|
New Page 1
Bukan Untukku
'Pagi,
Tok...' sapa Sandra di koridor kampus. Deg. Jauh dilubuk hatiku yang paling
dalam, mulailah irama drum berdentum-dentum
memenuhi seluruh rongga hatiku. Siapa sich yang tak kenal Sandra, gadis
tercantik di kampusku yang tak cuma cantik, tapi juga cerdas dan sangat
rohani. Cewek yang tak pernah absen diberbagai kegiatan kampus juga di pelayanan
ini dikenal sangat mencintai Tuhan. Tak ada satupun cowok yang tak tertarik
dengannya. Semuanya antre mendaftar untuk menjadi pasangan hidupnya. Namun tak
ada satupun yang berhasil merontokkan hatinya.
'Kamu
naksir Sandra ya, Tok,' tebak Andre, sohib kentalku sejak kecil, saat
melihatku duduk di taman kampus, memperhatikan Sandra
yang tengah membriefieng anak2 yang akan berangkat retreat. 'Ah... apaan sich,
Ndre?' balasku dengan muka bak udang rebus. Andre hanya senyum2 melihatku
gelagapan. Benar kata Andre. Aku tak cuma naksir Sandra, tapi aku sudah jatuh
cinta padanya. 'Tunggu apa lagi, Tok... udah, cepet sabet aja. Dia pasti akan
menerima cintamu. Aku yakin, kalian pasti bakal jadi pasangan yang paling Ok.
Sama2 pintar, sama2 cakep, sama2 ngetop, sama2 aktif dipelayanan, sama2
rohaninya, pokoknya udah klop semua. Kurang apa lagi? Udah samperin aja buruan.
Ntar kalo ada yang nduluin nyesel lho...' kata Andre makin mengomporiku. Benar
juga apa yang dikatakan Andre.
Lagipula semua teman2 se-gank-ku juga mendukungku untuk menjadi pacar
Sandra. Ah... kali ini aku tak mau kehilangan kesempatan.
Hari itu aku memantapkan diri mengutarakan rasa haiku pada Sandra. Namun
entah mengapa batinku mengatakan agar aku pergi ke rumah Om Sammy, kakak
rohaniku sekaligus pembimbing kaum muda di gerejaku.
Kuurungkan niatku ke rumah Sandra, dan aku berbelok arah menuju rumah Om Sammy.
Om Sammy hanya tersenyum usai mendengar ceritaku. Sejenak kemudian, ia pun mulai
bersuara,
'Dengar Tok,
Om cuma bisa pesan satu hal saja sama kamu.
Kalau kamu benar2 mencintai Tuhan Yesus, jangan pernah kamu coba2 untuk menjual
Tuhan-mu dengan seorang perempuan.' Aku tersentak kaget mendengar perkataan Om
Sammy. Tak kusangka, beliau memberikan jawaban yang membuatku sangat tertempelak.
Yah... aku lupa bertanya pada Tuhan, benarkah Sandra
memang pasangan hidup yang disediakan Tuhan bagiku? Sejenak kemudian aku
tersadar, ternyata aku lebih memperhatikan perkataan teman2 dan keinginan hatiku
sendiri ketimbang memperhatikan kehendak Tuhan.
Sepulang dari rumah Om Sammy, aku langsung masuk ke kamar dan berdoa kepada
Tuhan. Aku minta ampun untuk kesalahan fatal yang sudah ku buat. Dan lewat
beberapa hal yang dibukakan Tuhan kepadaku, akhirnya aku pun sadar bahwa Sandra
memang bukan jodohku.
'Dia memang bukan untukku,' bisik batinku.
Malam itu aku bermimpi tengah berada di sebuah pesta pernikahan bersama
dengan Tuhan. Kutanya pada Tuhan, 'Pernikahan siapa ini, Tuhan?' Ia
tersenyum dan menjawab dengan lembut, 'Ini pesta pernikahanmu.'
'Tapi mana pengantin perempuannya?' tanyaku. 'Itu dia!' jawabNya seraya
menunjuk ke seorang gadis berpakaian pengantin yang tengah membelakangiku.
Saat aku berusaha membalikkan badannya untuk melihat wajahnya, Tuhan
mencegahku. 'Jangan, Jangan sekarang. Belum waktunya. Layani Aku dulu, baru kamu
akan bertemu dengannya.'
Aku terbangun dari mimpiku. Kurenungkan apa yang baru saja terjadi. Ah...
kini aku mengerti. Aku tak usah pusing lagi soal jodohku. Aku tahu sandra
bukan untukku, dan Dia sudah menyediakan seseorang yang lain yang terbaik
untukku. Yang harus kulakukan sekarang adalah berkonsentrasi penuh pada
pelayanan.
I know, He will give the best for me in
His time. I just wait and do the
best for Him.
|
|