Menurut Paryono (1994), sistem informasi geografi memerlukan data masukan agar dapat berfungsi dan memberikan informasi hasil analisisnya. Data masukan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain yaitu: data lapangan, GPS, peta analog dan citra penginderaan jauh.
Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dsb. Peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan berbagai cara yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Referensi spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada peta digital yang dihasilkan. Biasanya peta analog direpresentasikan dalam format vektor.
Informasi yang lebih terekam pada peta kertas atau film, dikonversikan ke dalam bentuk digital, misalnya peta geologi, peta tanah dan sebagainya. Lebih lanjut dinyatakan oleh Karsidi (1996), bahwa untuk mengubah data peta menjadi data sistem informasi geografi digital, maka ada dua proses yang dapat dilakukan yaitu melalui digitasi garis dan penyapuan (scanning). Dengan digitasi maka obyek obyek di peta digambarkan ulang dalam bentuk digital menggunakan peralatan meja digitasi. Meja digitasi adalah alat perekam koordinat yang akan mencatat posisi dari kursor yang dipakai untuk menggambar ulang obyek peta. Dilain pihak dengan teknik scanning, maka obyek obyek peta direkam ulang dengan alat optik (semacam mesin foto copy) yang kemudian akan mengubah data rekaman gambar ke dalam format raster. Memilih kerangka peta berkaitan erat dengan pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, karena perbedaan lokasi di permukaan bumi, luas area yang dikaji dalam SIG, bentuk area yang dikaji perlu dipertimbangkan pada saat memilih jenis proyeksinya. Disamping memilih jenis proyeksi, yang tidak kalah pentingnya dalam pembicaraan mengenai peta sebagai kerangka SIG, usaha usaha untuk dapat mentransfer data suatu titik ke posisi ke dalam jenis proyeksi satu ke lainnya.
Data Pengindraan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaannya secara berkala. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster, antara lain citra satelit, foto udara, dsb.
Citra penginderaan jauh yang berupa foto udara atau dapat diinterpretasi terlebih dahulu sebelum dikonversi kedalam bentuk digital. Sedangkan citra yang diperoleh dari satelit yang sudah dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah diadakan koreksi seperlunya. Lebih lanjut dinyatakan ketiga sumber tersebut saling mendukung satu terhadap yang lain. Data lapangan dapat digunakan untuk membuat peta fisik, sedangkan data penginderaan jauh juga memerlukan data lapangan untuk lebih memastikan kebenaran data tersebut. Jadi ketiga sumber data saling berkaitan, melengkapi dan mendukung, sehingga tidak boleh ada yang terabaikan.
Data yang belum dalam bentuk digital dapat diubah menjadi bentuk digital dengan cara manual, yaitu mengubah informasi geografis menjadi data digital dengan sistem kisi kisi (grid atau raster system). Cara manual lain namun lebih maju adalah dengan menggunakan digitizer, sedangkan yang otomatis menggunakan scanner. Untuk cara manual diperlukan ketelitian operator yang mengkonversi data, sehingga data yang diperoleh masih sesuai (mendekati) seperti aslinya. Sedangkan untuk penggunaan scanner, perlu diperhatikan resolusi scanner yang digunakan agar data yang tersimpan tidak banyak mengalami kehilangan detilnya atau mengalami degradasi resolusi.
Data ini diperoleh langsung dari pengukuran lapangan secara langsung, seperti pH tanah, salinitas air, curah hujan, jenis tanah, dan sebagainya. Karsidi (1996) mengemukakan, bahwa yang termasuk data lapangan yaitu data sosial ekonomi yang dapat diperoleh dari terbitan resmi maupun catatan oleh badan resmi baik pemerintah maupun swasta. Data dapat diperoleh melalui cara sensus ataupun survei (sampel).
Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dsb., yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut.
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.
Winarno dan Suryono (1994) mengemukakan, bahwa ada tiga jenis sumber data yang dipakai dalam sistem informasi geografi yaitu:
Lebih lanjut dinyatakan oleh Paryono (1994), bahwa pada model raster, semua obyek disajikan dalam bentuk sel sel yang disebut pixel (picture element). Setiap sel memiliki koordinat serta informasi (atribut keruangan dan waktu). Obyek dalam bentuk titik, garis, maupun bidang (area) semuanya disajikan dan dinyatakan dalam titik atau sel, sedangkan pada model vektor, obyek disajikan sebagai titik atau segmen segmen garis. Lebih lanjut dikemukakan oleh Karsidi (1996), untuk keperluan analisis keruangan (spasial), sistem informasi geografi mempunyai kemampuan analisis spasial yang utama termasuk: analisis tumpang tindih (overlay) untuk mengetahui daerah yang dilipur oleh dua karakteristik dari tema yang berbeda dan untuk mengetahui perubahan batas dari waktu ke waktu; analisis sebaran/distribusi dari suatu obyek untuk mengetahui variasi pola dan jumlah atribut terhadap ruang; analisis aliran (flow) di dalam suatu jaringan untuk menganalisis pola aliran lalu lintas misalnya, dan analisis tiga dimensi.
Pada bagian ini kita akan mempelajari teknik memasukkan data spasial dari sumber-sumber di atas ke dalam SIG, antara lain:
Digitasi biasanya dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak PC ARC/INFO dan meja digitasi. Tetapi bila kita tidak memiliki perangkat lunak PC ARC/INFO dan meja digitasi, kita juga bisa melakukan digitasi sistem On Screen dengan menggunakan perangkat lunak AutoCAD Map atau Arc View.
Kita akan membahas proses konversi dari peta analog menjadi peta digital dengan mempergunakan sistem digitasi On Screen. Untuk dapat melakukan digitasi secara On Screen kita harus memiliki format data image dengan format jpg, bmp, tiff dll. Untuk mendapatkan format data tersebut dapat kita peroleh dengan cara di scan. Cara kerjanya adalah dengan mengkonversi fitur-fitur spasial yang ada pada peta menjadi kumpulan koordinat x,y. Untuk menghasilkan data yang akurat, dibutuhkan sumber peta analog dengan kualitas tinggi. Dan untuk proses digitasi, diperlukan ketelitian dan konsentrasi tinggi dari operator. Dalam mempelajari digitasi, kita menggunakan perangkat lunak AutoCAD Map dan Arc View. Prosedur dan tata cara pengerjaannya akan diberikan secara detail dengan maksud untuk memberikan garis besar dari konsep GIS dan melatih cara mendigitasi peta dengan menggunakan AutoCAD Map.
Ketelitian hasil digitasi anda ditentukan oleh sumber data yang ada. Sedapat mungkin, gunakan peta yang paling baik dan paling mutakhir. Peta harus selalu dalam keadaan bersih, dapat terbaca dan dalam kondisi baik, untuk memastikan bahwa lokasi yang ada dapat didigitasi seteliti mungkin. Kondisi peta mudah berubah oleh keadaan cuaca. Untuk meminimalkan distorsi, sebaiknya peta digandakan kedalam suatu material yang stabil, misalnya mylar, untuk meminimalkan pemekaran dan pengkerutan. Meskipun cara ini adalah ideal tapi membutuhkan biaya tinggi. Cara lain yang lebih praktis adalah dengan meletakkan mylar di atas peta yang akan didigitasi. Sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan peta hasil foto copy. Untuk menjaga konsistensi dalam pelaksanaan digitasi, tetapkan suatu urut-urutan prosedur standar untuk memastikan tata cara pemasukan data yang konsisten. Misalnya, anda akan melakukan digitasi fitur jalan, yang dalam hal ini direpresentasikan dengan garis. Sebuah garis pada peta jalan biasanya ada yang berupa garis tunggal dan garis ganda. Pastikan sebelumnya apakah digitasi akan dilakukan pada tengah-tengah garis atau pada salah satu tepi garis tersebut. Apapun pilihan anda, selama digitasi pilihan ini harus dilakukan secara konsisten dan sebaiknya buatlah catatan mengenai hal ini.
Peta analog yang akan di digitasi kemudian di scan. Ukuran scanner bervariasi dari ukuran A4 sampai A0. Bila kita menggunakan scanner ukuran A0 maka peta yang ukurannya besar cukup satu kali scan. Tetapi bila scanner yang digunakan ukurannya kecil seperti ukuran A4, maka peta harus di scan beberapa kali. Pada saat menscan peta tersebut dibuat over lapping agar peta nantinya dapat disambung kembali. Format yang dipakai untuk gambar/image adalah jpg atau bmp.
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk memulai proses digitasi dengan menggunakan program AutoCAD Map 5, yaitu:
Pada tepi image mengalami bias akibat proses scanning. Agar image dapat tersambung dengan pas maka bagian tepinya harus dibuang dahulu dengan perintah image clip.
Langkah langkah untuk membuang bagian tepi image yang bias:
Pada saat menscan sangat mungkin terjadinya kemiringan pada saat meletakkan peta pada scanner, sehingga image yang dihasilkan juga akan terlihat tidak rata. Hal ini bisa diatasi dengan meratakan image tersebut pada bidang gambar AutoCAD dengan menggunakan perintah rotasi.
Untuk meratakan image tersebut langkah langkahnya sebagai berikut:
Pada saat ditampilkan pada bidang gambar AutoCAD ukuran dari image tersebut kadang tidak sama dengan ukuran image lain di sebelahnya. Agar dapat disambung-sambung maka image-image tersebut harus disamakan ukurannya dengan perintah scale.
Untuk menyamakan image tersebut langkah langkahnya sebagai berikut:
Setelah image-imagenya rata dan ukurannya sama maka image tersebut selanjutnya disambung-sambung sehingga akan terlihat seperti peta yang utuh.
Adapun langkah langkahnya adalah sebagai berikut:
Georeferensi merupakan penempatan koordinat pada peta yang mengacu pada koordinat bumi. Sistem koordinat yang biasa dipakai adalah sistem latitute dan longitute (latlong) atau lintang bujur dan sistem UTM (Universal Tranverse Mercator). Sistem lintang bujur memiliki satuan derajat menit detik, sementara sistem UTM memiliki satuan meter. Antara sistem latlong dan UTM ini bisa saling dikonversi atau dirubah. Proses georeferensi bisa dilakukan dengan AutoCAD dan di Arc View. Tetapi sebaiknya proses georeferensi dilakukan dengan Arcview, karena memiliki akurasi yang lebih baik. Proses georeferensi dengan Arc View akan dibahas pada bagian sendiri.
Bila kita menggunakan AutoCAD, maka tahapan yang kita lakukan adalah sebagai berikut:
Sebagai contoh lihat gambar diatas. Pada gambar tersebut ada titik yang bertanda (+). Pada titik tersebut memiliki koordinat bujur 115Ί46Tdan lintang 00Ί30S. T singkatan dari Timur dan menyatakan sumbu X, sedangkan S singkatan dari Selatan menyatakan sumbu Y. Bila kita rubah nilai koordinat tersebut menjadi desimal, maka nilainya akan menjadi 115.7667 dan -0.5000 (diberi tanda () karena terletak pada lintang selatan)
Select objects:
Ketik all, lalu tekan enter. Akan muncul pertanyaan lagi
Select objects:
tekan enter, akan muncul pertanyaan
Specify base point or displacement:
Kursos diletakkan pada titik yang bertanda (+ ) lalu klik kiri, akan muncul pertanyaan
Specify base point or displacement: Specify second point of displacement or <use first point as displacement>:
Masukkan nilai 115.7667,-0.5000 lalu tekan enter. Sekarang posisi image telah berpindah koordinat. Pada titik yang bertanda (+) tersebut koordinatnya sudah mengikuti koordinat bumi, tetapi titik titik yang lain belum.
Klik ikon scale
Select objects:
Pilih imagenya
Select objects:
Tekan enter
Specify base point:
Klik kiri pada image yang memiliki koordinat 115Ί46T dan 00Ί30S
Specify scale factor or [Reference]:
Ketik r
Specify reference length <1>: Specify second point:
Klik kiri pada image yang memiliki koordinat 115Ί46T dan 00Ί30S kemudian klik kiri pada image yang memiliki koordinat 115Ί55T dan 00Ί30S
Specify new length:
Masukkan nilai 0.15
Tekan Enter
Sebelum melakukan digitasi dibuat terlebih dahulu layer-layer mengikuti obyek yang ada pada peta, seperti sungai, jalan, batas kecamatan dan lain-lain.
Pada kotak dialog layer ada beberapa pilihan yaitu:
Setelah membuat layer langkah berikutnya adalah mendigitasi peta yang ada pada bidang gambar AutoCAD dengan mengikuti semua bentuk gambar yang ada pada peta tersebut sesuai dengan themanya. Obyek yang ada pada suatu peta dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: titik, garis dan poligon. Bila mendigitasi sungai diaktifkan layer sungai, dan seterusnya. Bila mendigitasi obyek titik gunakan perintah point, garis menggunakan perintah polyline, bila mendigit poligon juga digunakan perintah polyline tetapi harus bertemu pada awal dan akhir garis tersebut.
Aturan dalam digitasi:Klik ikon point, pada baris perintah akan muncul
Command: _point
Current point modes: PDMODE=0 PDSIZE=0.0000
Specify a point:
Klik kiri setiap obyek titik pada peta tersebut. Untuk mengakhiri tekan tombol escip pada keyboard
Klik ikon polyline, pada baris perintah akan muncul
Command: _pline
Specify start point:
Tempatkan mouse pada bagian ujung obyek yang akan di digit klik kiri lalu gerakkan mouse mengikuti bentuk obyek klik kiri dan seterusnya sampai bertemu dengan persimpangan lalu tekan enter.
Klik ikon polyline, pada baris perintah akan muncul
Command: _pline
Specify start point:
Tempatkan mouse pada bagian poligon yang akan di digit klik kiri lalu gerakkan mouse mengikuti bentuk poligon klik kiri dan seterusnya mengelilingi poligon tersebut sampai bertemu dengan bagian awal poligon tersebut. Setelah dekat dengan bagian awal poligon tangakap bagian awal dari poligon dengan snap to endpoint,
atau
Current line-width is 0.0000
Specify next point or [Arc/Halfwidth/Length/Undo/Width]:
Specify next point or [Arc/ Close/ Halfwidth/ Length/ Undo/ Width]:
Ketik c lalu tekan enter.
Setelah semua digitasi selesai maka langkah selanjutnya adalah perbaikan atau editting. Editing hanya dilakukan pada obyek yang bertipe garis dan poligon. Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam proses digitasi adalah garis yang tidak berhubungan satu sama lainnya, garis yang melebihi atau terlalu panjang, serta poligon tidak tertutup.
Langkah editingPerintah untuk meneruskan garis yang tidak bertemu
Command: _extend
Current settings: Projection=UCS, Edge=None
Select boundary edges ...
Klik obyek yang akan di jadikan pembatas
Select objects: 1 found
Select objects:
Tekan enter
Select object to extend or shift-select to trim or [Project /Edge/ Undo]:
Klik obyek yang akan diperpanjang
Perintah untuk memotong garis yang melebihi
Command: _trim
Current settings: Projection=UCS, Edge=None
Select cutting edges ...
Klik garis yang dipakai untuk memotong
Select objects: 1 found
Select objects:
Tekan enter
Select object to trim or shift-select to extend or [Project/ Edge/ Undo]:
Klik garis yang akan dipotong
Command: _pedit Select polyline or [Multiple]:
Ketik m
Select objects:
Ketik all
12 found
Select objects:
Tekan enter
Enter an option [Close/Open/Join/Width/Fit/Spline/Decurve/Ltype gen/Undo]:
Ketik s
Tekan enter
Command: _pedit Select polyline or [Multiple]:
Ketik m
Select objects:
Ketik all
12 found
Select objects:
Tekan enter
Enter an option [Close/Open/Join/Width/Fit/Spline/Decurve/Ltype gen/Undo]:
Ketik j
Tekan enter
Enter an option [Close/Open/Join/Width/Fit/Spline/Decurve/Ltype gen/Undo]:
Ketik c
Tekan enter
Format file pada AutoCAD adalah dwg, sedangkan pada Arc View formatnya shp. Dengan program AutoCAD map 5 dapat dilakukan exsport data dari tipe dwg menjadi tipe shp. Proses exsport dilakukan satu persatu atau per layer/theme.
Tahapannya sebagai berikut: