61 jam bag 2 :
Gue penasaran juga tuh. Trus kami nyoba nyari tau ada apa sebenernya di sono. Lagian seru banget tuh, warga suku Madura juga suku Dayak pada belarian menuju ke arah sana, bawa-bawa senjata lage. Wuiihhh…..bikin keder deh. Kami yang pake motor aja ampir keseruduk ama pengendara laennya. So, karena jalan diblokir aparat keamanan, kami jalannya muter ngelawan arus kendaraan. Cuek deh, padahal ngelanggar aturan tuh…hihihihi…Deket pasar subuh, kami bener-bener dibikin kecewa, jalan yang nuju pasar lagi-lagi diblokir aparat (deket  spbu). Kami cuman bisa memandang dari jarak jauh, sekitar tigapuluhan meter lah. Tapi lumayan juga lho. Keliatan suku Dayak dengan suku Madura berhadap-hadapan dengan nenteng senjata masing-masing.

Tapi perseteruan itu kayaknya gak berbutut panjang. Mereka keburu dibubarkan aparat keamanan. Gue ma Arif terus pulang, tapi sempet singgah bentar ke warnet amazon buat ngubungin temen-temen di Banjarmasin. Ampe ke rumah kami bedua pada ditanyain anggota keluarga Arif perihal keributan di pasar subuh tadi. Setelah nanya sini-situ, ternyata pangkal keributan itu cuman copet jahil aja yang beraksi di pasar. Trus, karena ada salah satu pedagang Madura yang emosi, dia nyabut clurit yang di umpetin di sudut tokonya. So, ada anggota suku Dayak yang ngeliat hal itu, dia langsung marah kalo ternyata masih ada suku Madura yang belom pergi dari Palangka Raya. Makanya, suku Dayak pada marah-marah kalo mereka yang dari suku Madura gak juga matuhin deadline yang ditentukan untuk ninggalin kota Palangka Raya.

Jam 13.00 siang WIB
Acara selamatan di rumah Arif mulai dilangsungkan. Undangan yang dateng sedikit bener tuh. Mungkin rada takut juga keluar rumah. Kalopun ada yang dateng, pastilah tubuhnya dihiasi dengan kain warna merah, sebagai tanda bahwa mereka bukan dari suku Madura.

Jam 13.30 siang WIB
Dari arah jalan protokol kedengeran suara ribut-ribut. Gue aja sempet keluar gang sebentar buat ngeliat ada apa sebenernya yang terjadi. Terlihat orang-orang dari suku Dayak konvoi keliling kota. Aksi sporadis mereka kayaknya udah gak sanggup ditanggulangi oleh aparat keamanan (aparat emeng lambat dan cenderung membiarkan koq).

Namun  anehnya, ada beberapa diantara mereka yang gue tau bukan berasal dari suku   Dayak, bukan pula dari suku Madura. Apakah mereka ini yang dicurigai sebagai provokator ? Wallahualam. Mereka ramai-ramai sweeping terhadap warga Madura, gang kamipun gak luput dari hal itu. Puluhan dari mereka memasuki gang kami dengan persenjataan tradisionalnya. Semua rumah yang ada dalam gang itu dan milik warga Madura dihancurin rame-rame. Begitupula dengan rumah Arif yang disatroni karena dicurigai juga sebagai rumah warga Madura. Namun setelah melalui pembicaraan yang  alot, Alhamdulillah kami semua luput dari marabahaya. Padahal saat itu di dalam rumah disembunyikan satu warga Madura sebagai jemaah dari acara tersebut. Kami biasanya menyebut dia dengan sebutan Mbah, karena emang usia beliau udah tergolong lanjut, sekitar 90 taonan lah. Beliau dulunya adalah seorang veteran perang kemerdekaan RI. Ironis sekali, seorang veteran perang kemerdekaan yang dulunya membela tanah air dengan ketulusannya harus mengalami penderitaan seperti saat itu. Seharusnya beliau saat itu merasakan kenyamanan dan kedamaian sebagai balas jasa atas perjuangannya terdahulu…..



Beberapa saat kemudian ada seorang laki-laki tua datang kepada kami. Dia ngaku sebagai wakil demang. Katanya sih kami gak perlu khawatir dulu, sebab malam ini dijamin gak akan ada aksi pembakaran rumah penduduk warga Madura. Walopun seandainya ada pembakaran, dijamin deh itu paling pemanasan doang, alias  ngebakar kecil-kecilan dan bukan ngebakar bangunan.

Satu yang gue salut dari suku Dayak, gak satu orangpun yang nelakukan penjarahan terhadap rumah-rumah yang mereka satroni. Walopun penghuni rumah itu ninggalin rumahnya dalam keadaan masih ada isinya, mereka sama sekali gak melakukan penjarahan. Meraka hanya merusak, berbeda dengan beberapa orang dari etnis XXX yang berusaha memanfaatin situasi itu. Bahkan yang sangat disayangkan, beberapa aparat keamanan malah ada yang menjarah rumah etnis Madura yang ditinggal pemiliknya.

Jam 14.00 siang WIB
Kota Palangka raya dipenuhi asap kebakaran. Dimana-mana terlihat titik-titik api yang mengepul dengan jelaganya. Khusus dari arah selatan kota terlihat banyak sekali titik-titik api tersebut. Ampe besok paginya gak kurang dari 30 titik api yang ngurung kota Palangka Raya. Sasaran pembakaran adalah becak, kios, ato harta benda warga madura. Yang ditinggal pemiliknya. Sukurlah sampai saat itu belom ada warga Madura yang jatuh korban.

Jam 17.00 sore WIB
Beberapa perusuh yang bukan dari suku Dayak melakukan penjarahan di rumah/toko/kios warga Madura. Gue bukannya sok alim, tapi gue masih mencoba untuk berfikir sehat aja, cobalah untuk ikut merasakan sedikit penderitaan orang lain yang sedang ditimpa musibah. Sebenernya ngiler juga deh guenya. Masak kita tuh ngeliat orang ngangkut barang orang lain seenaknya saja. Ada yang ngangkut piring, tape bahkan ada yang ampe ngangkut tv juga kulkas deh. Tapi sukurlah gue gak kebablasan. Weheheheheheh……sok alim yah ! Sebenernya ada benernya juga loh, buktinya warga Madura gak cuman ngincar suku Dayak untuk mereka serang, warga Madura kayaknya menyimpan dendam tersendiri bagi para penjarah yang bukan suku Dayak itu karena telah menjarah harta bendanya. Gue takut aja konflik ini akan merembet melibatkan suku lainnya yang sebelumnya gak tersangkut sama sekali. Kalo gak dimulai dari kita untuk berlaku santun, mo sapa lage yang diharepin ?

Sepetti yang gue bilang tadi, bahkan ada beberapa aparat yang memanfaatin situasi yang udah keruh untuk kepentingan pribadinya. Ada yang menjarah, ada yang menjadi bodyguard bayaran  untuk warga madura, bahkan ada yang ampe minta bayaran tinggi untuk nyelamatin para pengungsi. Gue gak sesumbar ato omong kosong. Buktinya setelah beberapa hari kemudian khan ada tragedi tembak menembak antara TNI dan POLRI  di pelabuhan Sampit. Nah, menurut versi cerita para pengungsi (gue gak megang cerita  versi polisi karena penuh manipulasi), mereka yakni TNI dan POLRI sebelonnya udah disogok bayaran yang lumayan tinggi (maaf jumlahnya gue rahasiakan). Namun para pengungsi yang udah lebih dulu masuk ke pelabuhan dan akan diberangkatkan harus mengalah dengan para pengungsi yang barusan dateng namun udah nyogok pasukan brimob. Kontan saja TNI yang akan memberangkatkan pengungsi yang dah duluan itu marah. Walopun  sebenernya mereka itu juga disogok para pengungsi. Namun pasukan brimob dari POLRI gak mo ngalah, mereka merasa dipermalukan jika para pengungsi yang baru masuk dan udah nyogok mereka harus diberangkatkan belakangan. Lagian para pengungsi itu merasa dirugikan karena akan diberangkatkan belakangan sehingga mereka marah-marah. Akibatnya…..sungguh sangat memalukan, ini adalah peristiwa kesekian kalinya antara sesama abdi masyarakat itu saling bertengkar. Sapa yang dirugikan, pengungsiiiii tuh. Ampe ada yang tewas diantaranya. (Terlalu naif rasanya apabila gue cuman membicarakan sumpah serapah di sini).

***             
bersambung ke edisi IX ntar...sebelon misah, mari berdoa bagi NKRI, moga negara kita slalu dalam restu ALLAH...Amiiin...