NAIK-NAIK KE PUNCAK GUNUNG

Ditolak melulu sama perusahaan rekaman bikin Slank suntuk alias BT. Untung ada Macank,pemilik persewaan studio rekaman Triple M yang tertarik ngajak kerja bareng. Macank ngasi fasilitas studio. Sonder mikirin kontrak, Slank langsung nyamber kesempatan tersebut. Kapan lagi, daripada ditolakin terus ? Tapi masuk penggarapan lagu kelima,Slank pindah tangan dari Macank ke Budhi Soesatio. Salnk merelakan kelima lagu tadi tanpa meminta bayaran, tapi dengan syarat nama Slank diganti jadi Rock ‘N 69.

Slank dengan Budhi sebagai produser sekaligus manajer langsung menggebrak lewat Suit-Suit He..He (Gadis Sexy), yang sampulnya Cuma nampilin logo. Satu terobosan baru ketika itu. Bisa dipastikan waktu itu nggak banyak yang menduga debut cemerlang mereka.Anak kemarin sore bicara soal kebobrokan moral lewat musik, siapa yang mau denger ? Ternyata ada.Konsep musical yang disodorkan Slank diakui punya pangsa pasar yang dahsyat. Album yang menampilkan hit Memang dan Maafkan itu diburu kaya’ sembako. Pengakuan atsa kehadiran mereka dikukuhkan, antara lain, oleh perusahaan BASF Awards untuk kategori Pendatang Baru Terbaik.

"Mereka berani menampilkan warna musik yang berbeda. Dari pop, rock sampai etnik. Saya piker grup ini punya daya hidup yang lama." Komentar Budhi Soesatio. Mulailah Slank menjelajah dari satu panggung ke panggung lain. Dari satu kota ke kota lain. Undangan manggung berdatangan bukan hanya dari pulau Jawa, tapi juga dari Sumatera, Kalimanatan, Sulawesi dan Bali. Pokoknya dari seantero Indonesialan. Perlahan tapi pasti Slank menebar pengaruh dikalangan anak muda, khususnya penggemar rock. Konsep musik mereka dianggap menawarkan alternatif segar ditengah kecenderungan kompromi artis lain pada selera pasar. Lairik lagu mereka dianggap symbol dari pemberontakan generasi muda terhadap nilai-nilai kemapanan.

Para Slanker, sebutan buat penggemar berat Slank, mulai rajin nyatronin rumah yang berlokasi di Jalan Potlot 14 Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Lama kelamaan lokasi tersebut berubah jadi sebuah komunitas. Karena yang nongkrong disitu bukan Cuma Slankers, tapi juga musisi. Diantaranya Imanez, Andi Liani, Oppie Andaresta yang siswi SMU 26 dan Anang yang segera membentuk Kidnap Katrina, salah satu grup produk Jalan Potlot.

Tahun 1992 Slank meluncurkan album Kampungan. Cara bermusik mereka makin sableng, mencengangkan, tapi juga meniratkan kecerdasan. Simak, misalnya, lagu Nina Bobo, yang Cuma berdurasi 15 detik. Idenya didapat pada saat indra tertidur pulas di studio. Suara dengkurannya yang keras lalu direkam oleh Bongky, Pay, Kaka dan Bimbim. Suadh gitu aja. Perhatikan pula lagu Anjing yang mereka tulis jadi An + - = + -‘ > …Tanpa mendengar lagunya, sampai botak juga kamu nggak bakal sanggup menerjemahkan symbol ini. Ada lagi kegilaan mereka yang lain, yaitu susunan lagunya sesuai dengan nomor urut seperti yang tertera di kaset. Album ini lagi-lagi meledak di pasaran. Dapet lagi BASF Awards pula. Slank makin sulit dibendung. Budhi Soesatio meluluskan keinginan anak-anak Slank untuk punya peralatan sendiri. Dirogohnya kocek sebesar Rp 45 juta.

Tapi dibalik ingar bingar kehadiran mereka di blantika musik rock, nggak banyak yang athu bahwa Slank sebenarnya Cuma menerima honor Rp 50.000 per orang setiap manggung. Itulah hasil kesepakatan dengan Budhi. Awalnya mereka bisa menerima alasan bahwa sebagian besar perolehan honor disimpan untuk manajemen. Toh slank menginginkan kewajaran. Setidaknya, menurut ukuran mereka. Karena itulah untuk album ketiga, Piss, mereka menuntut kenaikan honor dari semula 5 juta per album menjadi 60 juta. Setelah melalui perdebatan sengit, pihak produser akhirnya setuju. Diluar dugaan gesekan antara artis dan produser ini berkembang terus. Bongky menuduh promosi album Slank nggak bener (kurang gencar), sementara Budhi mengaku untuk album perdana saja sudah menghabiskan biaya Rp 100 juta. Mana yang bener ?

Nggak puas dengan cara kerja Budhi, mereka lantas mengoyak langsung Pak Yance, bos Virgo Ramayana yang selama ini jadi distributor album-album Slank. Mereka kayaknya pengin memotong jalur birokrasi. Tegasnya Slank memberontak, persis kaya lirik-lirik yang sering mereka nyanyikan. Sebagai produser yang ikut membesarkan nama Slank, Budhi jelas berkepentingan untuk mempertahankan kelima cowok slengean tersebut. Tapi keputusan Slank untuk memisahkan diri sudah bulat. Nggak ada pilihan lain, Budhi terpaksa melepaskan Slank, dengan catatan ia diberi hak untuk merilis tiga album kompilasi dari tiga album Slank.

Ada lagi, ia meminta agar Slank mengembalikan dana yang pernah ia keluarkan untuk beli peralatan musik. Bimbim dan kawan-kawan mengaku marah dan sedih, karena fasilitas tadi semula dinyatakan Budhi sebagai bonus keberhasilan album Kampungan. Giliran Slank yang nggak punya pilihan selain meluluskan permintaan tersebut. Namanya grup kondang, apapun yang menimpa mereka pasti selalu jadi obyek berita., Semua orang, terutama Slankers, pengin tahu. Perpecahan Slank dengan Budhi pun sempat rame. Cuma pihak mana yang benar rada sulit dibuktikan. Masing-masing punya versi yang berbeda. So, nggak perlulah pembahasan bagian ini terlalu melebar.

Lepas dari manajemen Budhi, Slank segera melakukan reformasi. Denny yang sedang bekerja di perusahaan valas , direkrut buat ngurusin manajemen. Bukan Cuma itu sebuah bendera baru berkibar : Pulau Biru Production. Rumah produksi ini terbukti sanggup memberikan kontribusi yang nggak kecil terhadap perkembangan musik pop. Artisnya dikenal memiliki sikap serta dedikasi yang tinggi pada profesi. Lihat sosok Oppie yang langsung moncer begitu melepas debut album Cuma Khayalan. "Pulau Biru awalnya dibentuk untuk sebuah komunitas," jelas Bimbim yang belakangan mendirikan Piss Records. "Gua menginginkan wadah ini jadi tempat kumpul orang-orang yang punya obsesi atau mimpi buat maju."

Namun seiring dengan naiknya pamor Slank, diam-diam di Pulau Biru terjadi keretakan. Pada awalnya nggak terlalu digubris, tapi lama kelamaan berubah jadi konflik terbuka. Penghuni Pulau Biru terpecah jadi beberapa kelompok, yaitu kelompok Oppie, kelompok Imanez dan sebagainya. "Kami baru menyadari ketika keadaan sudah sangat parah," ujar Kaka. Sementara itu, kabar tentang beredarnya obat-obat terlarang di kawasan tersebut semakin santer terdengar. Slank sendiri bukan tanpa masalah. Pay, Indra dan Bongky dengan alsan yang tentu berbeda, mulai ngilang-ngilang. Grup yang sangat berpengaruh dikalangan anak muda itu mulai goyah. Banyak factor pemicunya. Untuk mencari satu persatu mungkin bakal sama sulitnya dengan menguari benang kusut. "Persoalan yang terjadi di Potlot nggak bisa dipukul rata," kata Imanez. Dalam keadaan setengah oleng, Slank berusaha tetap produktif. Album Generasi Biru yang pengerjaannya dilakukan di Pondok Nurul (Puncak, Jawa Barat), Cibubur, serta Jalan Potlot, dilepas. Ditempat terakhir ini, Bunda Iffet terpaksa merelakan bangunan bekas sekolah diobrak-abrik jadi studio. Kaka bahkan harus puas take vokal di sebuah WC.

Tapi album yang pengerjaannya pake acara ngungsi-ngungsian ini mulai memperlihatkan penurunan kualitas. Slank nampak seperti kehilangan orientasi, terutama pada album berikutnya : Minoritas. Kekompakan Slank makin nggak bisa dipertahankan pada masa pembuatan album Lagi Sedih. Nggak ada komunikasi diantara mereka berlima. Akhirnya, keluarlah surat pernyataan Bimbim yang menghebohkan itu : Pay, Bongky dan Indra dipecat! Pay yang banyak disebut-sebut sebagai salah satu gitaris terbaik negeri ini, nggak mudeng dengan pemecatan atas dirinya. "Gue nggak pernah tahu apa sebabnya ? Seharusnya mereka ngasih penjelasan, kan gue bisa bela diri," lontar pay sengit, "semuanya kan bisa diomongin."

Tapi Bimbim membantah keras. Dia dan Kaka sudah bosen berkaok-kaok mengingatkan mereka untuk kembali pada komitmen bersama yang diikrarkan dulu. Tapi kabarnya nggak pernah digubris. Sementara itu Bongky walau mengaku gusar nggak terlalu mempermasalahkan pemecatan tersebut. Yang mengganjal hatinya justru soal royalty sejumlah lagu ciptaannya yang nggak diperhaitkan. Konon ketika album Slank dibuat dibuat CD kompilasi dia nggak dapat apa-apa, kecuali untuk proyek Anak Menteng.

Formasi yang begitu solid dan berhasil menciptakan fenomena itu pada akhirnya harus bubar juga. Sebuah pertanyaan sulit mungkin harus dijawab oleh Bimbim dan temannya yang sekarang, mampukah mereka mengulang sukses formasi ajaib itu ? (Hai Klip Slank, Okt ’98)

 

 

 

 

 

Suit-suit he...he
Karir Slank diramal ...
Pulau Biru
Konser Piss
Profil personel Slank

Created and designed by utomo   

wijiutomo@usa.net