HARRY  POTTER

and the Order of  the Phoenix

 

 

-- BAB  DUA  PULUH  SEMBILAN --

Bimbingan Karir

 

'Tapi kenapa kamu tidak ikut pelajaran Occlumency lagi?' tanya Hermione sambil merengut.

    'Sudah kubilang padamu,' Harry bergumam. 'Snape menganggap aku bisa meneruskan sendiri sekarang setelah aku paham dasar-dasarnya.'

    'Jadi kamu sudah berhenti mendapatkan mimpi-mimpi aneh?' kata Hermione dengan skeptis.

    'Kurang lebih,' kata Harry tanpa memandangnya.

    'Well, kukira Snape seharusnya tidak berhenti sampai kamu sepenuhnya yakin kamu bisa mengendalikan mimpi-mimpi itu!' kata Hermione dengan marah. 'Harry, kukira kau harus pergi menemuinya kembali dan meminta --'

    'Tidak,' kata Harry penuh tenaga. 'Hentikan saja, Hermione, OK?'

    Saat itu adalah hari pertama liburan Paskah dan Hermione, seperti kebiasaannya, telah menghabiskan sebagian besar waktu itu menggambar jadwal mengulang pelajaran bagi mereka bertiga. Harry dan Ron membiarkannya melakukan itu; lebih mudah daripada berdebat dengannya dan, siapa tahu, jadwal itu mungkin berguna.

    Ron kaget sewaktu mendapati hanya enam minggu lagi hingga ujian mereka.

    'Bagaimana itu bisa mengguncangmu?' Hermione menuntut, selagi dia mengetuk setiap petak kecil pada jadwal Ron dengan tongkatnya sehingga menyala dengan warna berbeda-beda menurut mata pelajarannya.

    'Aku tak tahu,' kata Ron, 'ada banyak yang terjadi.'

    'Well, ini dia,' dia berkata sambil menyerahkan jadwalnya kepadanya, 'kalau kau mengikuti itu seharusnya kamu baik-baik saja.'

    Ron memandangnya dengan murung, tetapi kemudian menjadi cerah.

    'Kau memberiku satu malam libur setiap minggu!'

    'Itu untuk latihan Quidditch,' kata Hermiona.

    Senyum itu memudar dari wajah Ron.

    'Apa gunanya?' dia berkata dengan hampa. 'Kita punya peluang memenangkan Piala Quidditch tahun ini sebesar peluang Dad untuk jadi Menteri Sihir.'

    Hermione tidak berkata apa-apa; diai sedang memandang Harry, yang sedang menatap dinding di seberang ruang duduk dengan hampa sementara Crookshanks mencakar tangannya, mencoba mendapatkan garukan di telinga.

    'Ada apa, Harry?'

    'Apa?' dia berkata cepat. 'Tidak ada apa-apa.'

    Dia meraih salinan Teori Sihir Pertahanannya dan pura-pura mencari sesuatu di indeks. Crookshanks menyerah kepadanya dan menyelinap ke bawah kursi Hermione.

    'Aku bertemu Cho tadi,' kata Hermione coba-coba. 'Dia juga tampak benar-benar merana ... apakah kalian berdua bersiteru lagi?'

    'Ap-- oh, yeah, memang,' kata Harry sambil meraih alasan itu dengan berterima kasih.

    'Tentang apa?'

    'Temannya yang pengadu, Marietta,' kata Harry.

    'Yeah, well, aku tidak menyalahkanmu!' kata Ron dengan marah, sambil meletakkan jadwal mengulang pelajarannya. 'Kalau bukan karena dia ...'

    Ron mengomel panjang lebar tentang Marietta Edgecombe, yang Harry dapati membantu; yang harus dia lakukan hanyalah tampak marah, mengangguk dan berkata 'Yeah' dan 'Itu benar' setiap kali Ron menarik napas, meninggalkan pikirannya bebas untuk diam, bahkan lebih menyengsarakan, pada apa yang telah dilihatnya di Pensieve.

    Dia merasa seakan-akan memori itu sedang memakannya dari dalam. Dia sudah begitu pasti orang tuanya adalah orang-orang yang menakjubkan sehingga dia tidak pernah mengalami kesulitan sedikitpun untuk tidak mempercayai fitnah yang dibuat Snape pada karakter ayahnya. Bukankah orang-orang seperti Hagrid dan Sirius memberitahu Harry betapa menakjubkannya ayahnya dulu? (Yeah, well, lihat seperti apa Sirius sendiri, kata sebuah suara mengomel di dalam kepala Harry ... dia sama buruknya, bukan?) Ya, dia pernah sekali tak sengaja mendengar Profesor McGonagall berkata bahwa ayahnya dan Sirius adalah pembuat keonaran di sekolah, tetapi dia menggambarkan mereka sebagai pendahulu si kembar Weasley, dan Harry tidak bisa membayangkan Fred dan George menggantung seseorang terbalik demi kesenangan ... tidak kecuali mereka benar-benar membenci orang itu ... mungkin Malfoy, atau seseorang yang benar-benar pantas mendapatkannya ...

    Harry mencoba berargumen bahwa Snape pantas mendapatkan apa yang dideritanya di tangan James; tetapi bukankah Lily bertanya, 'Apa yang sudah dilakukannya kepadamu?' Dan bukankah James menjawab, 'Lebih kepada fakta bahwa dia ada, kalau kau tahu apa yang kumaksud.' Bukankah James memulainya hanya karena Sirius bilang dia bosan? Harry ingat Lupin bilang di Grimmauld Place dulu bahwa Dumbledore menjadikannya prefek dengan harapan bahwa dia akan bisa melaksanakan sedikit kendali atas James dan Sirius ... tetapi di dalam Pensieve, dia duduk di sana dan membiarkan semuanya terjadi ...

    Harry terus mengingatkan dirinya sendiri bahwa Lily telah campur tangan; ibunya dulu baik. Namun, ingatan atas tampang di wajahnya ketika dia berteriak kepada James mengganggunya sebanyak yang lainnya; dia jelas-jelas membenci James, dan Harry sama sekali tidak mengerti bagaimana mereka bisa menikah akhirnya. Sekali atau dua kali dia bahkan bertanya-tanya apakah James memaksanya menikah ...

    Selama hampir lima tahun pikiran tentang ayahnya menjadi sumber penghiburan, inspirasi. Kapanpun seseorang memberitahunya bahwa dia mirip James, dia berseri-seri dengan rasa bangga di dalam. Dan sekarang ... sekarang dia merasa dingin dan sengsara memikirkannya.

    Udara semakin berangin, lebih cerah dan lebih hangat ketika liburan Paskah lewat, tetapi Harry, bersama anak-anak kelas lima dan tujuh lainnya, terperangkap di dalam, mengulang pelajaran, berjalan tak tentu arah dari dan ke perpustakaan. Harry berpura-pura suasana hatinya yang buruk tak punya sebab lain kecuali ujian yang semakin mendekat, dan karena teman-teman Gryffindornya juga muak belajar, alasannya tidak diragukan.

    'Harry, aku sedang bicara kepadamu, bisakah kau dengar aku?'

    'Hah?'

    Dia memandang berkeliling. Ginny Weasley, tampak sangat keanginan, telah bergabung dengannya di meja perpustakaan tempat dia duduk sendirian. Saat itu Minggu malam: Hermione telah kembali ke Menara Gryffindor untuk mengulang Rune Kuno, dan Ron latihan Quidditch.

    'Oh, hai,' kata Harry sambil menarik buku-bukunya ke arahnya. 'Kenapa kamu tidak latihan?'

    'Sudah berakhir,' kata Ginny. 'Ron harus membawa Jack Sloper ke sayap rumah sakit.'

    'Kenapa?'

    'Well, kami tidak yakin, tapi kami pikir dia menghantam dirinya sendiri dengan tongkatnya.' Dia menghela napas berat. 'Ngomong-ngomong ... sebuah paket baru saja tiba, baru lewat proses penyaringan Umbridge yang baru.'

    Dia mengangkat sebuah kotak yang terbungkus kertas coklat ke atas meja; jelas sudah dibuka pembungkusnya dan dibungkus kembali dengan sembarangan. Ada catatan tertulis di atasnya dengan tinta merah, terbaca: Telah Diinspeksi dan Melalui Penyelidik Tinggi Hogwarts.

    'Telur Paskah dari Mum,' kata Ginny. 'Ini satu untukmu ... ini dia.'

    Dia menyerahkan sebuah telur cokelat yang bagus yang dihiasi dengan Snitch-Snitch kecil beku dan, menurut paketnya, mengandung sekantong Kumbang Berdesing. Harry memandangnya sejenak, lalu, demi kengeriannya, merasakan sebuah gumpalan naik ke tenggorokannya.

    'Apakah kamu baik-baik saja, Harry?' Ginny bertanya pelan.

    'Yeah, baik,' kata Harry dengan kasar. Gumpalan di tenggorokannya terasa sakit. Dia tidak mengerti mengapa sebutir telur Paskah membuatnya merasa begini.

    'Kamu tampaknya benar-benar murung akhir-akhir ini,' Ginny bersikeras. 'Kau tahu, aku yakin kalau saja kamu bicara kepada Cho ...'

    'Aku bukan ingin bicara dengan Cho,' kata Harry kasar.

    'Kalau begitu, siapa?' tanya Ginny sambil mengamatinya dengan seksama.

    'Aku ...'

    Dia memandang sekeliling untuk memastikan tak seorangpun sedang mendengarkan. Madam Pince berada beberapa rak jauhnya, sedang mencap setumpuk buku untuk Hannah Abbott yang tampak kalut.

    'Aku berharap aku bisa bicara dengan Sirius,' dia bergumam. 'Tapi aku tahu aku tak bisa.'

    Ginny terus mengamatinya sambil berpikir. Lebih untuk memberi dirinya sesuatu untuk dilakukan daripada karena dia ingin, Harry membuka bungkusan telur Paskahnya, memecah sepotong besar dan meletakkannya ke dalam mulutnya.

    'Well,' kata Ginny lambat-lambat, makan sepotong telur juga, 'kalau kau benar-benar ingin bicara dengan Sirius, kukira kita bisa memikirkan suatu cara untuk melakukannya.'

    'Ayolah,' kata Harry dengan hampa, 'Dengan Umbridge mengawasi api dan membaca semua surat kita?'

    'Masalahnya tentang tumbuh bersama Fred dan George,' kata Ginny sambil berpikir, 'adalah kamu sepertinya mulai berpikir apapun mungkin kalau kamu punya cukup keberanian.'

    Harry memandangnya. Mungkin pengaruh cokelat -- Lupin selalu menasehati makan sedikit setelah perjumpaan dengan Dementor -- atau hanya karena dia akhirnya mengatakan keras-keras harapan yang telah membara di dalam dirinya selama seminggu, tetapi dia merasa sedikit lebih memiliki harapan.

    'MENURUT  KALIAN  APA  YANG  SEDANG  KALIAN  LAKUKAN?'

    'Oh sial,' bisik Ginny sambil melompat bangkit. 'Aku lupa --' Madam Pince sedang menukik kepada mereka, wajahnya yang keriput berubah bentuk karena marah.

    'Cokelat di  perpustakaan!' dia menjerit. 'Keluar -- keluar -- KELUAR!' Dan sambil melambaikan tongkatnya, dia menyebabkan buku-buku, tas dan botol tinta Harry mengejarnya dan Ginny dari perpustakaan, memukul mereka berulang-ulang di kepala saat mereka lari.

*

Seolah-olah ingin menggarisbawahi pentingnya ujian-ujian mereka yang akan datang, setumpuk pamflet, brosur dan pengumuman mengenai berbagai karir penyihir tampak di meja-meja di Menara Gryffindor tak lama sebelum akhir liburan, bersama pengumuman lain di papan, yang terbaca:

    Semua murid-murid kelas lima diharuskan menghadiri pertemuan singkat dengan

    Para Kepala Asrama mereka selama minggu pertama semester musim panas untuk membahas

    karir masa depan mereka. Waktu perjanjian perseorangan di daftar berikut.

Harry memandang ke daftar itu dan mendapati bahwa dia diharapkan berada di kantor Profesor McGonagall pada pukul dua tiga puluh pada hari Senin, yang berarti bolos sebagian besar dari pelajaran Ramalan. Dia dan anak-anak kelas lima lainnya menghabiskan sebagian akhir minggu terakhir dari liburan Paskah membaca semua informasi karir yang telah ditinggalkan di sana untuk mereka baca dengan teliti.

    'Well, aku tidak suka Menyembuhkan,' kata Ron pada malam terakhir liburan. Dia terbenam dalam sebuah brosur yang memiliki lambang tulang dan tongkat yang disilangkan dari St Mungo di depannya. 'Katanya di sini kamu perlu setidaknya "E" pada tingkat NEWT dalam Ramuan, Herbologi, Transfigurasi, Jimat dan Guna-Guna dan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Maksudku ... astaga ... tak ingin banyak, bukan begitu?'

    'Well, itu pekerjaan yang menuntut tanggung jawab besar, bukan?' kata Hermione dengan melamun.

    Dia sedang membaca dengan rajin sebuah brosur merah jambu terang dan jingga yang berjudul, 'JADI  MENURUTMU  KAMU  INGIN  BEKERJA  DALAM  HUBUNGAN  MUGGLE?'

    'Kamu tampaknya tidak butuh banyak kecakapan untuk berhubungann dengan para Muggle; yang mereka inginkan hanyalah sebuah OWL dalam Telaah Muggle: Yang jauh lebih penting adalah antusiasme, kesabaran dan sifat suka kesenangan Anda!'

    'Kamu perlu lebih dari sifat suka kesenangan untuk berhubungan dengan pamanku,' kata Harry dengan muram. 'Tahu kapan untuk menunduk, lebih tepatnya.' Dia tengah membaca sebuah pamflet tentang perbankan penyihir. 'Dengarkan ini: Apakah Anda sedang mencari sebuah karir menantang yang melibatkan perjalanan, petualangan dan bonus harta karun dalam jumlah besar yang berhubungan dengan bahaya? Kalau begitu pertimbangan kedudukan dengan Bank Penyihir Gringotts, yang sekarang sedang merekrut para Pehilang Kutukan untuk kesempatan-kesempatan menggetarkan di luar negeri ... Namun, mereka mau Arithmancy; kamu bisa melakukannya, Hermione!'

    'Aku tidak terlalu suka perbankan,' kata Hermione dengan samar, sekarang terbenam dalam: 'APAKAH  KAMU  PUNYA  APA  YANG  DIBUTUHKAN  UNTUK  MELATIH  TROLL  KEAMANAN?'

    'Hei,' kata sebuah suara di telinga Harry. Dia memandang ke sekitar, Fred dan George telah datang untuk bergabung dengan mereka. 'Ginny sudah bilang kepada kami tentang kamu,' kata Fred sambil merentangkan kakinya ke atas meja di depan mereka dan menyebabkan beberapa buklet tentang karir dengan Kementerian Sihir meluncur ke lantai. 'Dia bilang kamu perlu bicara dengan Sirius?'

    'Apa?' kata Hermione dengan tajam, menghentikan gerakannya yang tengah memungut 'BUATLAH  LETUPAN  DI  DEPARTEMEN  KECELAKAAN  DAN  BENCANA  SIHIR'.

    'Yeah ...' kata Harry, mencoba terdengar biasa, 'yeah, kukira aku ingin --'

    'Jangan bersikap menggelikan begitu,' kata Hermione sambil meluruskan diri dan memandangnya seolah-olah dia tidak percaya yang dilihatnya. 'Dengan Umbridge meraba-raba di dalam api dan menggeledak semua burung hantu?'

    'Well, kami pikir kami bisa menemukan cara melewati itu,' kata George sambil merentangkan badan dan tersenyum. 'Masalah sederhana tentang membuat pengalihan. Sekarang, kalian mungkin sudah memperhatikan bahwa kami agak tenang di garis depan keonaran selama liburan Paskah?'

    'Apa gunanya, kami bertanya kepada diri sendiri, mengganggu waktu senang-senang?' terus Fred. 'Tak ada gunanya sama sekali, kami jawab sendiri. Dan tentu saja, kami juga akan mengacaukan pengulangan pelajaran orang-orang, yang merupakan hal terakhir yang ingin kami lakukan.'

    Dia memberi Hermione anggukan kecil pura-pura suci. Hermione tampak agak terkejut akan perhatian ini.

    'Tetapi bisnis seperti biasa mulai besok,' Fred meneruskan dengan cepat. 'Dan kalau kami akan menyebabkan sedikit keributan, kenapa tidak melakukannya sehingga Harry bisa berbincang-bincang dengan Sirius?'

    'Ya, tapi tetap saja,' kata Hermione, dengan suasana menjelaskan sesuatu yang sangat sederhana kepada seseorang yang sangat bodoh, 'kalaupun kalian memang membuat pengalihan, bagaimana Harry akan berbicara kepadanya?'

    'Kantor Umbridge,' kata Harry pelan.

    Dia telah memikirkan tentangnya selama dua minggu dan tidak bisa mendapatkan alternatif lain. Umbridge sendiri telah memberitahunya bahwa satu-satunya api yang tidak sedang dijaga adalah apinya sendiri.

    'Apakah -- kamu -- gila?' kata Hermione dengan suara berbisik.

    Ron telah merendahkan brosurnya tentang pekerjaan-pekerjaan dalam Perdagangan Jamur Olahan dan sedang menonton percakapan itu dengan waspada.

    'Kukira tidak,' kata Harry sambil mengangkat bahu.

    'Dan bagaimana kamu akan pergi ke sana sejak awal?'

    Harry siap untuk pertanyaan ini.

    'Pisau Sirius,' katanya.

    'Maaf?'

    'Dua Natal sebelumnya Sirius memberiku sebuah pisau yang akan membuka kunci apapun,' kata Harry. 'Jadi kalaupun dia menyihir pintu supaya Alohomora tidak bisa bekerja, yang kuyakin sudah dilakukannya --'

    'Bagaimana pendapatmu tentang ini?' Hermione menuntut kepada Ron, dan Harry mau tak mau teringat Mrs Weasley yang memohon kepada suaminya saat makan malam pertama Harry di Grimmauld Place.

    'Aku tak tahu,' kata Ron, tampak gelisah diminta memberi pendapat. 'Kalau Harry mau melakukannya, terserah dia, bukan?'

    'Bicara seperti teman sejati dan seorang Weasley,' kata Fred sambil menepuk punggun Ron keras-keras. 'Baik, kalau begitu. Kami berpikir akan melakukannya besok, persis setelah pelajaran, karena seharusnya mengakibatkan dampak maksimum kalau semua orang ada di koridor-koridor -- Harry, kami akan melakukannya di suatu tempat di sayap timur, menariknya menjauh dari kantornya sendiri -- kurasa kita seharusnya bisa menjamin kamu, apa, dua puluh menit?' dia berkata sambil memandang George.

    'Mudah,' kata George.

    'Pengalihan seperti apa?' tanya Ron.

    'Kamu akan lihat, dik,' kata Fred, ketika dia dan George bangkit lagi. 'Setidaknya, kamu akan kalau kamu berjalan ke koridor Gregory si Penjilat sekitar jam lima besok.'

*

Harry bangun sangat pagi keesokan harinya, merasa hampir secemas pagi dengar pendapatnya di Kementerian Sihir. Bukan hanya prospek tentang mendobrak masuk ke dalam kantor Umbridge dan menggunakan apinya untuk berbicara kepada Sirius yang membuatnya merasa gugup, walaupun itu jelas sudah cukup buruk; hari ini juga kebetulan pertama kalinya Harry akan berada di dekat Snape sejak Snape mengusirnya dari kantornya.

    Setelah berbaring di tempat tidur sejenak sambil memikirkan hari yang akan dihadapi, Harry bangkit dengan sangat pelan dan bergerak menyeberang ke jendela di samping tempat tidur Neville. Tepat di hadapannya, Harry bisa melihat pohon beech menjulang yang di bawahnya ayahnya pernah sekali menyiksa Snape. Dia tidak yakin apa yang mungkin dikatakan Sirius kepadanya yang akan menebus apa yang telah dilihatnya di dalam Pensiece, tetapi dia putus asa untuk mendengar keterangan Sirius sendiri tentang apa yang telah terjadi, untuk mengetahui faktor-faktor yang meringankan yang mungkin ada, alasan apapun untuk semua perilaku ayahnya ...

    Sesuatu meraih perhatian Harry: pergerakan di tepi Hutan Terlarang. Harry memicingkan mata ke sinar matahari dan melihat Hagrid muncul dari antara pepohonan. Dia tampak pincang. Selagi Harry menyaksikan, Hagrid terhuyung-huyung ke pintu kabinnya dan menghilang ke dalamnya. Harry mengamati kabin itu selama beberapa menit. Hagrid tidak muncul lagi, tetapi asap bergelung dari cerobong asap, jadi Hagrid tidak mungkin terluka begitu parah yang membuatnya tidak mampu membuat api.

    Harry berpaling dari jendela, menuju kembali ke kopernya dan mulai berpakaian.

    Dengan prospek mendobrak masuk ke dalam kantor Umbridge di depannya, Harry tidak pernah mengharapkan hari itu menjadi hari yang tenang, tetapi dia belum mempertimbangkan usaha Hermione yang hampir terus-menerus untuk membujuknya tidak melakukan apa yang direncanakannya pada pukul lima. Untuk pertama kalinya, Hermione setidaknya sama tidak perhatiannya kepada Profesor Binns dalam Sejarah Sihir seperti Harry dan Ron, menjaga aliran peringatan berbisik-bisik yang Harry coba sangat keras untuk abaikan.

    '... dan kalau dia menangkapmu di sana, selain dikeluarkan, dia akan bisa menebak kamu telah berbicara kepada Snuffles dan kali ini kuduga dia akan memaksamu minum Veritaserum dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya ...'

    'Hermione,' kata Ron dengan suara rendah dan marah, 'apakah kau akan berhenti menyuruh Harry membatalkannya dan mendengarkan Binns, atau apakah aku harus membuat catatan sendiri?'

    'Kamu mencatat sekali-kali, tidak akan membunuhmu!'

    Pada saat mereka mencapai ruang bawah tanah, baik Harry maupun Ron tidak berbicara kepada Hermione. Tanpa dihalangi, dia mengambil kesempatan dari diamnya mereka untuk terus memberi peringatan mengerikan, semuanya diucapkan dengan berbisik dalam desis penuh semangat yang membuat Seamus menghabiskan lima menit penuh memeriksa kualinya mencari kebocoran.

    Sementara itu, Snape tampaknya telah memutuskan untuk bertingkah seolah-olah Harry tidak tampak. Harry, tentu saja, sudah sangat kenal taktik ini, karena itu salah satu kesukaan Paman Vernon, dan secara keseluruhan berterima kasih dia tidak menderita sesuatu yang  lebih buruk. Nyatanya, dibandingkan dengan apa yang biasanya harus ditahannya dari Snape dalam bentuk ejekan dan kata-kata menghina, dia mendapati pendekatan baru ini semacam perbaikan, dan senang mendapati bahwa saat ditinggalkan sendiri, dia bisa membuat Minuman Penyegar dengan sangat mudah. Di akhir pelajaran dia menyendok sedikit ramuan itu ke dalam sebuah tabung, menyumbatnya dengan gabus dan membawanya ke meja Snape untuk dinilai, sambil merasa bahwa dia akhirnya mungkin mendapatkan setidaknya sebuah 'E'.

    Dia baru saja berpaling ketika dia mendengar suara bantingan. Malfoy tertawa senang. Harry berpaling. Contoh ramuannya tergeletak berkeping-keping di atas lantai dan Snape sedang mengamatinya dengan pandangan senang.

    'Whoops,' dia berkata dengan lembut. 'Angka nol lagi, kalau begitu, Potter.'

    Harry terlalu marah untuk berbicara. Dia berjalan kembali ke kualinya, bermaksud mengisi tabung lain dan memaksa Snape menilainya, tetapi demi kengeriannya melihat bahwa sisa isinya sudah menghilang.

    'Maafkan aku!' kata Hermione, dengan tangan menutupi mulutnya. 'Aku benar-benar minta maaf, Harry. Kukira kamu sudah selesai, jadi kubersihkan!'

    Harry tidak bisa memaksa dirinya menjawab. Saat bel berdering, dia bergegas keluar dari ruang bawah tanah tanpa pandangan sekilas ke belakang, dan memastikan dia menemukan tempat duduk di antara Neville dan Seamus saat makan siang sehingga Hermione tidak bisa mulai mengomel kepadanya tentang menggunakan kantor Umbridge.

    Dia berada dalam suasana hati yang begitu buruk pada saat dia sampai ke Ramalan sehingga dia lupa sama sekali pada perjanjian karirnya dengan Profesor McGonagall, hanya teringat saat Ron bertanya kepadanya kenapa dia tidak berada di kantornya. Dia bergegas kembali ke atas dan tiba kehabisan napas, hanya beberapa menit terlambat.

    'Maaf, Profesor,' dia terengah-engah, selagi menutup pintu.'Saya lupa.'

    'Tak masalah, Potter,' katanya dengan cepat, tetapi ketika dia berbicara, seseorang lain mendengus di sudut. Harry memandang sekeliling.

    Profesor Umbridge sedang duduk di sana, sebuah papan jepit ada di atas lututnya, sebuah pita kecil berjumbai-jumbai mengitari lehernya dan senyum kecil mengerikan di wajahnya.

    'Duduklah, Potter,' kata Profesor McGonagall dengan pendek. Tangannya bergetar sedikit ketika dia mengocok banyak pamflet yang mengotori mejanya.

    Harry duduk memunggungi Umbridge dan berbuat sebisanya untuk berpura-pura dia tidak bisa mendengar gesekan pena bulunya ke papan jepit.

    'Well, Potter, pertemuan ini adalah untuk membicarakan gagasan-gagasan karir apapun yang mungkin kamu miliki, dan untuk membantumu memutuskan pelajaran mana yang harus kamu lanjutkan di tahun keenam dan ketujuh,' kata Profesor McGonagall. 'Apakah kamu sudah punya pemikiran apapun tentang apa yang ingin kamu lakukan setelah meninggalkan Hogwarts?'

    'Er --' kata Harry.

    Dia mendapati suara gesekan dari belakangnya sangat mengganggu.

    'Ya?' Profesor McGonagall mendesak Harry.

    'Well, aku berpikir tentang, mungkin, menjadi seorang Auror,' Harry bergumam.

    'Kamu perlu nilai-nilai tertinggi untuk itu,' kata Profesor McGonagall sambil mengeluarkan sebuah brosur gelap kecil dari bawah tumpukan di meja tulisnya dan membukanya. 'Aku lihat mereka minta minimal lima NEWT, dan tak satupun nilai di bawah "Exceeds Expectations" (Melebihi Harapan". Lalu kamu diharuskan melalui serangkaian uji karakter dan bakat di Kantor Auror. Itu jalur karir yang sulit, Potter, mereka hanya mengambil yang terbaik. Kenyataannya, kukira tak seorangpun mengambilnya tiga tahun terakhir ini.'

    Pada saat ini, Profesor Umbridge batuk kecil sekali, seolah-olah dia sedang mencoba melihat seberapa pelan dia bisa melakukannya. Profesor McGonagall mengabaikannya.

    'Kurasa kamu pasti mau tahu mata pelajaran apa yang harus kamu ambil?' dia melanjutkan sambil berbicara sedikit lebih keras dari sebelumnya.

    'Ya,' kata Harry. 'Kurasa Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam?'

    'Tentu saja,' kata Profesor McGonagall singkat. 'Aku juga akan menyarankan --'

    Profesor Umbridge batuk lagi, sedikit lebih terdengar kali ini. Profesor McGonagall menutup matanya sebentar, membukanya lagi, dan meneruskan seolah-olah tidak ada yang terjadi.

    'Aku juga akan menyarankan Transfigurasi, karena para Auror sering perlu meng-Ubah atau meng-Ubah-Balik dalam pekerjaan mereka. Dan aku harus memberitahumu sekarang, Potter, bahwa aku tidak menerima murid-murid ke dalam kelas NEWTku kecuali mereka meraih "Exceeds Expectations" atau lebih tinggi di Ordinary Wizarding Level. Aku akan bilang rata-ratamu adalah "Acceptable" pada saat ini, jadi kamu perlu bekerja keras sebelum ujian agar punya peluang untuk melanjutkan. Lalu kamu harus mengikuti Jimat dan Guna-Guna, selalu berguna, dan Ramuan. Ya, Potter, Ramuan,' dia menambahkan, dengan kerjab senyum terkecil. 'Racun dan penawar racun adalah mata pelajaran penting bagi Auror. Dan aku harus memberitahumu bahwa Profesor Snape sepenuhnya menolak menerima murid yang mendapat apapun selain "Outstanding" dalam OWL mereka, jadi --'

    Profesor Umbridge mengeluarkan batuk paling nyatanya.

    'Bisakah kutawarkan obat batuk kepada Anda, Dolores?' Profesor McGonagall bertanya dengan kaku, tanpa memandang Profesor Umbridge.

    'Oh, tidak, terima kasih banyak,' kata Umbridge dengan tawa simpul yang sangat dibenci Harry. 'Aku hanya ingin tahu apakah aku bisa menyela sedikit saja, Minerva.'

    'Aku berani bilang Anda dapati Anda bisa,' kata Profesor McGonagall melalui gigi-gigi yang digertakkan.

    'Aku hanya bertanya-tanya apakah Mr Potter punya watak yang sesuai untuk seorang Auror?' kata Profesor Umbridge dengan manis.

    'Begitukah?' kata Profesor McGonagall dengan sombong. 'Well, Potter,' dia meneruskan, seolah-olah tidak ada gangguan, 'kalau kamu serius dengan ambisi ini, aku akan menasehati kamu untuk berkonsentrasi keras membuat Transfigurasi dan Ramuanmu memenuhi syarat. Aku lihat Profesor Flitwick telah memberimu nilai antara "Acceptable" dan "Exceeds Expectations" selama dua tahun terakhir, jadi kemampuan Manteramu tampaknya memuaskan. Mengenai Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, nilai-nilaimu secara umum tinggi, Profesor Lupin secara khusus berpikir kamu -- apakah Anda yakin Anda tidak mau obat batuk, Dolores?'

    'Oh, tidak perlu, terima kasih, Minerva,' Profesor Umbridge tersenyum simpul, walaupun dia baru saja terbatuk-batuk paling keras. 'Aku hanya prihatin bahwa Anda belum mendapatkan nilai-nilai terakhir Harry dalam Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam di hadapan Anda. Aku sangat yakin aku sudah menyelipkan sebuah catatan.'

    'Apa, benda ini?' kata Profesor McGonagall dengan nada berubah, ketika dia menarik sehelai perkamen merah jambu dari antara halaman-halaman di folder Harry. Dia memandangnya sekilas, alisnya sedikit terangkat, lalu meletakkannya kembali ke dalam folder tanpa komentar.

    'Ya, seperti yang kukatakan, Potter, Profesor Lupin berpikir kamu memperlihatkan bakat yang jelas untuk mata pelajaran itu, dan terang saja untuk seorang Auror --'

    'Tidakkah Anda memahami catatanku, Minerva?' tanya Profesor Umbridge dengan nada semanis madu, lupa untuk batuk.

    'Tentu saja aku paham,' kata Profesor McGonagall, gigi-giginya digertakkan begitu erat sehingga kata-kata yang keluar sedikit teredam.

    'Well, kalau begitu, aku bingung ... kutakut aku kurang mengerti bagaimana Anda bisa memberi Mr Potter harapan palsu bahwa --'

    'Harapan palsu?' ulang Profesor McGonagall, masih menolak memandang Profesor Umbridge. 'Dia telah mencapai nilai-nilai tinggi di dalam semua ujian Pertahanan Terhadap Ilmu Hitamnya --'

    'Aku benar-benar menyesal harus membantah Anda, Minerva, tetapi seperti yang akan Anda lihat dari catatan saya, Harry mendapatkan hasil-hasil yang sangat buruk dalam kelasnya bersamaku --'

    'Aku seharusnya membuat maksudku lebih jelas,' kata Profesor McGonagall, akhirnya berpaling untuk memandang Umbridge langsung ke matanya. 'Dia telah mencapai nilai-nilai tinggi di dalam semua ujian Pertahanan Terhadap Ilmu Hitamnya yang disusun oleh guru yang kompeten.'

    Senyum Profesor Umbridge menghilang sama mendadaknya seperti bola lampu yang pecah. Dia duduk kembali ke kursinya, membalik satu halaman di papan jepitnya dan mulai mencoret-coret dengan sangat cepat, matanya yang menonjol bergulir dari sisi ke sisi. Profesor McGonagall berpaling kembali kepada Harry, lubang hidungnya yang tipis mengembang, matanya membara.

    'Ada pertanyaan, Potter?'

    'Ya,' kata Harry. 'Seperti apa uji karakter dan bakat yang dilakukan Kementerian, kalau seseorang mendapatkan cukup NEWT?'

    'Well, kamu akan perlu memperlihatkan kemampuan bereaksi dengan baik terhadap tekanan dan seterusnya,' kata Profesor McGonagall, 'ketahanan dan dedikasi, karena latihan Auror butuh tiga tahun lagi, tanpa menyebut keahlian yang sangat tinggi dalam Pertahanan praktis. Artinay banyak belajar lagi bahkan setelah kamu meninggalkan sekolah, jadi kecuali kamu siap untuk --'

    'Aku kira kamu juga akan mendapati,' kata Umbridge, suaranya sangat dingin sekarang, 'bahwa Kementerian melihat ke dalam catatan mereka yang melamar untuk menjadi Auror. Catatan kriminal mereka.'

    '-- kecuali kamu siap mengikuti lebih banyak ujian lagi setelah Hogwarts, kamu seharusnya benar-benar melihat ke yang lainnya --'

    'Yang berarti bahwa bocah ini punya peluang menjadi seorang Auror sebanyak peluang Dumbledore kembali ke seolah ini.'

    'Kesempatan yang sangat bagus, kalau begitu,' kata Professor McGonagall.

    'Potter punya catatan kriminal,' kata Umbridge keras-keras.

    'Potter telah dibebaskan dari semua tuduhan,' kata McGonagall, bahkan lebih keras.

    Profesor Umbridge berdiri. Dia begitu pendek sehingga ini tidak membuat banyak perbedaan, tetapi tingkah lakunya yang cerewet dan tersenyum simpul telah digantikan dengan kemarahan keras yang membuat wajahnya yang lebar dan kendur tampak menyeramkan dengan aneh.

    'Potter tidak punya peluang apapun untuk menjadi Auror!'

    Profesor McGonagall bangkit juga, dan dalam kasusnya gerakannya lebih mengesankan; dia menjulang tinggi pada Profesor Umbridge.

    'Potter,' dia berkata dengan nada nyaring, 'Aku akan membantumu menjadi seorang Auror walaupun kalau itu hal terakhir yang kulakukan! Kalau aku harus melatihmu setiap malam, aku akan memastikan kamu mencapai hasil yang diperlukan!'

    'Menteri Sihir tidak akan pernah mempekerjakan Harry Potter!' kata Umbridge, suaranya meningkat dengan marah.

    'Mungkin sudah ada Menteri Sihir yang baru pada saat Potter siap bergabung!' teriak Profesor McGonagall.

    'Aha!' jerit Profesor Umbridge, sambil menunjuk sebuah jari gemuk pendek kepada McGonagall. 'Ya! Ya, ya, ya! Tentu saja! Itulah yang Anda inginkan, bukan,  Minerva McGonagall? Anda ingin Cornelius Fudge digantikan oleh Albus Dumbledore! Anda pikir Anda akan berada di tempatku, bukan: Menteri Muda Senior untuk Menteri Sihir dan Kepala Sekolah!'

    'Anda mengoceh,' kata Profesor McGonagall, dengan sangat menghina. 'Potter, itu akhir konsultasi karir kita.'

    Harry mengayunkan tasnya melewati bahunya dan bergegas keluar dari ruangan, tidak berani memandang Profesor Umbridge. Dia bisa mendengarnya dan Profesor McGonagall terus berteriak satu sama lain sepanjang jalan kembali di koridor.

    Profesor Umbridge masih bernapas seolah-olah dia baru saja lomba lari saat dia berjalan ke dalam pelajaraan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam mereka sore itu.

    'Aku harap kamu sudah berpikir lebih baik tentang apa yang sedang kamu rencanakan, Harry,' Hermione berbisik, saat mereka telah membuka buku mereka ke 'Bab Tiga Puluh Empat, Tanpa Pembalasan Dendam dan Negosiasi'. 'Umbridge kelihatannya sudah berada dalam suasana hati yang benar-benar buruk ...'

    Beberapa waktu sekali Umbridge melayangkan pandangan tajam kepada Harry, yang tetap menundukkan kepalanya, menatap ke Teori Sihir Pertahanan, matanya tidak fokus, sambil berpikir ...

    Dia bisa membayangkan reaksi Profesor McGonagall kalau dia tertangkap mencuri masuk ke dalam kantor Profesor Umbridge hanya beberapa jam setelah dia menjaminya ... tidak ada yang menghentikannya untuk kembali saja ke Menara Gryffindor dan berharap bahwa di suatu masa selama liburan musim panas berikutnya dia akan punya peluang untuk bertanya kepada Sirius tentang adegan yang telah disaksikannya di dalam Pensieve ... tak ada, kecuali bahwa pikiran mengambil langkah bijaksana ini membuatnya merasa seolah-olah sebuah beban timah telah jatuh ke dalam perutnya ... dan lalu ada masalah Fred dan George, yang pengalihannya sudah direncanakan, tanpa menyebut pisau yang telah diberikan Sirius kepadanya, yang sekarang berada di dalam tas sekolahnya bersama dengan Jubah Gaib tua ayahnya. 

    Tetapi faktanya tetap bahwa kalau dia tertangkap ...

    'Dumbledore mengorbankan dirinya sendiri untuk mempertahankan kamu di sekolah, Harry!' bisik Hermione, sambil mengangkat bukunya untuk menyembunyikan wajahnya dari Umbridge. 'Dan kalau kamu diusir hari  ini semuanya akan sia-sia!'

    Dia bisa membatalkan rencana itu dan hanya belajar hidup dengan memori tentang apa yang telah dilakukan ayahnya di suatu hari musim panas lebih dari dua puluh tahun yang lalu ...

    Dan kemudian dia ingat Sirius di dalam api di atas dalam ruang duduk Gryffindor ...

    Kau lebih tidak mirip ayahmu dari yang kukira ... resiko yang akan membuatnya menyenangkan bagi James ...

    Tetapi apakah dia ingin menjadi mirip ayahnya lagi?

    'Harry, jangan lakukan, tolong jangan lakukan!' Hermione berkata dengan nada menderita ketika bel berdering di akhir pelajaran.

    Dia tidak menjawab, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

    Ron tampaknya bertekad untuk tidak memberikan pendapatnya maupun nasehatnya; dia tidak mau memandang Harry, walaupun saat Hermione membuka mulutnya untuk mencoba membujuk Harry lagi, dia berkata dengan suara rendah, 'Hentikan, OK? Dia bisa memutuskan sendiri.'

    Jantung Harry berdebar sangat keras ketika dia meninggalkan ruangan kelas. Dia tengah berada di koridor di luar ketika dia mendengar suara pengalihan yang tidak salah lagi meledak di kejauhan. Ada jeritan dan pekik bergema dari suatu tempat di atas mereka, orang-orang yang sedang keluar dari ruang-ruang kelas di sekitar Harry berhenti di tempat dan memandang ke atas ke langit-langit dengan takut --

    Umbridge menghambur keluar dari ruang kelasnya secepat kaki pendeknya bisa membawanya. Sambil menarik keluar tongkatnya, dia bergegas ke arah berlawanan: sekarang atau tidak sama sekali.

    'Harry -- tolong!' Hermione memohon dengan lemah.

    Tetapi dia telah memutuskan; sambil mengangkat tasnya lebih kokoh ke bahunya, dia mulai berlari, melewati murid-murid yang sekarang bergegas ke arah berlawanan untuk melihat tentang apa semua keributan di sayap timur.

    Harry mencapai koridor ke kantor Umbridge dan mendapatinya sepi. Sambil berlari di belakang sebuah baju zirah besar yang ketopongnya berderit berputar untuk mengamatinya, dia menarik tasnya membuka, meraih pisau Sirius dan mengenakan Jubah Gaib. Dia lalu berjalan lambat-lambat dan hati-hati keluar dari balik baju zirah itu dan menyusuri koridor sampai dia mencapai pintu Umbridge.

    Dia memasukkan bilah pisau sihir itu ke dalam celah di sekitar pintu dan menggerakkannya dengan lembut ke atas dan ke bawah, lalu menariknya. Ada bunyi klik kecil dan pintu berayun terbuka. Dia menunduk masuk ke dalam kantor itu, menutup pintunya cepat-cepat di belakangnya dan memandang berkeliling.

    Tak ada yang bergerak kecuali anak-anak kucing mengerikan yang masih berkeliaran di plakat-plakat di dinding di tas sapu-sapu yang disita.

    Harry melepaskan Jubahnya dan, sambil berjalan ke perapian, menemukan apa yang sedang dicarinya dalam beberapa detik: sebuah kotak kecil yang mengandung bubuk Floo yang berkilauan.

    Dia meringkuk di depan jerji kosong, tangannya gemetaran. Dia belum pernah melakukan ini sebelumnya, walaupun dia pikir dia tahu bagaimana kerjanya. Sambil mengulurkan kepalanya ke dalam perapian, dia mengambil sejumput besar bubuk itu dan menjatuhkannya ke atas batang-batang kayu yang ditumpuk rapi di bawahnya. Batang-batang kayu itu meledak seketika menjadi nyala api zamrud.

    'Nomor duabelas, Grimmauld Place!' Harry berkata dengan keras dan jelas.

    Itu adalah salah satu sensasi paling aneh yang pernah dialaminya. Dia pernah bepergian dengan bubuk Floo sebelumnya, tentu saja, tetapi saat itu seluruh tubuhnya yang berputar-putar di dalam nyala api melalui jaringan perapian penyihir yang terentang di negara itu. Kali ini, lututnya tetap kokoh di atas lantai dingin kantor Umbridge, dan hanya kepalanya yang menderu cepat di api zamrud itu ...

    Dan kemudian, sama mendadaknya seperti dimulainya, perputaran itu berhenti. Merasa agak mual dan seakan-akan dia memakai selendang yang amat panas di sekitar kepalanya, Harry membuka matanya untuk mendapati bahwa dia sedang memandang keluar dari perapian dapur pada meja kayu panjang, tempat seorang lelaki duduk membaca sepotong perkamen dengan tekun.

    'Sirius?'

    Lelaki itu terlompat dan memandang berkeliling. Bukan Sirius, melainkan Lupin.

    'Harry!'' dia berkata, tampak sangat terguncang. 'Apa yang sedang kamu -- apa yang terjadi, apakah semuanya baik-baik saja?'

    'Yeah,' kata Harry. 'Aku hanya ingin tahu -- maksudku, aku hanya ingin -- berbincang-bincang dengan Sirius.'

    'Aku akan memanggilnya,' kata Lupin sambil bangkit, masih tampak bingung, 'dia naik ke atas untuk mencari Kreacher, tampaknya dia bersembunyi di loteng lagi ...'

    Dan Harry melihat Lupin bergegas keluar dari dapur. Sekarang dia ditinggalkan dengan tidak ada yang bisa dilihat kecuali kaki kursi dan meja. Dia bertanya-tanya kenapa Sirius belum pernah menyebutkan betapa sangat tidak nyamannya berbicara dari api; lututnya sudah berkeberatan dengan menyakitkan pada kontak yang lama dengan lantai batu keras Umbridge.

    Lupin kembali dengan Sirius di belakangnya beberapa saat kemudian.

    'Ada apa?' kata Sirius dengan mendesak, sambil meyapukan rambut gelap panjangnya keluar dari matanya dan turun ke  depan api, sehingga dia dan Harry sama tinggi. Lupin berlutut juga, tampak sangat prihatin. 'Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu butuh bantuan?'

    'Tidak,' kata Harry, 'tidak seperti itu ... aku cuma mau bicara ... tentang ayahku.'

    Mereka saling bertukar pandangan sangat terkejut, tetapi Harry tidak punya waktu untuk merasa canggung atau malu; lututnya semakin sakit setiap detiknya dan dia menduga lima menit sudah berlalu dari permulaan pengalihan itu; George cuma menjamin dia dua puluh menit. Karena itu dia segera terbenam ke dalam cerita tentang apa yang telah dilihatnya di dalam Pensieve.

    Ketika dia sudah selesai, baik Sirius maupun Lupin tidak berbicara selama beberapa saat. Lalu Lupin berkata dengan pelan, 'Aku tidak ingin kamu menilai ayahmu dari apa yang kamu lihat di sana, Harry. Dia baru berumur lima belas --'

    'Aku lima belas tahun!' kata Harry dengan panas.

    'Lihat, Harry,' kata Sirius menentramkan, 'James dan Sirius saling benci dari saat mereka memandang satu sama lain, cuma salah satu hal seperti itu, kamu bisa mengerti itu, bukan? Kukira James adalah segala yang ingin Snape inginkan -- dia populer, dia pandai dalam Quidditch -- bagus dalam hampir semua hal. Dan Snape hanya orang aneh yang sangat gemar Ilmu Hitam, dan James -- apapun yang lain yang mungkin tampak bagimu, Harry -- selalu membenci Ilmu Hitam.'

    'Yeah,' kata Harry, 'tapi dia menyerang Snape tanpa alasan yang baik, hanya karena -- well, hanya karena kau bilang kamu bosan,' dia menyelesaikan, dengan sedikit nada minta maaf dalam suaranya.

    'Aku tidak bangga tentang itu,' kata Sirius cepat-cepat.

    Lupin memandang ke samping kepada Sirius, lalu berkata, 'Lihat, Harry, apa yang harus kamu mengerti adalah bahwa ayahmu dan Sirius adalah yang terbaik di sekolah apapun yang mereka kerjakan -- semua orang menganggap mereka sangat keren -- kalau mereka kadang-kadang agak terbawa --'

    'Kalau kami kadang-kadang jadi bajingan kecil yang arogan, maksudmu,' kata Sirius.

    Lupin tersenyum.

    'Dia terus memberantakkan rambutnya,' kata Harry dengan suara sedih.

    Sirius dan Lupin tertawa.

    'Aku lupa dia dulu melakukan itu,' kata Sirius penuh kasih sayang.

    'Apakah dia bermain-main dengan Snitch?' kata Lupin dengan bersemangat.

    'Yeah,' kata Harry sambil mengamati dengan tak mengerti ketika Sirius dan Lupin tersenyum mengenang. 'Well ... kukira dia agak idiot.'

    'Tentu saja dia agak idiot!' kata Sirius menguatkan, 'kami semua idiot! Well -- Moony tidak begitu,' dia berkata dengann adil, sambil memandang Lupin.

    Tetapi Lupin menggelengkan kepalanya. 'Pernahkah aku menyuruh kalian membiarkan Snape?' dia berkata. 'Pernahkah aku punya keberanian memberitahu kalian aku berpikir kalian keterlaluan?'

    'Yeah, well,' kata Sirius, 'kamu membuat kami terkadang merasa malu pada diri kami sendiri ... itu sesuatu ...'

    'Dan,' kata Harry dengan keras kepala, bertekad untuk mengatakan semua hal yang berada dalam pikirannya sekarang setelah dia di sini, 'dia terus memandangi gadis-gadis di tepi danau, berharap mereka mengamatinya!'

    'Oh, well, dia selalu bertingkah bodoh kapanpun Lily ada di dekat,' kata Sirius sambil mengangkat bahu, 'dia tidak bisa menghentikan dirinya sendiri pamer kapanpun berada di dekatnya.'

    'Bagaimana dia bisa menikahinya?' Harry bertanya dengan sengsara. 'Dia membencinya!'

    'Tidak, tidak begitu,' kata Sirius.

    'Dia mulai keluar dengannya di tahun ketujuh,' kata Lupin.

    'Setelah James mengempiskan kepalanya sedikit,' kata Sirius.

    'Dan berhenti mengguna-gunai orang cuma demi kesenangan,' kata Lupin.

    'Bahkan Snape?' kata Harry.

    'Well,' kata Lupin lambat-lambat, 'Snape itu kasus khusus. Maksudku, dia tidak pernah ketinggalkan kesempatan untuk mengutuk James jadi kamu tidak benar-benar bisa mengharap James menerima itu begitu saja, bukan?'

    'Dan ibuku menerima hal itu?'

    'Sejujurnya, dia tidak tahu terlalu banyak tentang hal itu,' kata Sirius. 'Maksudku, James tidak membawa Snape pada kencan-kencan bersamanya dan mengutuknya di depan dia, bukan?'

    Sirius merengut kepada Harry, yang masih tampak tidak yakin.

    'Lihat,' dia berkata, 'ayahmu adalah teman terbaik yang pernah kumiliki dan dia orang yang baik. Banyak orang menjadi idiot pada usia lima belas. Dia tumbuh meninggalkannya.'

    'Yeah, OK,' kata Harry dengan berat. 'Aku hanya tidak pernah mengira aku akan merasa prihatin kepada Snape.'

    'Sekarang setelah kamu sebut,' kata Lupin, dengan lekuk lemah di antara alisnya, 'bagaimana Snape bereaksi saat dia mendapati kamu melihat semua ini?'

    'Dia memberitahuku dia tidak akan pernah mengajariku Occlumency lagi,' kata Harry tidak peduli, 'seperti itu sebuah kekecewaan be--'

    'Dia APA?' teriak Sirius, mengakibatkan Harry terlompat dan menghirup semulut penuh abu.

    'Apakah kamu serius, Harry?' kata Lupin cepat-cepat. 'Dia berhenti memberikan kamu pelajaran?'

    'Yeah,' kata Harry, terkejut pada apa yang dianggapnya reaksi berlebihan. 'Tapi tidak apa-apa, aku tidak peduli, agak melegakan seju--'

    'Aku akan pergi ke sana untuk berbicara kepada Snape!' kata Sirius penuh tenaga, dan dia benar-benar akan berdiri, tetapi Lupin merenggutnya turun lagi.

    'Kalau ada yang akan memberitahu Snape itu adalah aku!' dia berkata dengan tegas. 'Tapi Harry, pertama-tama, kamu harus kembali kepada Snape dan memberitahunya bahwa dengan alasan apapun dia tidak boleh berhenti memberikan pelajaran kepadamu -- saat Dumbledore dengar --'

    'Aku tidak bisa menyuruhnya seperti itu, dia akan membunuhku!' kata Harry, marah besar. 'Kalian tidak melihatnya saat kami keluar dari Pensieve --'

    'Harry, tidak ada yang begitu penting seperti kamu mempelajari Occlumency!' kata Lupin dengan keras. 'Apakah kamu paham? Tidak ada!'

    'OK, OK,' kata Harry, sepenuhnya tidak sabar, tanpa menyebut jengkel. 'Aku akan ... aku akan mencoba mengatakan sesuatu kepadanya ... tetapi tidak akan --'

    Dia terdiam. Dia bisa mendengar langkah-langkah kaki di kejauhan.

    'Apakah itu Kreacher yang turun?'

    'Bukan,' kata Sirius sambil memandang sekilas ke belakangnya. 'Pastilah seseorang dari ujungmu.'

    Jantung Harry melompati beberapa detakan.

    'Aku sebaiknya pergi!' dia berkata terburu-buru dan menarik kepalanya ke belakang keluar dari api Grimmauld Place. Selama beberapa saat kepalanya tampaknya berputar di atas bahunya, lalu dia mendapati dirinya berlutut di depan api Umbridge dan mengawasi nyala api zamrud itu berkelap-kelip dan mati.

    'Cepat, cepat!' dia mendengar sebuah suara mendesah bergumam tepat di luar pintu kantor. 'Ah, dia meninggalkannya terbuka --'

    Harry menukik mengambil Jubah Gaib dan baru berhasil menariknya menutupi dirinya sendiri ketika Filch mendadak masuk ke dalam kantor. Dia tampak benar-benar senang tentang sesuatu dan sedang berbicara kepada dirinya sendiri dengan terburu-buru selagi dia menyeberangi ruangan, menarik sebuah lagi di meja tulis Umbridge dan mulai menggeledah kertas-kertas di dalamnya.

    'Persetujuan untuk Mencambuk ... Persetujuan untuk Mencambuk ... aku bisa melakukannya akhirnya ... mereka patut mendapatkannya selama bertahun-tahun ...'

    Dia menarik keluar sepotong perkamen, menciumnya, lalu berjalan dengan cepat kembali keluar dari pintu, sambil mencengkeramnya ke dadanya.

    Harry melompat bangkit dan, memastikan dia membawa tasnya dan bahwa Jubah Gaib sepenuhnya menutupi dia, dia merenggut membuka pintu kantor itu dan bergegas keluar dari kantor mengikuti Filch, yang sedang berjalan terpincang-pincang lebih cepat dari yang pernah dilihat Harry.

    Satu lantai di bawah kantor Umbridge, Harry berpikir sudah aman untuk menjadi tampak lagi. Dia menarik lepas Jubah itu, menjejalkannya ke dalam tasnya dan bergegas terus. Ada banyak teriakan dan pergerakan yang datang dari Aula Depan. Dia berlari menuruni tangga pualam dan mendapati apa yang tampak seperti sebagian besar isi sekolah berkumpul di sana. 

    Persis seperti malam saat Trelawney dipecat. Murid-murid sedang berdiri mengitari dinding-dinding dalam lingkaran besar (beberapa di antara mereka, Harry perhatikan, tertutup dalam zat yang tampak sangat mirip dengan Getah Bau); guru-guru dan hantu-hantu juga ada dalam kerumunan itu. Yang tampak menonjol di antara para penonton adalah para anggota Regu Penyelidik, yang semuanya tampak luar biasa puas diri, dan Peeves, yang sedang melayang di atas kepala, memandang ke bawah kepada Fred dan George yang berdiri di tengah lantai dengan tampang tak salah lagi dua orang yang baru saja tersudutkan.

    'Jadi!' kata Umbridge penuh kemenangan. Harry menyadari dia sedang berdiri hanya beberapa anak tangga di depannya, sekali lagi memandang ke mangsanya. 'Jadi -- kalian pikir lucu mengubah koridor sekolah menjadi rawa-rawa, begitu?'

    'Cukup lucu, yeah,' kata Fred sambil memandang ke atas kepadanya tanpa tanda ketakutan terkecilpun.

    Filch menyikut mencari jalan lebih mendekat kepada Umbridge, hampir menangis karena bahagia.

    'Aku sudah dapat formulir itu, Kepala Sekolah,' dia berkata dengan parau, sambil melambaikan potongan perkamen yang baru dilihat Harry diambilnya dari meja tulisnya. 'Aku sudah dapat formulir itu dan aku punya cemeti yang sedang sedang menunggu ... oh, biarkan aku melakukannya sekarang ...'

    'Sangat bagus, Argus,' dia berkata. 'Kalian berdua,' dia melanjutkan sambil memandang kepada Fred dan George, 'akan belajar apa yang terjadi kepada para pembuat keonaran di sekolahku.'

    'Kau tahu apa?' kata Fred. 'Kukira tidak.'

    Dia berpaling kepada saudara kembarnya.

    'George,' kata Fred, 'kukira kita sudah terlalu tua untuk pendidikan penuh waktu.'

    'Yeah, aku sendiri merasa begitu,' kata George dengan ringan.

    'Waktunya menguji bakat kita di dunia nyata, bagaimana menurutmu?' tanya Fred.

    'Tentu saja,' kata George.

    Dan sebelum Umbridge bisa mengucapkan sepatah kata, mereka mengangkat tongkat mereka dan berkata bersamaan.

    'Accio sapu!'

    Harry mendengar suara benturan keras di suatu tempat di kejauhan. Sambil memandang ke sebelah kirinya, dia menunduk tepat waktu. Sapu Fred dan George, salah satunya masih diekori rantai berat dan pasak besi yang Umbridge pasangkan ke dinding, sedang meluncur cepat di koridor menuju para pemilik mereka; sapu-sapu itu belok kiri, melintas menuruni tangga dan berhenti tepat di depan si kembar, rantainya bergemerincing dengan keras di atas lantai batu.

    'Kami tidak akan berjumpa Anda lagi,' Fred memberitahu Profesor Umbridge, sambil mengayunkan kakinya melewati sapunya.

    'Yeah, tak usah repot terus berhubungan,' kata George sambil menaiki sapunya sendiri.

    Fred memandang berkeliling kepada murid-murid yang berkumpul, kepada kerumunan yang diam dan menonton dengan seksama.

    'Kalau ada yang ingin membeli Rawa-Rawa Portabel, seperti yang diperlihatkan di atas, datang ke Diagon Alley nomor sembilan puluh tiga -- Weasley's Wizarding Wheezes,' dia berkata dengan suara keras. 'Toko baru kami!'

    'Diskon khusus untuk murid-murid Hogwarts yang bersumpah mereka akan menggunakan produk-produk kami untuk menyingkirkan kelelawar tua ini,' tambah George sambil menunjuk kepada Profesor Umbridge.

    'HENTIKAN  MEREKA,' pekik Umbridge, tetapi terlambat. Ketika Regu Penyelidik mendekat, Fred dan George lepas landas dari lantai, meluncur lima belas kaki ke udara, pasak besi itu berayun berbahaya di bawah. Fred memandang ke seberang aula kepada hantu jail yang sedang melayang setingkat dengannya di atas kerumunan.

    'Berikan kepadanya neraka dari kami, Peeves.'

    Dan Peeves, yang Harry belum pernah lihat menerima perintah dari seorang murid sebelumnya, menyapukan topinya yang berlonceng dari kepalanya dan bangkit untuk memberi hormat selagi Fred dan George berputar menerima tepuk tangan bergemuruh dari murid-murid di bawah dan ngebut keluar dari pintu-pintu depan yang terbuka ke matahari terbenam yang agung.

 

Previous Home Next