|
|
Edisi Kamis, 12 Oktober 2000
Seperti yang telah kami informasikan dalam Masariku Report 108, dugaan bahwa desa Galala akan dijadikan wilayah target serangan Laskar jihad berikutnya, terbukti benar. Pagi tadi sekitar pukul 6.00 WIT, Dearah Galala-Hatiwe Kecil diserang oleh kelompok Laskar jihad yang berangkat dari wilayah Galunggung, di Belakang Aster. Dalam penyerangan pagi, massa laskar Jihad benar-benar mendapat perlawanan hebat dari aparat keamanan yang bertugas di wilayah Galala yakni dari kesatuan 141 TNI-AD maupun dari TNI-AL. Kontak senjata antara perusuh dan aparat ini dikabarkan cukup banyak memakan korban jiwa. Bahkan dikabarkan gara-gara banyak korban jiwa di pihak perusuh, massa muslim sempat mengadakan demontrasi di kota Ambon. Korban di pihak aparatpun cukup tinggi. Tercatat dari pihak aparat sendiri ada 4 aparat dari satuan Yon 143 yang diperbantukan ke satuan 141 tertembak tanpa konfirmasi lebih lanjut mengenai keadaan korban tsb. Kesatuan 141 adalah kesatuan yang bertugas menjaga wilayah Galala-hatiwe Kecil, . dikabarkan Begitupun juga dari pihak marinir dikabarkan ada 3 aparatnya yang tertembak, salah satunya dikabarkan tewas. Alotnya pertempuran itu menyebabkan Komandan Sektor memerintahkan kapal perang TNI-AL yang berada di teluk Ambon untuk menopang perlawanan aparat. Dengan menggunakan senjata 12,7, tembakan dari kapal perang TNI-AL berhasil menghancurkan 2 rumah di wilayah Galunggung yang dianggap sebagai markas Jihad. Bukan hanya itu saja, dikabarkan pula bahwa pihak marinir bahkan menurunkan tank-tanknya untuk menggempur serangan perusuh di Galala. Menjelang pukul 11.00 WIT, kelompok Jihad akhirnya terdesak setelah aparat keamanan melakukan serangan pengempungan dari arah wilayah Ahuru yang berarti serangan dari belakang posisi perusuh. Karena terdesak, massa laskar Jihad kemudian bergerak memasuki kota Ambon dan berkumpul di mesjid Al-fatah. Pergeseran posisi massa Jihad dari wilayah Galala ke kota Ambon ternyata diikuti pula dengan pergeseran medan konflik. Sekitar pukul 11.00 WIT, massa Jihad yang berkumpul di mesjid Alfatah mencoba untuk melakukan aksi di sekitar wilayah pohon puleh namun mereka berhasil diblokade lagi oleh aparat dari satuan 527 yang bertugas di situ. Pada saat yang sama pula, 6 panser dikabarkan dikerahkan ke kawasan kota. 4 panser di tempatkan di jalan A.Y. patty (beberapa ratus meter dari mesjid raya Alfatah) yang berarti upaya pemblokiran gerakan massa menuju ke arah kantor gubenur maupun gereja Maranatha, sementara 2 panser lainnya ditempatkan di sekitar kantor gubenur. Sementara terjadi konflik massa di sekitar Pohon Puleh, terjadi aksi penembakkan terhadap warga Kristen yang dilakukan secara sporadis dan memakan korban luka tembak yakni seorang siswa SMA Kristen yang tengah menanti tumpangan mobil di jalan Said perintah. Korban diperkirakan ditembak dari arah hotel Sakura yang berlokasi di Jalan Baru (wilayah Muslim). Di tempat lain sebuah mobil kargo yang berada di dekat sekitar SMA negeri 2 (daerah Soaema), juga terkena tembakan sniper yang diduga berasal dari bekas bioskop Amboina (wilayah muslim). Sniper pada posisi bekas bioskop ini, diduga keras yang mencoba menembaki walikota Ambon walaupun tembakannya meleset dan mengenai Jok mobil walikota. Konflik di tengah kota berlangsung dari pukul 11.00 14.00 WIT. Pada pukul 15.00 dikabarkan bahwa team delegasi Uni Eropa dikabarkan tiba di Ambon. Team ini kabarnya dipimpin oleh atase militer Belanda. Menarik untuk mencermati sikap tegas aparat hari ini terhadap kelompok perusuh karena sikap tegas yang selama ini ditunggu-tunggu masyarakat Kristen, justru terjadi pada saat kedatangan team delegasi UNI EROPA ke Ambon. Apakah sikap tegas aparat ini bertujuan memberikan impresi kepada delegasi UNI EROPA bahwa aparat TNI cukup tegas di lapangan terhadap kaum perusuh? Hal kedua yang tak pentingnya untuk dikritisi ialah bahwa serangan terhadap desa Galala merupakan ancaman terhadap markas TNI-AL sebab desa Galala bersebelahan dengan desa Halong dimana terdapat pangkalan TNI-AL. Jauh hari sebelumnya, pihak komandan Lanal sudah menyatakan akan mengambil langkah tegas apabila ada gerakan perusuh mendekati wilayah markasnya. Tentunya komandan Lanal tidak ingin agar TNI-AL akan bernasib sama dengan POLRI-BRIMOB yang telah kehilangan 2 kompleks pemukiman utamanya gara-gara diserang laskar Jihad. Tidak heran bila pihak marinir kelihatan serius hari ini mengerahkan kemampuannya mengatasi serangan perusuh, apalagi sudah jatuh korban jiwa di pihak aparatnya. Dengan demikian, sikap aparat yang terlihat bersungguh-sungguh mengunci ruang gerak para perusuh hari ini, belumlah bisa ditafsirkan murni sebagai sikap perlindungan mereka terhadap warga Kristen di Ambon. Provided By Masariku Network 2000 - Masariku@egroups.com
|