Dana
Karya: Taman Budicipta

Dikatakan bila seseorang membilas sisa makanannya di sungai dan berpikir, "biarlah ikan-ikan di sungai ini memakan sisa makanan ini," maka ia telah termasuk berdana. 

Ajaran Sang Buddha mengajarkan kita berdana.  Percaya atau tidak, Sang Buddha tak pernah menyuruh kita untuk berdana hanya untuk kepentingan Buddha, Dhamma, dan Sangha saja, malahan Beliau menyuruh kita memberikan dana kepada pengikut dan agama lain.  Ini dapat kita lihat sewaktu Sang Buddha menyuruh pengikutNya untuk tetap memberikan dukungan materi kepada mantan guru agama mereka. 

Terus kalau kita mempelajari
Dana Sutta, disana juga dijelaskan bahwa dua orang yang memberikan dana yang sama dapat membuahkan hasil yang sangat jauh berbeda.  Faktor pikiran itu merupakan faktor terpenting dalam berdana.  Kita semua tahu mereka yang berdana untuk mendapatkan kemasyuran akan mendapat buah yang sangat kecil.  Mereka yang berdana kemudian menyesal berat atas dana yang diberikan akan kelak kehilangan buah yang diperolehnya (misalnya mendapat rumah baru dan beberapa minggu kemudian rumah tersebut terbakar hangus). 

Selalu ingatlah bahwa dana itu adalah pendukung pikiran ini.  Ia bersifat membagi apa yang kita ada, mengikis pikiran pelit, mengikis pemikiran, "ini milikku, ini punyaku."  Ia menjadikan pikiran ini berbahagia atas dana yang diberikan.  Maka dari itu, dikatakanlah "dana adalah pendukung pikiran ini." 

Kalau ajaran Sang Buddha dirumuskan menjadi tahap-tahap, maka tahap pertama adalah dana.  tahap kedua adalah sila.  tahap ketiga adalah bhavana (pengembangan batin).  Terlihat dana memegang peran yang sangat penting. 

Adalah pemikiran yang sempit bila seseorang mengecam permintaan dana.  Kita seharusnya menjauhi pemikiran yang sangat bertentangan dengan ajaran Sang Buddha ini.  Kalau umat agama lain mengecam permintaan dana yang dilakukan oleh umat Buddhis, biarlah.  Kita hanya bisa mengatakan kepada diri sendiri, "Sang Buddha telah menjelaskan dana dan manfaat berdana kepada kami."



Tambahan
Andre:

Sang Buddha bersabda: "seandainya semua orang mengerti seperti yang Aku Tathagatha) tau,
manfaat dari pada berderma (dana), maka seseorang tidak akan pernah makan tanpa pernah berbagi seandainya ada yang dapat dibagi"

seperti kisah tukang minta minta lah, ada orang yang bilang oh jangan itu ada"maksud"nya. tetapi ada satu cerita yang menggugahkan hati waktu itu Anagarini Santini cerita: waktu itu di sebuah (kalau gaksalah pesta perkawinan) ada orang anak kecil yang sepertinya ingin meminta minta, tetapi gak ada satu orang pun yang memperdulikan dia (karena persepsi orang rata rata bahwa ni
orang ada BOS nya) tetapi ternyat anak tersebut bukanlah datang dengan bakingan Bos, melainkan karena ia bener bener kelaperan dan minta minta buat "makan" akhirnya dia mati disana.

demikian juga kita dalam berdana seharusnya didasari pada kemurahan hati.