|
|
Insiden Tanjung Ouw: Sebuah Cerita Fiktif ? Senin, 18 September 2000 Pada Pagi hari, sebuah perahu Nelayan (disebut Pok-pok) yang bertolak dari Desa Sirisori Salam (Desa Islam di Pulau Saparua) menuju Kota Masohi di pulau Seram. Karena situasi laut saat itu tengah bergelombang, perahu tersebut terpaksa melaju di pinggiran pantai desa Ouw (Desa Kristen). Pada Saat melewati Tanjung desa Ouw, perahu itu kemudian ditembaki oleh sniper misterius. Menurut pengakuan salah satu korban penembakan di atas perahu tersebut yakni Barada M. Salahudin (setingkat prajurit dua) dari kesatuan Brimob, jarak perahu saat itu dengan pantai kurang lebih 50 meter. Tembakan pertama mengenai Barada Alfi Sharifordasi dan menyebabkannya terjatuh ke laut dan tidak berhasil ditolong. Sampai saat ini jenazahnya belum ditemukan. Tembakan kedua mengenai Barada M. Salahudin yang juga jatuh ke laut, namun yang kemudian ditinggal pergi oleh perahu tersebut. Menurut keterangan yang bersangkutan, ia kemudian berupaya untuk berenang balik menuju desa Sirisori Islam. Ia kemudian diselamatkan oleh para nelayan dari desa Sirisori Sarani (desa Kristen) yang sedang melaut saat itu. Kemudian ia dibawa ke pos brimob di desa Sirisori Serani, dan selanjutnya dilarikan ke RSU Saparua. Saat korban ditolong dan dibawa ke rumah sakit, Barada M Salahudin didapati
menderita luka di keningnya. Walaupun terluka, yang bersangkutan menolak
dioperasi oleh dokter di rumah sakit Saparua. Dari keterangan versi Salahudin ini
didapati beberapa keanehan yang masih harus ditelusuri. Keanehan selanjutnya, menurut para medis RSU Saparua luka di kening Salahudin
tidak secara pasti menampakan indikasi luka tembak. Dalam perkembangan kemudian, informasi penembakan perahu (pok-pok) desa Sirisori Salam ini kemudian menyebabkan terjadinya aksi penyerangan mendadak warga desa Sirisori Salam ke desa Ulath (desa Kristen yang berada bersebelahan dengan desa Sirisori Salam dan yang berada diantara desa Sirisori Salam dan desa Ouw). Penyerangan ini terjadi pada siang hari. Sebelum penyerangan berlangsung, terbetik kabar pulangnya seorang aparat Brimob asal desa Sirisori Salam yakni Sdr. Kinana Salatalohy, dengan beberapa anggota brimob lainnya dengan menggunakan beberapa buah speed boat dari arah Pulau Ambon yang menyinggahi pantai Desa Sirisori Salam. Informasi terakhir menyatakan bahwa Sdr. Kinana sendiri katanya telah dipanggil menghadap ke Polda tanpa penjelasan lebih lanjut. Penyerangan dadakan ke desa Ulath yang terjadi pada pukul 16.30 WIT dilancarkan di dua areal yakni area Hutan-gunung dan area Jalan raya dimana terdapat sebuah pos jaga Brimob (sejumlah Pos Jaga Brimob ditempatkan di masing- masing desa Ulath, desa Sirisori Sarani maupun Sirisori Salam). Dalam penyerangan tiba-tiba ini, massa menyergap pos jaga Brimob yang terletak di wilayah desa Ulath yang berbatasan langsung dengan desa Sirisori Salam. Masa berhasil membakar dan menjarah sejumlah barang dan amunisi milik aparat Brimob. Berikutnya, massa berhasil membakar 15 rumah milik warga Kristen desa Ulath di daerah perbatasan, dengan menggunakan granat api yang dilontarkan ke kawasan perumahan warga desa Ulath. Adanya serangan tiba-tiba warga desa Sirisori Salam menyebabkan warga desa
Ulath, kemudian terkonsentrasi dan melakukan upaya blokade serangan massa yang
berakibat jatuhnya 5 korban jiwa di pihak penyerang, warga desa Sirisori Salam. Selasa, 19 September 2000 Hingga Keesokan harinya, Selasa 19 September, situasi masih relatif terkendali walaupun ada upaya penyerangan dari warga Muslim ke wilayah desa Ulath yang berhasil di halau oleh aparat Brimob. Walaupun terkesan terkendali, terpantau adanya mobilisasi massa Muslim dari luar pulau Saparua ke desa Sirisori Salam dengan menggunakan angkutan perahu cepat. Dari desa Sirisori Sarani, terpantau adanya 8 buah perahu cepat yang mengangkut sejumlah penumpang yang rupanya semuanya adalah para lelaki, sebagian diantaranya mengenakan kostum putih-putih, bersenjata organik dan membawa amunisi. Selain itu, terpantau pula tibanya bantuan 36 aparat Brimob (1 Peleton) dari Ambon. Rabu, 20 September 2000 Keesokan harinya, yakni pada pagi hari Rabu 20 September, terjadi lagi serangan Ketiga dari massa desa Sirisori Salam ke desa Ulath. Serangan yang juga dilancarkan secara besar-besaran di area Hutan-Gunung dan di jalan raya di kawasan desa Ulath ini, baru berakhir sekitar pukul 15-16 WIT setelah aparat Brimob berhasil membendung massa penyerang. Tercatat jatuh korban jiwa di pihak warga Ullath yakni Buang Ahuluheluw dan korban luka tembak yakni Robert Latumerissa (korban sudah dilarikan ke rumah sakit Saparua). Sampai dengan jam laporan ini dibuat, Rabu Malam, situasi terlihat tenang, sekalipun sesekali terdengar bunyi tembakan dan ledakan bom rakitan. Namun mendadak pada kurang lebih pukul 12.00 diinformasikan adanya telpon gelap ke beberapa rumah keluarga di Pulau Saparua. Menurut penelponnya asal telpon dari Masjid Alfatah, yang memberitahukan ancaman penyerangan masa muslim pagi ini. Tujuan penyerangan adalah untuk mengambil jenazah warga Desa Sirisori Salam yang masih tertinggal di wilayah Desa Ulath dalam konflik kemarin. Ketegangan pada beberapa desa Kristen di Pulau Saparua meningkat kembali berdasarkan informasi yang berkembang tersebut Jawaban sejumlah gereja di Saparua atas ancaman rencana penyerangan pihak Muslim pada Kamis, 21 September nanti ialah mengadakan malam pergumulan doa Umat. Data Penyebaran Aparat Brimob di Lapangan 1. Sebelum konflik 2. Ketika Konflik Provided By Masariku Network 2000 - Masariku@egroups.com Received via e-mail from : Peter by way of PJS
|