Masariku Report 118 - Provided By Masariku Network
SIKAP DAN TINDAKAN DANKI KOSTRAD 321 (LETNAN DODI)
Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus.
Entah kapan konflik bernuansa SARA di Maluku ini akan berakhir jika aparat keamanan
yang seharusnya bertugas memulihkan dan mengamankan keadaan justru sering
bertindak sebagai pemicu ketidakstabilan dan menimbulkan keresahan didalam
masyarakat .
Arogansi, kesewenang-wenangan, ketidak-adilan, terror dan lain lain selalu mewarnai
tindakan beberapa oknum dilapangan. Walaupun dilakukan beberapa oknum namun hal
ini dapat merusak citra KORPS mereka sendiri dan membuat masyarakat kehilangan
kepercayaan dan pegangan kepada aparat keamanan padahal Jendral Besar
SOEDIRMAN selalu menekankan pentingnya kemanunggalan ABRI dan Rakyat.
Penyimpangan sumpah prajurit ini terlihat jelas terjadi didaerah konflik bernuansa SARA
yang terjadi di Maluku. Padahal didaerah konflik seperti inilah justru mereka harus
menunjukkan kesetiaan mereka pada SUMPAH PRAJURIT, SAPTA MARGA dan
KESETIAAN UNTUK BELA NEGARA dan benar benar menjadi pelindung dan pengayom
masyarakat.
Berikut ini kami sampaikan beberapa informasi tentang situasi dan peristiwa yang terjadi
termasuk tindakan oknum aparat keamanan sebagaimana perihal tersebut di atas pasca
darurat sipil di berlakukan di Halmahera, Maluku Utara.
* Pada tanggal, 16 Oktober 2000, sekitar pukul 11.00 WIT. Letnan Dodi Danki Kostrad
321 bersama beberapa anggotanya datang di Posko penjagaan warga Kristen di pantai
Susupu Kecamatan Sahu Kabupaten Maluku Utara (Halmahera Barat), begitu turun dari
truck langsung membuang tembakan keudara sambil menanyakan, siapa yang menjadi
kepala penjagaan disini ? lalu menemui saudara LOPINUS ALUS sebagai kepala jaga
dan menodongkan pistol di kepala dan mengatakan Pistol ini telah membunuh 90
(sembilan puluh orang) di Ambon, kemudian melepaskan tembakan keudara lalu
menembaki Posko penjagaan warga Kristen kira-kira enam kali tembakan.
Selain saudara LOPINUS ALUS ada tiga orang lain yang juga mendapat ancaman
serupa, mereka adalah:
*Pada tanggal, 26 Oktober 2000 datang satu truck dari arah desa Jailolo (muslim)
menuju desa Susupu dengan membawa sejumlah oknum aparat keamanan dari Kostrad
321 dan beberapa orang warga Susupu (muslim) yang sewaktu terjadi konflik mengungsi
ke Ternate.
Mereka datang untuk membangun barak-barak pengungsi muslim yang akan
dipulangkan oleh pemerintah daerah Ternate. Hal ini membuat masyarakat menjadi resah
karena tidak ada koordinasi sebelumnya dengan tokoh-tokoh masyarakat Kristen
setempat, apalagi dengan tindakan aparat keamanan yang over acting dan isu-isu akan
adanya operasi dengan sandi "PADAMKAN LILIN" Membuat masyarakat bertanya-tanya
dan semakin curiga dengan rencana pemulangan pengungsi muslim tersebut.
Sedangkan pemerintah tidak pernah membicarakan mengenai kepulangan warga Kristen
ke Ternate maupun Tidore. Pemerintah daerah mempunyai alasan bahwa untuk
menyongsong bulan rahmadhan maka seluruh pengungsi muslim yang ada di Ternate
(±95.000 Orang) harus dipulangkan kedaerahnya masing-masing, setelah itu baru
pengungsi Kristen yang ada di Sulawesi Utara dan Halmahera pulang ke Ternate dan
Tidore karena saat ini seluruh bangunan milik warga Kristen baik rumah, Gereja maupun
gedung lain dipakai sebagai Posko dan tempat penampungan pengungsi muslim. Namun
masyarakat Kristen tetap bertanya-tanya, tegang dan resah atas rencana pemulangan
tersebut karena Pemerintah Daerah tidak pernah membicarakan hal itu dengan
tokoh-tokoh dan mayarakat Kristen sebelumnya untuk sosialisasi ditambah dengan
sikap beberapa oknum aparat keamanan yang sewenang-wenang dan tidak adil dalam
bertindak dan menjalankan tugas.
Isu-isu akan adanya operasi "PADAMKAN LILIN" membuat masyarakat semakin tegang
dan resah khususnya dalam menyongsong Natal Desember 2000 ini. Isu ini sangat
santer beredar di Ambon maupun Halmahera tentang adanya upaya untuk menggempur
habis-habisan warga Kristen di seluruh Maluku sehingga tidak ada lagi Natal di Ambon
maupun Halmahera. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut beberapa warga Kristen
memajukan perayaan Natal menjadi tanggal 1 Desember 2000.
Tidak adanya koordinasi atas rencana pemulangan pengungsi Muslim tersebut dan
informasi tentang masuknya sebuah kapal ke pelabuhan Wahay di Seram yang
membawa amunisi dan persenjataan lengkap menambah deretan kecurigaan,
ketegangan dan keresahan didalam masayarakat Kristen.
* Pada tanggal 5 Nopember 2000 telah terjadi penembakan-penembakan misterius di
Tobelo dan Kecamatan Wasilei Halmahera yang mengakibatkan tiga orang meninggal
dunia dan satu luka berat yang saat ini dirawat di RSU Malalayang Manado.
* Teror dan ancaman di laut masih terus terjadi berupa penembakan dan penghadangan
terhadap nelayan Kristen yang pergi melaut ataupun warga Kristen yang menggunakan
sarana transportasi laut baik yang dari desa satu kedesa lain, dari pulau satu ke pulau
yang lain maupun yang melayari Halmahera-Bitung. Beberapa waktu yang lalu seorang
pendeta yang menggunakan perahu dalam rangka pelayanan ke desa-desa lain di
tembak mati di perairan desa Kedi oleh beberapa oknum aparat keamanan yang
mengawal sejumlah warga Muslim dari Ternate yang mencari sarang burung wallet di
kepulauan Kedi yang di huni warga Kristen mereka dating dengan Speed boat
berkecepatan tinggi dan sering menmbaki warga Kristen yang kebetulan berpapasan
dengan mereka di laut perairan tersebut.
Demikian sekilas informasi yang dapat saya sampaikan semoga semua anak-anak
Tuhan tetap mau peduli dan tetap punya kasih untuk Maluku, berdoa agar konflik ini
segera berakhir.
S y a l l o m !
NB: Nama & Pengirim Surat ada Pada Moderator
Provided By Masariku Network |