IMAM YANG DUA BELAS

 

 

Jumlah Khalifah Setelah Rasulullah saw.

 

Kaum muslimin, di dalam kitab shahih mereka, telah sepakat (ijma’) bahwa Rasulullah saw. telah menyebutkan bahwa jumlah khalifah sesudahnya sebanyak 12 orang, sebagaimana disebutkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Bukhari di dalam shahihnya, pada awal Kitab Kitab Al – Ahkam, bab Al – Umara min Quraysi (para Pemimpin dari Quraysi), juz IV, halaman 144; dan di akhir Kitab Al-Ahkam, halaman 153, sedangkan dalan shahih muslim disebutkan di awal Kitab Al-Imarah, juz II, halaman 79. Hal itu juga disepakati oleh Ashhab Al-shahhah dan Ashhab Al-sunan, bahwasannya diriwayatkan dari Rasulullah saw :

Agama masih tetap akan tegak sampai datangnya hari kiamat dan mereka dipimpin oleh 12 khalifah, semuanya dari Quraysi.

Diriwayatkan dari jabir bin Samrah, dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda : ‘Setelahku akan datang 12 Amir.’ Lalu Rasulullah mengatakan sesuatu yang tidak pernah aku dengar. Beliau bersabda : ‘Ayahku semuanya dari Quraysi’.”

Ringkasnya, seluruh umat Islam sepakat bahwa Rasulullah saw. membatasi jumlah para Imam setelah beliau sebanyak 12 Imam; jumlah mereka sama dengan jumlah Nuqaba bani Israil; jumlah mereka juga sama dengan jumlah Hawari Isa a.s.

Dalam Al – Qur’an ada jumlah yang mendukung jumlah 12 di atas. Kata Imam dan berbagai bentuk turunannya disebutkan sebanyak 12 kali, sama dengan jumlah Imam kaum muslimin yang dibatasi Rasulullah saw. Kata tersebut terdapat pada ayat-ayat berikut:

1.      Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu sebagai Imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata: “Dan saya memohon juga dari keturunanku.” Allah berfirman : “Janji-Ku (ini) tidak lagi mereka yang zalim.” (Al-Baqarah: 124)

2.      … Dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al-Qur’an itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman (imama) dan rahmat … (Hud: 17)

3.      ... Dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)

4.      Dan sebelum Al- Qur’an itu telah ada Kitab Musa sebagai pedoman (imam) dan rahmat … (al-Ahqaf: 12)

5.      … Maka kami binasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota benar-benar terletak di jalan umu (bi imam) yang terang. (Al-Hijr: 79)

6.      … Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk (Imam) yang nyata. (Yasin: 12)

7.      (Ingatlah) suatu hari yang (di Hari itu) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya (imammihim). (Al-Isra : 17)

8.      … Maka perangilah pemimpin-pemimpin (aimmah) kaum kafir, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar mereka berhenti. (At-Taubah: 12)

9.      Kami telah menjadikan mereka sabagai pemimpin-pemimpin (aimmah) yang memberi petunjuk dengan perintah Kami … (Al-Anbia: 73)

10.  … Dan Kami hendak menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin (aimmah) dan menjadikan mereka sebagai para pewaris (bumi). (Al-Qashash: 5)

11.  Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin (aimmah) yang menyeru (manusia) ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)

12.  Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimipin (aimmah) yang memberi petunjuk dengan perintah Kami … (Al-Sajdah: 24)

 

Ayat Keduabelas

 

Saya berpendapat bahwa dalam jumlah para Imam itu sama dengan jumlah para Nuqaba Bani Israil, yaitu sebanyak 12 orang baqib. Di antara yang menarik perhatian ialah ketika Nuqoba itu berjumlah 12, ia pun disebutkan pada ayat keduabelas dari surat Al-Maidah, yaitu ketika Allah berfirman:

Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin (naqib) … (Al-Maidah: 12)

 

Duabelas Khalifah Rasul saw.

 

Kata khalifah dan turunan kata isim-nya, yang digunakan untuk memuji, diesbutkan sebanyak 12 kali. Di dalamnya dijelaskan mengenai Khilafah dari Allah SWT, yaitu pada ayat-ayat berikut ini:

1.      Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi …” (Al-Baqarah: 30)

2.      Hai Daud, sesunguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu .. . (Shad: 26)

3.      Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (Khalaif) di bumi … (Al-An’am: 165)

4.      Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti mereka (khalaif) sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat … (Yunus: 73)

5.      … Dan Kami jadikan mereka pemegang kekuasaan (khalaif) dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami … (Yunus: 73)

6.      Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri … (Fathir: 39)

7.      Dan ingatlah oleh kami sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (khulafa) yang berkuasa setelah lenyapnya Nuh … (Al-a’raf: 69)

8.      Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (khulafa) setelah lenyapnya ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi … (Al-A’raf: 74)

9.      Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah-khalifah (khulafa) di muka bumi …” (Al-Nur: 55)

10.  Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa (layastahklifannahum) di muka bumi … (Al-Nur: 55)

11.  … Sebagaimana Dia telah menjadikan berkuasa (istakhlafa) orang-orang sebelum mereka … (Al-Nur: 55)

12.  … Musa menjawab: “Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi …” (Al-A’raf: 129)

 

Duabelas Washi

 

Termasuk yang ditegaskan oleh jumlah ini (12) ialah wasiat Rasulullah saw. bahwasannya Imam sesudah itu berjumlah 12 Imam, sama dengan jumlah wasiat Allah kepada makhluk, yaitu sebanyak kata wasiat dan bentuk turunanya dari Allah kepada makhluknya sebagaimana terdapat pada ayat-ayat berikut :

1.      Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan yang telah diwahyukan kepadamu … (Al-Syura: 13)

2.      … Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan (washsha) ini bagimu … (Al-An’am: 144)

3.      … Demikian itu yang diperintahkan di waktu Allah menetapkan (washshakum) supaya kamu memahami (nya) … (Al-An’am: 151)

4.      … Yang demikian itu diperintahkan Allah (washshakum) kepadamu suapaya kamu ingat … (Al-An’am: 153)

5.      Yang demikian itu diperintahkan Allah (washshakum) kepadamu agar kamu bertaqwa … (Al-An’am: 153)

6.      … Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan  (washshaina) kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu, dan (juga) kepadamu: “Bertakwalah kepada Allah.: (Al-Nisa: 131)

7.      dan kami wajibkan (washshaina) manusia untuk (berbuat) kebaikan kepada kedua ibu-bapaknya … (Al-Ankabut: 8)

8.      Dan kami perintahkan (washshaina) kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah … (Luqman: 14)

9.      … Dan apa yang telah Kami wasiatkan (washshaina) kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah agama dan janganlah kamu terpecah belah tentangnya … (Al-Syura: 13)

10.  Kami perintahkan (washshaina) kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya … (Al-Ahwaf: 15)

11.  … Dan Dia memerintahkan (ausha) kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup … (Maryam: 31)

12.  … Syariat (washiyyatan) dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 12)

 

Para Imam Ma’shum

 

Kata kerja ma’shum (memelihara kesucian) berikut turunan katanya dalam Al-Qur’an disebut 12 kali, dan itu sesuai  dengan banyaknya Khalifah Rasulullah saw. yang terpelihara serta benar-benar disucikan oleh Allah dari segala noda. Keduabelas kata tersebut terdapat dalam ayat-ayat berikut :

1.      Wahai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kami kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara (ya’shimuka) kamu dari (gangguan) manusia … (Al-Maidah: 67)

Sebab diturunkannya ayat ini pada waktu haji wada’, bahwa ketika Rasulullah saw. kembali setelah ibadah haji, 18 Dzulhijjah, di Ghadir Khum, Allah menyuruh beliau untuk menyampaikan pesan kepada manusia bahwa khalifah pertama sepeninggal beliau adalah Imam Ali bin Abi Thalib a.s. Maka Rasulullah pun menyampaikannya kepada seluruh umat. Antara lain, beliau bersabda: “Bukankah aku lebih kamu utamakan ketimbang diri kamu sendiri?” mereka menjawab: “Tentu, ya Rasulullah!” Beliau bersabda lagi: “Barang siapa yang memandang aku sebagai pemimpinannya (maula), maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, pimpinlah orang yang menjadikannya pemimpin dan musuhilah yang memusuhinya; tolonglah orang yang menolongnya dan hinalah orang yang menghinakannya.” Hadis ini jelas Mutawatir, dan disepakati keshahihannya, di samping juga ada riwayat (lain) dalan shahih Muslim yang menunjuk kepada fakta ini. Hanya saja dalam riwayat Muslim, wasiatnya ditujukan kepada Ahli Bait a.s. Shahih Muslim, Kitab Al-Fadha’il (ketamaan-keutamaan), bab fadha’il Ali bin Abi Thalib (r.a.), halaman 362, terbitan Muhammad Ali Shahih: Dari Zaid bin Arqam, dia berkata: “Rasulullah saw. pada suatu hari beridiri dan berkhutbah kepada kami di tempat air yang disebut Khum, antara Makkah dan Madinah. {Pembacaan shalawat yang benar ialah [semoga Allah melimpahkan kesejaghteraan kepada Nabi “beserta keluarganya”, dan semoga memberikan keselamatan], sesuai dengan sunah Rasul saw. yang melarang mebaca shalawat yang terpotong [al-batra’], sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Bukhari, Kitab tafsir bab firman Allah SWT. “Sesungguhnya Allah beserta malaikat-Nya membaca Shalawat kepada Nabi …” (V: 27), Dar al-Fikr, Mathabi’ Al-Sya’b; dan pada kitab Da’wah bab shalawat kepada Nabi saw. (II:16), Syarikat Al-I’lanat, dan (I:45); Sunan Ibn Majah (I:292), hadis nomor ke-976 dan 977; Musnad Ahmad bin Hambal (II:47), cetakan Maimuniah Mesir; Muwatha’  Malik yang dicetak berikut syarahnya, Tanwir Al-Hawalik (I:179); Tafsir Qurthubi (XIV:233); Tafsir Ibn Katsir (III:507); Tafsir Al-Razi (XXV:226), cetakan Al-Bahiah Mesir, dan (VII; 391), Cetakan Dar al-Thaba’ah Mesir; dan banyak lagi. Semuanya meriwayatkan larangan Rasulullah saw. mengenai pembacaan shalawat kepada beliau tanpa menyebutkan keluarganya. Berikut ini adalah matan yang dikemukakan oleh Al-Bukhari setelah menyebutkan maksud ayat mulia tadi, maka mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, telah kami ketahui bagaimana kami harus mengucapkan salam kepadamu. Lalu, bagaimana kami harus mengucapkan shalawat kepadamu?”  Rasulullah saw. menjawab: “Katakanlah, “Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad. Janganlah kalian mengucap shalawat kepadaku dengan shalawat terpotong.” Ditanyakan: “Apakah shalawat terpotong itu ya, Rasulullah?” Rasul menjawab: “Janganlah kalian mengatakan: ‘Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad,’ lalu kalian diam hingga di situ. Tetapi katakanlah: ‘Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad’.”

Hadis semacam ini dikemukakan dengan bermacam-macam matan yang berdekatan arti dan maksudnya, dan seiring dengan adanya matan-matan mengenainya yang mutawatir. Mengenai hal ini pula, kita sering mendapatkan kebanyakan kaum muslim, ketika mnuturkan dan mengucapkan shalawat kepada Rasulullah saw. yang mereka ucapkan adalah shalawat btra’ (buntung). Mereka mengucapkan kepada Rasulullah saw. tanpa mengikutsertakan shalawat kepada keluarganya. Sehingga saya tidak tahu, tradisi yang mana yang mereka ikuti? Jelas, seluruh matan hadis yang mutawatir tadi melarang mengucapkan shalawat kepada Rasulullah saw., kecuali dengan mengikutsertakan shalawat kepada keluarganya}. Seraya beliau dan mengagungkan Allah, serta memberi wejangan (dzikr). Lalu beliau bersabda: “Amma ba’du. Ingatlah wahai manusia, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia. Segera utusan Tuhanku akan datang dan aku akan segera menjawabnya(wafat). Aku tinggalkan pada kalian tsaqalain: pertama, Kitab Allah yang berisi petunjuk dan cahaya, maka ambillah dan peganglah erat-erat Kitab Allah itu, perhatikanlah dan cintailah ia. ‘Selanjutnya, beliau bersabda: ‘Dan, (kedua), Ahli Biatku. Semoga Allah mengingatkan kamu kepada Ahl-Baitku’.” Secara maknawi, hadis Ghadir ini diriwayatkan di dalam Sahih Al-Tirmidzi (V:297-379); Sunan Ibnu Majah (I:94-95); Mustadarak Hakim (III:110); Musnad Ahmad bin Hambal (I:88); Tarikh Kabir al-Bukhari (I:375); dan lain-lain.

Sebab turunnya ayat tersebut berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib (a.s), sebagaimana banyak dikemukakan oleh para ulama, seperti Al-Wahidi dalam Asbabun-Nuzul-nya, juga dalam tafsir Fakhrurrazi (XII:298), cetakan Beirut, terbitan Mesir; dan lain-lain.

2.      Katakanlah: “Siapa yang dapat melindungi kamu (ya’shimukun) dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu … (Al-Ahzab: 17)

3.      Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku (ya’shimuni) dari air bah” … (Hud: 43)

4.      Kecuali orang-orang yang bertaubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh (wa’tashimu) kepada (agama) Allah dan tulus ikhlas mengerjakan agama mereka karena Allah … (An-Nisa: 146)

5.      Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh (wa’tashimu) kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya yang besar … (An-Nisa: 175)

6.      … Barangsiapa yang berpegang teguh (ya’tashim) kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Ali Imran: 101)

7.      Dan berpeganglah kamu semua (wa’tashimu) kepada (tali) Allah dan janganlah kamu bercerai berai … (Ali Imran: 103)

8.      …, Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu (wa’tashimu) kepada tali Allah. Dan adalah pelindungmu … (Al-Hajj: 78)

9.      … dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak (watashim) (Yusuf: 32)

10.  … dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah (‘ashim) … (Yunus: 27)

11.  … berkata: “Tidak ada yang melindungi (’ashim) pada hari ini dari azab Allah kecuali diberi rahmat … (Hud: 3)

12.  (yaitu) dari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelematkan kamu (‘ashim) dari (azab) Allah … (Ghafir:33).

 

Duabelas Khalifah Dari Keluarga Muhammad saw.

 

Kata Ali (keluarga) yang disandarkan kepada nama-nama terpuji, seperti keluarga Ibrahim, keluarga Imran tidaklah disandarkan kepada nama-nama jelek seperti keluarga Fir’aun. Kata tersebut disebut sebanyak duabelas kali sesuai dengan jumlah Imam dari keluarga Muhammad saw. yang diawali dengan Imam Ali a.s. dan diakhiri dengan nama Imam Al-Mahdi a.s. Keduabelas kata tersebut adalah sebagai berikut :

1.      … Di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga (ali) Musa … (Al-Baqarah: 248)

2.      … Dan keluarga (ali) Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat … (Al-Baqarah: 248)

3.      Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, dan keluarga (ali) Ibrahim … (Ali Imran: 33).

4.      … Dan keluarga (ali) Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (Ali Imran: 33).

5.      … Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga (ali) Ibrahim … (Al-Nisa: 54)

6.      … Dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga (ali) ya’qub … (Yusuf: 6).

7.      Kecuali keluarga (ali) Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelematkan mereka semuanya. (Al-Hijr: 59)

8.      Maka tatkala datang para utusan kepada kaum (ali) Luth (Al-Hijr: 61)

9.      Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga (ali) Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya! Tuhanku, sebagai orang yang diridhai. (Maryam: 6)

10.  … “Usirlah Luth beserta keluarganya (ali) dari negeri; sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih. (Al-Naml: 56)

11.  … Bekerjalah hai keluarga (ali) Daud agar (kamu) bersyukur (kepada Allah) dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang beriman besih. (Saba’: 13).

12.  Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga (ali) Luth. Mereka Kami selamatkan waktu fajar belum menyingsing. (Al-Qamar: 34).

 

Bintang-Bintang Keluarga Muhammad Ada Duabelas

 

Mengenai hal ini, terdapat sebuah hadis yang dikemukakan oleh banyak penulis kitab shahih, yaitu sabda Rasulullah saw.: “Bintang-Bintang adalah pengaman bagi penduduk bumi dari permusuhan, dan ahli Baitku adalah pengaman bagi umatku dari keterpecah-belahan; dan apabila satu qabilah Arab menentangnya, maka mereka akan berpecah-belah dan mereka akan menjadi partai Iblis.” Hadis ini dikeluarkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, (II:448; III:457); dalam shawa’iq Al-Muhriqah, Ibn Hajr: 150, 185, 233, 234 terbitan Muhammadiyah Mesir; dan dalam Kanz al-“Ummal, Musnad Ahmad bin Hambal (V:92).

Ibn Hajr Al-Syafi’i, mengomentari hadis “ahli Baitku adalah keamanan bagi umatku”, berpendapat: “Mungkin yang dimaksudkan dengan ‘Ahli Baitku adalah pengaman bagi umatku’ adalah para ulama mereka, sebab mereka yang memberikan petunjuk kepada semua bagaikan bintang gemintang, dan jika mereka lenyap, maka penduduk bumi akan menemui apa (ayat-ayat) yang dijanjikan kepada mereka. Hak itu terjadi ketika datangnya Al-Mahdi, berdasarkan berbagai hadis bahwa Isa a.s. akan shalat di belakang (Al-Mahdi) dan akan membunuh Dajjal.”

Dalam Al-Qur’an, kata naim (bintang) dan nujum disebut sebanyak duabelas kali, yakni pada ayat-ayat :

1.      Dan Dia ciptakan tanda-tanda (petunjuk alam). Dan dengan bintang-bintang (najmi) itulah mereka mendapat petunjuk. (An-Nahl: 16)

2.      Demi bintang (wannajmi) ketika terbenam … (An-Najm: 1)

3.      … (yaitu) bintang (najmu) yang cahayanya menembus … (Ath-Thariq: 97)

4.      Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang (nujum) bagimu … (Al-An’am: 97).

5.      … dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (nujuum), masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. (Al-A’raf: 54)

6.      Dan bintang-bintang (nujuum) itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya (An-Nahl: 12)

7.      … Kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang-bintang (nujuum), gunung, pohon-pohonan … (Al-Hajj: 18).

8.      Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang (nujuum). (As-Shaffaat: 88)

9.      Dan bertasbihlah kepada-Nya  pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (nujuum) di waktu fajar. (At-Thur: 49)

10.  Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Qur’an (mawaqi’ al-nujum). (Al-Waqi’ah: 75)

11.  Maka apabila bintang-bintang (nujuum) dihapuskan. (Al-Mursalat: 8)

12.  Dan apabila bintang-bintang (nujuum) berjatuhan. (Al-Takwir: 2)

Kata najm ini terdapat pula di dalam firman Allah: “Dan tumbuh-tumbuhan (najmi) dan pohon-pohonan, kedua-duanya dengan najm di sini bukan bintang yang ada di langit, melainkan najm dalam arti tumbuhan.

 

Yayasan Fatimah Online