Itulah saat
yang memisahkan aroma kehidupan dari kesadarannya. Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa. Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia. Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari yang telah berlalu dan mengugkapkan karya kesadaran yang dilakukan malam, menjadikan matanya jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir. Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi Cinta, dari suatu tempat yang tinggi. Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan memeliharanya, dan jiwa membawanya kepada buah-buah. Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan air mengalir menuju surga dan bumi. Pandangan pertama dari sahabat kehidupan menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah,maka terjadilah…"Itulah sesapan
pertama dari cawan yang telah di isi oleh para dewa dari air mancur cinta. Itulah batas antara kebimbangan yang menghibur dan menyedihkan hati dengan kebahagiaan. Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan spiritual, bab pertama dari suatu novel tentang manusia mati. Tali yang menhubungkan pengasingan masa lalu dengan kejayaan masa depan. Ciuman pertama menyatukan keheningan perasaam-perasaan dengan nyanyian-nyanyiannya. Itulah satu kata yang diucapkan oleh empat bibir yang menyatukan hati sebagai singgasana, cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai mahkota. Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari-jemari angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas panjang kenikmatan dan rintihan manis nan lirih. Itulah permulaan getaran-getaran yang memisahkan kekasih dari dunia ruang dan mantra dan membawa mereka kepada dunia wahyu dan impian-impian. Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga buah delima, menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga. Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para dewa di ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkap bunga yang pertama mekar pada ranting pohon cabang pertama kehidupan.Sekarang, Cinta
mulai menciptakan puisi dalam prosa kehidupan, untuk menciptakan puisi dalam kehidupan, untuk mencipta pikiran-pikiran masa lalu menjadi nyanyian pujian agar bersenandung siang hari dan bernyanyi pada malam hari. Sekarang, hasrat menyingkap kerudung keraguan dari kebingungan pada tahun-tahun yang telah berlalu. Dari rangkaian kesenangan, ia merajut kebahagiaan jiwa ketika ia memeluk tuannya. Itulah dua pribadi kokoh yang berdiri berdampingan untuk mempertentangkan cinta mereka dengan kedengkian dari takdir yang lemah. Itulah perpaduan anggur kuning dengan anggur warna lembayung untuk menghasilkan perpaduan keemasan, warna cakrawala saat fajar merekah. Itulah pertentangan dua roh untuk pertentangan dan kesatuan dua jiwa dengan kesatuan. Ia adalah curahan hujan jernih dari langit murni ke dalam kesucian alam, membangkitkan kekuatan-kekuatan ladang yang penuh berkat. Apabila pandangan pertama dari wajah sang kekasih adalah seperti benih yang ditaburkan oleh cinta di ladang hati manusia dan ciuman pertama dari dua bibir adalah seperti bunga pertama dari cabang kehidupan, maka perkawinan adalah buah pertama dari bunga pertama benih itu.Kahlil Gibran
*02-01-01*
"Kau tidak pernah mendengar tepukan hanya dengan sebelah tangan, begitupula dengan Cinta"
"Tidakkah kau lihat, ngengat kegilaan terus saja melemparkan diri diatas lilin dikarenakan kekuatan Cinta yang tak terkendali?"
*touch the bleeding rose*