The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024 &
1367286044


 

AMBON Berdarah On-Line
About Us


Maluku Report 83 - Provided By Masariku Network 2000

Insiden Tanjung Ouw: Sebuah Cerita Fiktif ?
Kronologi

Senin, 18 September 2000

Pada Pagi hari, sebuah perahu Nelayan (disebut Pok-pok) yang bertolak dari Desa Sirisori Salam (Desa Islam di Pulau Saparua) menuju Kota Masohi di pulau Seram. Karena situasi laut saat itu tengah bergelombang, perahu tersebut terpaksa melaju di pinggiran pantai desa Ouw (Desa Kristen). Pada Saat melewati Tanjung desa Ouw, perahu itu kemudian ditembaki oleh sniper misterius. Menurut pengakuan salah satu korban penembakan di atas perahu tersebut yakni Barada M. Salahudin (setingkat prajurit dua) dari kesatuan Brimob, jarak perahu saat itu dengan pantai kurang lebih 50 meter.

Tembakan pertama mengenai Barada Alfi Sharifordasi dan menyebabkannya terjatuh ke laut dan tidak berhasil ditolong. Sampai saat ini jenazahnya belum ditemukan. Tembakan kedua mengenai Barada M. Salahudin yang juga jatuh ke laut, namun yang kemudian ditinggal pergi oleh perahu tersebut. Menurut keterangan yang bersangkutan, ia kemudian berupaya untuk berenang balik menuju desa Sirisori Islam. Ia kemudian diselamatkan oleh para nelayan dari desa Sirisori Sarani (desa Kristen) yang sedang melaut saat itu. Kemudian ia dibawa ke pos brimob di desa Sirisori Serani, dan selanjutnya dilarikan ke RSU Saparua.

Saat korban ditolong dan dibawa ke rumah sakit, Barada M Salahudin didapati menderita luka di keningnya. Walaupun terluka, yang bersangkutan menolak dioperasi oleh dokter di rumah sakit Saparua. Dari keterangan versi Salahudin ini didapati beberapa keanehan yang masih harus ditelusuri.

Pertama, keterangan Salahudin tentang jarak perahu 50 meter dari pantai Desa Ouw terasa sangat janggal. Hal ini mengingat kebiasaan masyarakat setempat yang justru mengambil jarak yang jauh ketengah laut, dalam situasi gelombang di daerah tersebut. Bagi masyarakat setempat, dalam situasi gelombang demikian sangat berbahaya melayari daerah pesisir tanpa risiko dihempaskan gelombang.

Keanehan berikutnya, apakah mungkin Salahudin mampu berenang mengitari tanjung desa Ouw untuk kembali ke desa Sirisori Islam, ditengah gelombang dan arus yang begitu keras. Hal ini menimbulkan keanehan masyarakat setempat, yang dalam pengalaman mereka itu merupakan suatu hal yang mustahil. Kecuali sebuah mujizat yang menyertainya.

Keanehan selanjutnya, menurut para medis RSU Saparua luka di kening Salahudin tidak secara pasti menampakan indikasi luka tembak.

Opini
mana disimpulkan berdasarkan pengalaman mereka untuk mengindikasikan luka tembak yang biasanya disertai pembengkakan pada daerah setempat. Hal mana tak terlihat pada luka Salahudin. Opini ini semakin diperkuat mengingat sikap Salahudin yang tak mau dioperasi di RSU Saparua, dan sebaliknya memilih untuk dioperasi di Ambon.

Dalam kaitan ini berkembang juga beberapa informasi aneh dan menarik, yang masih perlu ditelusuri kepastiannya. Antara lain informasi intel KODAM XVI Maluku (yang kemudian diekspose media masa) tentang meninggalnya nyonya Saimima dan terlukanya Abdul Patty, warga desa Sirisori Salam yang turut dalam pelayaran tersebut. Hal ini terasa aneh mengingat informasi yang berkembang di masyarakat Saparua, bahwa nyonya Saimima justru diberitahukan dibawa ke Masohi-Pulau Seram untuk dimakamkan (mengapa harus di Masohi dan bukan di kampung halamannya?). Beberapa keanehan tersebut mengindikasikan adanya skenario fiktif, yang masih harus ditelusuri kebenarannya.

Dalam perkembangan kemudian, informasi penembakan perahu (pok-pok) desa Sirisori Salam ini kemudian menyebabkan terjadinya aksi penyerangan mendadak warga desa Sirisori Salam ke desa Ulath (desa Kristen yang berada bersebelahan dengan desa Sirisori Salam dan yang berada diantara desa Sirisori Salam dan desa Ouw). Penyerangan ini terjadi pada siang hari. Sebelum penyerangan berlangsung, terbetik kabar pulangnya seorang aparat Brimob asal desa Sirisori Salam yakni Sdr. Kinana Salatalohy, dengan beberapa anggota brimob lainnya dengan menggunakan beberapa buah speed boat dari arah Pulau Ambon yang menyinggahi pantai Desa Sirisori Salam. Informasi terakhir menyatakan bahwa Sdr. Kinana sendiri katanya telah dipanggil menghadap ke Polda tanpa penjelasan lebih lanjut.

Penyerangan dadakan ke desa Ulath yang terjadi pada pukul 16.30 WIT dilancarkan di dua areal yakni area Hutan-gunung dan area Jalan raya dimana terdapat sebuah pos jaga Brimob (sejumlah Pos Jaga Brimob ditempatkan di masing- masing desa Ulath, desa Sirisori Sarani maupun Sirisori Salam).

Dalam penyerangan tiba-tiba ini, massa menyergap pos jaga Brimob yang terletak di wilayah desa Ulath yang berbatasan langsung dengan desa Sirisori Salam. Masa berhasil membakar dan menjarah sejumlah barang dan amunisi milik aparat Brimob. Berikutnya, massa berhasil membakar 15 rumah milik warga Kristen desa Ulath di daerah perbatasan, dengan menggunakan granat api yang dilontarkan ke kawasan perumahan warga desa Ulath.

Adanya serangan tiba-tiba warga desa Sirisori Salam menyebabkan warga desa Ulath, kemudian terkonsentrasi dan melakukan upaya blokade serangan massa yang berakibat jatuhnya 5 korban jiwa di pihak penyerang, warga desa Sirisori Salam.

Konflik kekerasan antar 2 desa ini baru mereda setelah terjadi aparat brimob mencoba melerai kedua belah massa yang bertikai. Terjadi proses negosiasi pada pukul 18.00WIT dimana pihak penyerang bersedia mundur dan pihak warga desa Ulath bersedia menahan diri. Walaupun telah terjadi penghentian konflik kekerasan di perbatasan desa Sirisori Salam-Ullath, massa desa Sirisori Salam mencoba memprovokasi reaksi warga desa Sirisori Sarani dengan cara meledakkan bom-bom di daerah perbatasan antara desa Sirisori Salam-Sarani. Provokasi ini rupanya tidak berhasil karena warga desa Sirisori Sarani tidak memberikan reaksi balasan.

Selasa, 19 September 2000

Hingga Keesokan harinya, Selasa 19 September, situasi masih relatif terkendali walaupun ada upaya penyerangan dari warga Muslim ke wilayah desa Ulath yang berhasil di halau oleh aparat Brimob. Walaupun terkesan terkendali, terpantau adanya mobilisasi massa Muslim dari luar pulau Saparua ke desa Sirisori Salam dengan menggunakan angkutan perahu cepat. Dari desa Sirisori Sarani, terpantau adanya 8 buah perahu cepat yang mengangkut sejumlah penumpang yang rupanya semuanya adalah para lelaki, sebagian diantaranya mengenakan kostum putih-putih, bersenjata organik dan membawa amunisi. Selain itu, terpantau pula tibanya bantuan 36 aparat Brimob (1 Peleton) dari Ambon.

Rabu, 20 September 2000

Keesokan harinya, yakni pada pagi hari Rabu 20 September, terjadi lagi serangan Ketiga dari massa desa Sirisori Salam ke desa Ulath. Serangan yang juga dilancarkan secara besar-besaran di area Hutan-Gunung dan di jalan raya di kawasan desa Ulath ini, baru berakhir sekitar pukul 15-16 WIT setelah aparat Brimob berhasil membendung massa penyerang. Tercatat jatuh korban jiwa di pihak warga Ullath yakni Buang Ahuluheluw dan korban luka tembak yakni Robert Latumerissa (korban sudah dilarikan ke rumah sakit Saparua).

Sampai dengan jam laporan ini dibuat, Rabu Malam, situasi terlihat tenang, sekalipun sesekali terdengar bunyi tembakan dan ledakan bom rakitan. Namun mendadak pada kurang lebih pukul 12.00 diinformasikan adanya telpon gelap ke beberapa rumah keluarga di Pulau Saparua. Menurut penelponnya asal telpon dari Masjid Alfatah, yang memberitahukan ancaman penyerangan masa muslim pagi ini. Tujuan penyerangan adalah untuk mengambil jenazah warga Desa Sirisori Salam yang masih tertinggal di wilayah Desa Ulath dalam konflik kemarin. Ketegangan pada beberapa desa Kristen di Pulau Saparua meningkat kembali berdasarkan informasi yang berkembang tersebut Jawaban sejumlah gereja di Saparua atas ancaman rencana penyerangan pihak Muslim pada Kamis, 21 September nanti ialah mengadakan malam pergumulan doa Umat.

Data Penyebaran Aparat Brimob di Lapangan

1. Sebelum konflik
Terdapat 28 aparat dari Kesatuan Brimob Kelapa dua Jakarta, dengan perincian 7 personil di desa Ullath, 9 personil di desa Sirisori Salam dan 12 personil di desa Sirisori Sarani

2. Ketika Konflik
Terjadi penambahan 36 personil Brimob dari kesatuan yang sama dengan perincian: 8 personil di desa Ullath, 7 personil di desa Sirisori Sarani dan 21 personil di desa Sirisori Salam. Perkembangan selanjutnya pada hari Rabu, 20 September, 10 personil Brimob di desa Sirisori Salam ditarik ke desa Ullath. Dengan demikian maka terdapat 17 personil di desa Ulath dan 11 di desa Sirisori Salam.

Provided By Masariku Network 2000 - Masariku@egroups.com
 

Received via e-mail from : Peter by way of PJS
Copyright © 1999-2000  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/ambon67
Send your comments to alifuru67@egroups.com