![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
H o m e : : P i c t u r e s : : A r t i c l e s : : A b o u t U s | ![]() |
|||||||||||||
Y o u t h A u c k l a n d | ||||||||||||||
:: A r t i c l e s :: | ||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||
Pelajaran dari seorang gelandangan Hari
itu, hari Minggu yang dingin di musim gugur. Pelataran parkir menuju Ketika aku hampir sampai,
aku melihat seorang pria terbaring di dinding di Kelihatannya pria ini
seorang gelandangan yang tidak memiliki rumah (tuna Kami berkumpul selama beberapa menit, dan seseorang menyampaikan tentang pria yang terbaring di luar. Orang-orang mentertawakan dan berbisik-bisik membicarakan masalah ini tetapi tidak ada yang mau mengajak pria itu untuk masuk ke dalam, termasuk aku. Beberapa lama kemudian kebaktian dimulai. Kami semua menunggu Pendeta yang akan maju ke depan dan menyampaikan Firman Tuhan, ketika pintu gereja terbuka. Muncullah pria tunawisma itu berjalan di lorong gereja dengan kepala tertunduk. Semua orang menarik nafas dan berbisik-bisik dan terkejut. Pria itu terus berjalan dan akhirnya sampai di panggung, dia membuka topi dan mantelnya. Hatiku terguncang. Disana berdiri pendeta kami
... dialah "gelandangan" itu. Tidak ada seorangpun yang berbicara. Pendeta mengambil Alkitabnya
dan meletakkannya di mimbar. |
||||||||||||||
<< BACK |