Logo Oneweb
Catatan Musik

Kalau GIGI Mau Balas Budi
Di usia ke-5 GIGI menggelar Konser Balas Budi. Menandai keberhasilan manajemen serta deraan problem internal. Mampukah formasi baru ini bertahan terus?

Standing applaus spontan diberikan penonton Konser Balas Budi di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu malam (28/4), begitu Armand Maulana, si vokalis menuntaskan tembang Hinakah dari album gres ke-6. Inilah klimaks dari konser yang mengusung 19 lagu, mulai album pertama Angan, Dunia, 3/4, 2X2, Kilas Balik hingga Baik.

Ini pula tanda terima kasih mereka kepada segenap khalayak yang telah mendorong popularitas mereka. Agak terharu Armand menyebut satu per satu nama yang besar andilnya buat GIGI. Apalagi, dihadapannya hadir pula para orang tua mereka yang datang jauh-jauh dari Jawa Barat.

Konsernya sendiri merupakan rekaman live dan konser live di Indosiar. Padahal, "Persiapannya hanya satu minggu," kata Armand. Sebuah waktu yang terlalu singkat memang. Dengan bantuan Indosiar yang mengurusi tetek bengek sponsor dan perizinan, GIGI bisa lebih fokus pada peralatan, salah satu kunci kesuksesan konser.

Konser ini, misalnya, membutuhkan Broadcast Mixer berkapasitas 32 dan 40 channel, recording mixer 2X40 channel, recording mixer 40 channel dan Alexis ADAT 5X8 track untuk keperluan rekaman, monitor mixer 2 X 40 channel untuk para musisi, dan FOH Mixer 32 channel untuk penonton live. Kesempurnaan teknis tampaknya memang ingin dikejar.

Dibanding dengan konser live Klakustik tahun 1996, GIGI lebih berani dan efektif. Hasil rekaman total tak lagi dipoles. Personelnya tak perlu main lagi di studio untuk menutupi kebocoran suara saat konser berlangsung. Itu berarti seluruh kru harus kompak dan toleran. Untuk itu GIGI didukung delapan sound engineer, yang dulu pernah ikut rekaman dan konser, plus dua dari Indosiar.

Untuk musiknya sendiri, kehadiran Erwin Gutawa Orkestra berperan besar. Tak kalah juga peran paduan suara Impromptu Choire. Delapan di antara 20 lagu diaransemen (untuk orkestra) oleh Erwin. Lagu Basa Basi yang agak nge-rock itu misalnya, diimbangi string orchestra yang biasanya lembut.

Tapi "Alat ini bisa bermain mengeluarkan power besar," kata Erwin Gutawa yang ingin menunjukkan kelebihan alat ini di panggung pop rock. Sayangnya, string orchestra itu agak kedodoran kala mengimbangi gebukan drum Budhy Haryono. Terutama gesekan biola dan cellonya nyaris tenggelam.

Duet Pranawengrum Katamsi dan Armand membawakan Rindukan Damai dan Chrisye dalam Kuingin dan Kurindukan mempermanis konser. Selain itu juga ada kelompok Padi yang mengisi lagu ke-13, Janji.

Secara keseluruhan penampilan GIGI boleh diacungi jempol. Para penonton, seperti Ishadi S.K., undangan fans club, selebriti, keluarga personel GIGI, dan wartawan betah duduk hingga acara usai.

Kesuksesan ini seakan menjadi simbol masih berkibarnya bendera GIGI. Grup yang terlahir 22 Maret 1994 di Bandung ini membuktikan dirinya sebagai grup yang bisa bertahan eksis meski berkali-kali didera masalah internal. Masalah ini mungkin terkait dengan posisinya sebagai gudang musisi. Bukankah tidak mudah menyatukan para seniman ini dalam satu payung.

Armand Maulana sebelumnya adalah vokalis Next Band dan sempat ikutan Trio Libels menggantikan Edwin. Sedangkan Dewa Budjana, gitaris berdarah Bali ini punya latar belakang jazz, sempat ikut Spirit dan Java Jazz. Masuknya Budjana sekaligus membuktikan dirinya bukan sekadar player.

Thomas Ramdhan disebut Armand sebagai pemusik lengkap. "Ia sanggup menggabungkan fungsi player, komposer dan arranger," puji Armand. Lewat lirik Janji di album ke-2, peredaran kaset GIGI menembus 400.000 copy dan merupakan album terlaris.

Thomas bersama Baron Arafat dan Ronald Fristianto adalah tiga orang yang mewarnai musik GIGI. Baron adalah gitaris rock yang memberi warna keras. Sayangnya, September 1995, Baron yang pesimis terhadap masa depan GIGI itu memilih sekolah ke luar negeri. Padahal saat itu GIGI tengah menanjak dan dinobatkan sebagai kelompok musik terbaik versi Indonesia Musik Emas, 11 Agustus 1995, bersaing dengan Dewa 19, Bayou, KLA Project, dan Java Jive.

Sementara Ronald Fristianto, si penabuh drum, menyusul hengkang setahun kemudian. Padahal Mei 1996 Thomas menyatakan keluar dari GIGI. Ia melanggar kesepakatan GIGI membangun citra no drug. Kekosongan dua orang membuat manajemen GIGI merekrut drumer Budhy Haryono dan Opet Alatas. Budhy lebih memberi warna rock dibanding Ronald yang fussion, sedangkan Opet mengundurkan diri setelah mengusulkan agar Thomas kembali masuk ke GIGI.

Namun seringnya pergantian personel tidak menyebabkan GIGI rontok. Di usia kelimanya GIGI malah makin mantap mengukuhkan diri sebagai band dengan bayaran termahal. Tahun 1996 GIGI dibayar Rp 13 juta sekali manggung. Anugerah Musik Indonesia menobatkannya sebagai grup pop rock terbaik dan paling bersinar. Terakhir di tahun 1998, GIGI menggelar tur Kilas Balik di 31 kota seluruh Indonesia. Sepanjang tahun 1998, mereka berhasil menggelar 65 show dari 48 yang ditargetkan.

Tampaknya kekuatan GIGI terletak pada kesolidan Budjana dan Armand yang jadi motor grup. Sebagai musisi kehidupan mereka lurus dan berdisiplin tinggi. Namun kekompakan seluruh anggotalah yang sebenarnya akan melestarikan GIGI. (evieta)


Lihat siapa pengunjung situs ini.