kristen Demokrat), JU
Rahail (FKKI) serta anggota DPRD non-fraksi Ivo J Ratuanak.
Belum diketahui tempat pengungsian enam anggota DPRD pendukung Drs Taher
Hanubun, salah satu dari lima calon Bupati Malra periode 200-2007 itu, namun diduga
mereka mendapat perlindungan dari kelompok massa pendukung calon bupati
tersebut.
Sementara rumah pribadi anggota DPRD non-fraksi, Ivo J Ratuanan di komplek Petak
XX Tual, telah dirusak oleh kelompok Herman Koedoboen yang juga salah satu calon
bupati setempat, sehari setelah aksi kekerasan di Teluk Rossenberg Watdek, Tual.
Diberitakan sebelumnya, telah terjadi aksi kekerasan melibatkan puluhan massa
pendukung calon Bupati Drs Taher Hanubun dengan Herman Koedoebon SH, di Teluk
Rossenberg Watdek, Kamis (30/5) sekitar pukul 14.00 wit yang menewaskan dua
warga sipil dan delapan lainnya luka berat/ringan.
Dalam insiden berdarah antarpendukung calon bupati yang diduga melibatkan
keenam anggota DPRD itu mengakibatkan korban lainnya, Lodewik Notanubun, 54,
belum ditemukan dan masih dalam pencarian aparat keamanan bersama keluarga
korban.
Beberapa saksi di tempat kejadian perkara (TKP) menduga korban telah meninggal
dan terbawa arus ke tempat lain. Tapi sumber lain menyebut kemungkinan korban
masih dalam penyanderaan kelompok massa Hanubun di tempat tertentu.
Sementara itu, prosesi pemakaman dua korban yang tewas dalam insiden tersebut
masing-masing Alosisu Kloatubun, 39, berserta Hendrik Koedoeboen, 32, Sabtu (1/6)
sore mendapat pengawalan ketat aparat TNI/Polri dari Kodim 1503 dan Polres Malra.
Dua korban yang dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Perumnas
dengan iringan ratusan kedaraan roda dua dan empat itu sejak dari rumah duka di Jl
Dr Leimena mendapat perhatian dari ribuan masyarakat setempat yang berhamburan
di pinggiran jalan hingga ke TPU. (ant/le)
© 2000 Allrights reserved.
|