MEMBANTAH THE JAKARTA POST
Dear All,
Kami kaget setengah mati membaca berita The Jakarta Post terbitan Friday 15, 2002
yang kami temukan di salah satu loby hotel di Makasar. Pada halaman pertama
berita tersebut ditulis dengan hurup kapital yang sangat menyolok, dibawah judul
berita " PROTEST GREET MALUKU NEGOTIATORS". Berita ini disadur dari kantor
berita ANTARA, dan ditulis oleh jurnalist The Jakarta Post, masing-masing Juriadi dan
Anastashya Emmanuelle. Isi berita pada alinea-alinea awal antara lain :
".....in their protest against peace, a vocal groups of Muslim condemned the peace
delegation as they were on their way from Pattimura airport to the Maluku Governors
office in the city.
Another group apparently from the local christian comunity also pelted the cars
carryng Muslim delegates with stones as they passed the navigasi seaport area route
to the governor office. A window of delegate's car was broken in the incident.
Antara news agency reported that the situation became very tense when hundred of
Muslim gathered at the Alfatah Mosque, only 200 meters away from the rock throwing
Cristians..."
Berdasarkan realitas di lapangan, maka harus dikatakan bahwa penggalan berita di
atas merupakan suatu pemutar balikan fakta yang sangat murahan, provokatif, dan
tak tertanggung jawab, di saat ketika sedang berlangsungnya upaya pemulihan
keamanan di Maluku saat ini. Sebagai salah satu anggota delegasi deklarasi Malino
kami dapat gambarkan kondisi yang terjadi saat itu, kurang lebih demikian.
1. Setibanya dari Malino di Ujung Pandang dipertimbangkan bahwa semua delegasi
akan kembali ke Ambon dengan menumpangi sebuah pesawat Herkules milik TNI
AU. Demikian pula ketika tiba di Ambon diputuskan bahwa semua delegasi (Muslim
& Kristen) akan melalui jalan darat dari airport menuju kota Ambon, untuk berkumpul
kemudian di kantor gubernur.Namun menjelang keberangkatan diperoleh informasi
bahwa delegasi Muslim keberatan bila perjalanan pulang dari Airport Pattimura ke
Ambon harus melalui jalan darat. Hal ini menurut mereka mengingat malam sebelum
kepulangan delegasi Malino terjadi beberapa kali ledakan bom di daerah Batumerah
dan sekitarnya. Akhirnya diputuskan bahwa delegasi Malino akan menempuh jalur
laut dari dermaga AU di desa Laha menuju ke Ambon.
2. Setibanya di airport seluruh delegasi sudah dijemput oleh staff Pemda Tkt.I
Maluku, dan segera bertolak menuju dermaga AU di Laha. Setibanya di dermaga
delegasi dibagi dalam dua tim untuk persiapan menuju Ambon. Delegasi Kristen
menumpangi speed boat milik angkatan laut, sementara delegasi Muslim
menumpangi speed boat lainnya. Kedua speed boat segera bertolak menuju Ambon,
dengan pengawalan penuh pihak TNI AL dan Kepolisian. TNI AL misalnya
mengerahkan sebuah fregat dengan dibantu oleh beberapa buah speed boat patroli
cepat dengan petugas beresenjata lengkap. Perjalanan menuju Ambon berlangsung
perlahan. Delegasi Kristen kemudian merapat di dermaga Gudang Arang dan
melakukan dembarkasi, sambil ditunggu oleh speed boat delegasi Muslim yang
berhenti lebih kurang 100 meter dari dermaga. Setibanya di dermaga delegasi yang
Kristen telah dijemput oleh Wagub Maluku, Ny. P. Renyaan dan staff, segera bertolak
menuju kantor gubernur Maluku, dengan melewati route : Benteng, Batu ! Gantung,
Trikora, Pardeis Tengah, Kantor Gubernur. Sementara itu delegasi Muslim
melanjutkan perjalanan lautnya untuk merapat di dermaga Navigasi laut yang berada
di daerah Waihaong (Total telah menjadi daerah Muslim setelah kerusuhan).
3. Setibanya delegasi Kristen di kantor gubernur (tanpa pencegatan masyarakat),
ditemui delegasi Muslim yang sudah lebih dulu tiba disana beberapa menit yang lalu.
Teman-teman delegasi Muslim dengan gemas menceritakan bagaimana mereka
dicegat di daerah Waihaong (sekitar THR yang telah menjadi daerah Muslim selama
kerusuhan)) oleh kelompok masyarakat Muslim yang menolak proses dan deklarasi
Malino. Mobil yang ditumpangi Ustad Polpoke dilempari masa Muslim sampai
kacanya pecah, namun tak melukai Ustad Polpoke. Menurut tuturan mereka polisi
yang mengawal segera melepaskan tembakan peringatan, namun kemudian diminta
untuk menghentikannya oleh teman-teman delegasi Muslim. Saat itu segera
diputuskan untuk melakukan koordinasi penguatan bagi teman-teman delegasi
Muslim yang baru kembali dari Malino.
4. Malam itu kami memperoleh informasi bahwa beberapa teman dari delegasi Muslim
menginap di perumahan gubernuran di daerah Mangga Dua Ambon, untuk
menghindari kemungkinan buruk dari perkembangan situasi internal mereka.
Sementara itu siaran radio SPMM terus menerus melakukan provokasi untuk
mengutuk partisipant Muslim yang pergi ke Malino, dan meminta masyarakat Muslim
menolak kesepakatan Malino. Besok malamnya kami menerima informasi bahwa
terjadi beberapa upaya ledakan bom di rumah beberapa anggota delegasi Muslim di
daerah Batu Merah, yang memaksa polisi dan pihak TNI AD segera malkukan
pengamanan di daerah itu.
4. Proses sosialisasi yang dilakukan kemudian ternyata berlangsung dengan efektif di
kalangan Kristen. Sementara itu proses sosialisasi pertemuan Malino di kalangan
Muslim masih tertunda akibat ketegangan internal di kalangan mereka. Menariknya
dalam proses sosialisasi di Gereja Maranatha terlihat antara lain Malik Selang dan
beberapa teman Muslim turut hadir disana. Dengan akrab dan penuh rasa
kekeluargaan mereka diterima komunitas Kristen yang memenuhi ruang dalam
maupun halaman gedung gereja Maranatha saat itu. Bahkan terlihat juga beberapa
teman Muslim lainnya bercerita akrab dengan rekan-rekan Kristen mereka di depan
Hotel Mutiara Ambon.
Dari beberapa point gambaran di atas, kiranya dapat mendudukan berita miring dan
provokatif yang dilansir The Jakarta Post. Protest resmi akan segera kami sampaikan
ke redaksi The Jakarta Post.
MASARIKU NETWORK AMBON
|