Uraian Dhamma yang tak tepat, nerakakah?
Sumber: Taman Budicipta
Herdi:

Saya pernah diberitahu juga kalau memberi uraian Dhamma secara tidak tepat maka pintu neraka avicci juga bisa terbentang lohh karena menyesatkan orang lain...seram khan


Andromeda:

Hmmm, saya juga pernah mendengar tentang nasib dilahirkan di neraka bagi ia yang memberikan uraian Dhamma yang tidak tepat.  Marilah kita mengenang kejadian-kejadian di masa Sang Buddha yang menyangkut hal ini:

1) 
Memfitnah Sang Buddha dengan uraian Dhamma yang tidak tepat

Alagagadupama sutta menjelaskan bahwa Bhikkhu Arittha menganggap Sang Buddha mengajarkan bahwa keserakahan (nafsu) seharusnya tak dihindari.  Hal ini diketahui Sang Buddha dan Beliau memanggil Bhikkhu tersebut untuk menghadap.  Ketika berhadapan dengan Sang Buddha dan ditanyai tentang kekeliruannya tersebut, Bhikkhu Arittha tetap saja memegang teguh pada pandangan kelirunya itu.  Nah saat itulah, Sang Buddha mengatakan, "Orang bodoh, dengan kebodohanmu itu kamu memfitnah Tathagata.  Kamu telah menghancurkan dirimu sendiri dan kelak kamu akan menderita sangat panjang.  Mulai saat ini Sangha tak mengenalmu sebagai seorang Bhikkhu lagi (ia langsung dikeluarkan dari Sangha)."

Kesalahan Bhikkhu Arittha itu sangat parah karena ia memfitnah Sang Buddha dengan mengatakan, "Sang Buddha mengajarkan bahwa nafsu (keserakahan) tak seharusnya dihindari."  Sang Buddha memberikan hukuman terberat, yakni dikeluarkan dari Sangha.  Tetapi hukuman lainnya masih akan tetap diterimanya kelak (penderitaan yang sangat panjang).

2) 
Memandang rendah para Arahat dengan uraian Dhamma yang tidak tepat

Terdapatlah seseorang yang menyangkal tingkat kesucian Arahat dari sekelompok bhikkhu yang telah mencapai kesucian Arahat.  Ia menuduh para Arahat tersebut sebagai pembohong karena menurut pandangannya seorang Arahat pasti memiliki kekuatan gaib.  Akan tetapi para Arahat tersebut mengatakan kepadanya bahwa mereka tak memiliki kekuatan gaib dan bahwa mereka telah menyelesaikan tugas mereka sebagai murid Sang Buddha (telah mencapai kesucian Arahat).  Persoalan ini diketahui Sang Buddha, dan ia dipanggil Sang Buddha untuk menghadap (sama halnya yang terjadi di atas).  Sang Buddha mengatakan, "Ajaranku bukan bertujuan untuk mengajarkan kekuatan gaib.  Jadi dengan sendirinya ia yang mengenal Dhamma (Arahat) belum tentu memiliki kekuatan gaib.  Kamu telah dengan bodohnya memandang rendah para Arahat.  Kebodohanmu ini akan membawa penderitaan yang panjang pada dirimu."  Setelah dijelaskan oleh Sang Buddha, akhirnya ia mengakui kesalahannya dan menjadi pengikut Beliau.

Kesalahan ini juga fatal karena ia telah memandang rendah sekelompok Arahat. 

Namun terdapat pula kesalahan (kekeliruan) yang sangat kecil yang pernah dilakukan murid-murid utama Sang Buddha:

1) 
Bhante Ananda

Sedikitnya tiga kali, ucapan Bhante Ananda (sewaktu masih sotapanna) diluruskan oleh Sang Buddha.  Yakni sewaktu Bhante Ananda mengatakan bahwa dirinya telah mengerti dengan jelasnya hukum sebab akibat (paticca samupada).  Hal ini langsung dikritik Sang Buddha, "Janganlah mengatakan demikian, Ananda.  Hukum sebab akibat ini sangatlah rumit."  Begitu pula pandangan Bhante Ananda bahwa, "teman adalah bagian dari latihan Dhamma," yang diluruskan Sang Buddha menjadi, "teman adalah keseluruhan dari latihan Dhamma."  Hal lainnya yakni ketika Bhante Ananda mengatakan bahwa, "Buddha Gotamalah makhluk yang paling mulia," yang diluruskan Sang Buddha, "Ananda, terdapat banyak Buddha-Buddha masa lampau yang sangat mulia.  Walaupun kamu mengatakan hal tersebut atas rasa hormatmu pada Saya, akan tetapi tak tepat bagimu berkata demikian."

2) 
Bhante Sariputta

Walau Bhante Sariputta adalah murid nomor satu Sang Buddha, akan tetapi Beliau juga pernah dikritik Sang Buddha di
Catuma Sutta.  Di sutta ini, Sang Buddha menyuruh sekelompok bhikkhu yang membuat banyak keributan sewaktu mereka baru tiba di vihara untuk pergi meninggalkan vihara kediaman Sang Buddha itu.  Jadi rombongan Bhikkhu yang dipimpin Bhante Sariputta dan Bhante Maha Moggallana pergi meninggalkan kediaman Sang Buddha.  Hal ini diketahui Brahma Maha Sahampati dan ia memohon kepada Sang Buddha untuk menerima kembali para Bhikkhu sehingga mereka dapat belajar Dhamma dari Beliau.  Sang Buddha berdiam diri (merestui).  Maka rombongan Bhikkhu balik ke vihara kediaman Sang Buddha. 

Ketika tiba, Sang Buddha menanyai Bhante Sariputta, "Apa yang ada di benakmu sewaktu para Bhikkhu kusuruh pergi?"  Bhante Sariputta menjawab, "Saya berpikir, 'Tathagata' hendak memasuki keheningan meditasi, biarlah saya juga memasuki keheningan meditasi."  Sang Buddha langsung berkata, "Sariputta, jauhilah pemikiran seperti itu."  (Bhante Sariputta lebih bijaksana makanya Beliau ditanya duluan, akan tetapi kali ini tidaklah demikian.)  Terus Sang Buddha menanyai pertanyaan yang sama kepada Bhante Maha Moggallana , dan Beliau menjawab, "Saya berpikir bahwa bila Tathagata tak membimbing para Bhikkhu, maka itu merupakan tugas saya dan Sariputta untuk membimbing (memimpin) para Bhikkhu."  Mendengar jawaban tersebut, Sang Buddha berkata, "Bagus, bagus, bagus...memang hanya Saya atau Sariputta dan Moggallana berdua yang bertugas membimbing (memimpin) para Bhikkhu."

Kesimpulan

Inilah kejadian-kejadian yang saya ketahui yang menyangkut hal tersebut.  Tentunya Bhante Ananda dan Bhante Sariputta tak memetik kamma buruk.  Jelas terlihat mereka tak mengotori kemurnian ajaran Sang Buddha.  Salah satu kesalahan yang terparah itu adalah sewaktu seseorang dengan berani-beraninya mengaku ajaran sesat (yang bertentangan dengan Dhamma) itu adalah ajaran Sang Buddha.

Maka marilah kita bersama-sama berusaha untuk menjauhi pencemaran atas ajaran mulia ini.  Bila ada ketidaksesuaian, tunjukanlah dengan rasa belas kasihan.