|
|
Persiapan Menjelang Penyulutan Bom Waktu Setelah melewati hari-hari tenang yang berumur sebulan lebih, kota Ambon
dikejutkan kembali dengan aksi kekerasan di pulau Saparua yang dipicu oleh
penembakan misterius di tanjung Ouw yang lalu menyebar dengan segera ke kota
Masohi di pulau Seram dan di kota Ambon (insiden Bazar lapangan Merdeka,
penyergapan & Penembakan kapal laut, & Pembakaran rumah warga Kristen di
daerah Halong ). Tanda-tanda bahwa akan terjadi konflik kekerasan baru ini sebenarnya telah
tercium dari adanya pelatihan militer terhadap warga muslim sipil di daerah Kebun
Cengkeh pulau Ambon beberapa waktu lalu. Warga sipil ini direkrut dari tiap desa di
Jazirah Leihitu. Umumnya warga yang direkrut berjumlah 3-5 orang dari setiap desa.
Mereka dilatih oleh para instruktur eks Kopassus. Rupanya pelatihan ini tidak
berlangsung lama setelah tercium adanya penyusupan intelejen dari satuan
kopassus dan intel KODAM XVI Pattimura di antara para peserta pelatihan sipil tsb. Pada sisi lain, pelatihan militer untuk warga sipil muslim ini juga diketahui baik oleh Gubenur maupun Pangdam sebab Danramil Leihitu sering membuat laporan aktivitas pelatihan manakala aktivitas itu diadakan. Peristiwa pembakaran Rumah di kawasan Halong atas rupanya dilakukan oleh para peserta pelatihan yang lokasi pelatihannya tidak jauh dari situ. Menarik pula untuk dicermati posisi waktu meledaknya beberapa kontak kekerasan di tiga pulau yakni terjadi setelah berakhirnya periode isolasi Maluku menurut penetapan Gubenur sebagai Penguasa darurat Sipil, yakni 10 September 2000. Yang menyolok dalam evaluasi ini justru pada tidak-berlakunya perintah Gubernur agar setiap kapal Pelni yang menuju ke Ambon harus melakukan embarkasi & disembarkasi di pelabuhan LANAL TNI-AL. Tiga kapa Pelni yang masuk yakni KMP. Rinjani, KMP Bukit Siguntang dan KMP. Dobonsolo, ternyata tidak berlabuh di pelabuhan LANAL TNI AL. Upaya & Bukti pendiskreditan kredibilitas Gubenur semakin kelihatan dengan terjadinya teror & pembubaran pasar Murah yang diselenggarakan oleh istri Gubenur di depan kantor Gubenur. Seperti yang kita ketahui bahwa sebelum terjadinya peledakan konflik kekerasan baru di 3 pulau di Maluku, Panglima laskar Jihad sedang berada dalam tahap penyidikan atas dakwaan provokasi kerusuhan. Kelihatannya ada tekanan pusat terhadap Polda Maluku untuk mendudukan Sang Panglima sebagai salah satu terdakwa. Sebuah berita menyebutkan bahwa Kapolda sempat diberi ultimatum oleh anak buah Panglima Laskar Jihad saat beliau bertemu dengan panglima mereka di daerah Galunggung Ambon. Isi Ultimatum yang juga adalah acaman ialah apabila panglima laskar Jihad akan ditangkap maka laskar Jihad akan menciptakan kerusuhan. Sebagai indikator terakhir dari persiapan penyulutan bom waktu kerusuhan di Maluku, ialah bahwa posisi waktu saat ini yang mengharuskan Maluku ditunjuk kembali untuk melanjutkan tongkat estafet teror-teror dari Medan, Atambua dan BEJ Jakarta terhadap Pemerintah pusat dan negara pada saat Soeharto harus sedang digiring ke pengadilan, Bob Hasan yang sementara mendengar ancaman 20 tahun penjara, Tommy Soeharto yang kian terancam, tekanan dewan keamanan PBB, hingga perombakan di tubuh Kapolri dan Wakil panglima TNI. Provided By Masariku Network 2000 - Masariku@egroups.com Received via e-mail from : Peter by way of PJS
|