|
|
Semoga Dendam Yang Ada Tidak Mendingin, Keras dan Membatu Ambon, 31 Oktober 2000 - Ambon hari ini oleh Ocp Ambon hari ini dalam keadaan tenang (relatif), tidak ada kejadian-kejadian yang terlalu menonjol, namun isu tetap saja ada yang beredar di tengah masyarakat, yang menarik, salah satu dari isu tersebut, khususnya mengenai kerusuhan yang akan terjadi menjelang atau pada bulan Desember, sebagai bulan yang penuh dengan hari raya besar bagi kedua umat bertikai, isu tersebut cukup santer (hal yang sama sebagaimana yang disampaikan oleh Dr. Thamrim Tomagola, MA (red. Senin, 16 Oktober 2000, ketika sarapan bersama Jakarta Kompas cyber Media). Beberapa (enam menteri ) menteri mengunjungi Ambon saat ini dengan maksud menatap dari dekat sehubungan dengan kunjungan kerja, diantaranya mereka adalah; menteri Pertahanan dan Keamanan, Menteri Polsoskam, Pangab, Pemukiman penduduk. Menhan dalam jumpa pers yang dilakukan sempat mengklarifikasi tulisannya dalam pengantar buku yang ditulis oleh Rustam Kastor, bahwa pada kenyataanya beliau tidak sependapat dengan apa yang disampaikan oleh buku tersebut. Apakah benar demikian kami tidak akan pernah tahu kebenarannya, yang jelas tulisan tersebut telah mengeksploitasi pikiran banyak orang, sehingga umat Kristen dalam buku tersebut dibuat seakan menjadi pembangkang, pemberontak berbentuk milisi RMS kristen di republik ini (dan untuk Rustam Kastor tidak pernah dihukum). Beberapa Asisten KODAM hari diserah terima jabatankan di markas KODAM XVI Pattimura, posisi -posisi yang diganti adalah Asisten Intel, Asisten Personalia dan Asisten teritorial. Alasan penggantian atau pergeseran tersebut dikatakan sebagai rotasi biasa dikalangan prajuri TNI. Opini Ocp Ambon dengan Darurat Sipilnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Thamrim Tomagola, MA (red. Senin, 16 Oktober 2000, ketika sarapan bersama Jakarta Kompas cyber Media) sebenarnya sangat moderat dan tidak tendensius, namun demikian konsep yang ditawarkan disejajarkan dengan realitas konteks yang terjadi di Ambon, Maluku dan Maluku Utara, maka penyelesaian masalah harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah konflik. Beralasan memang kalau saja mau ditilik lebih dalam, karena terlalu para oportunis yang berpendapat dengan kesan prematur dalam penyampaian konsep. Tidak hanya demikian, seringkali konsep penyelesaian yang coba ditawarkan kurang menyentuh substansi masalah yang terjadi dan tidak signifikan. Dari sisi militer terilhat PANGDAM misalnya terlihat seringkali terjebak dengan pernyataannya sendiri (misalnya ; pernyataan bahwa kejadian Hatiwe besar adalah masalah terakhir janjinya, namun apa yang terjadi sebaliknya, bahkan kian banyak pemukiman kristen yang hancur). Kondisi yang terjadi semakin membingungkan ketika dalam surat-surat yang disebarkan oleh divisi penerangan FKAWJ yang mengakomodir laskar Jihad bersifat propaganda telah membuktikan secara nyata terlibat, seakan tidak tersentuh secara hukum (merupakan propaganda dan agitasi sebagai bagian dari politik disinformasi), bahkan diskusi-diskusi pada tingkat elit politik seringkali kata Laskar Jihad seakan tidak tersentuh bagai barang terlarang, ada apa dibalik semuanya ini, kenapa birokrat tidak pernah mau jujur bahwa ada Konspirasi Besar ditubuh militer ataupun Propaganda sebagai bagian disinformasi lewat berbagai jalur komunikasi sedianya bisa dihadang atau disaring jika saja pihak yang berkompeten mau serius menyelesaikan konflik sosial di daerah tercinta ini (baik militer maupun PDS selaku penguasa darurat). Keterlibatan militer bagai siluman yang berdalih pengamanan secara nyata melakukan swieping senjata yang berada ditangan masyarakat, seakan harga mati bahwa senjata hanya milik militer yang sudah sangat diragukan kehadirannya oleh kelompok tertentu. Pemilikan senjata oleh sipil kiranya dikarenakan mereka merasa diri mereka terancam semata, kalau ini adalah suatu kesalahan, maka dimana aparat berada ketika desa Waai diserang misalnya oleh aparat siluman atau perusuh yang dipersenjatai dan bagaimanadengan peristiwa penyerangan pemukiman Kristen di Sirisori Sarani dimana barisan pengamanan (Safety Belt) dibuat jauh dari titik konflik seakan membiarkan perusuh terus menjarah dan membakar sesuka hati mereka, ada apakah semuanya ini? Pelanggaran yang dilakukan oleh aparat secara sistematis tidak terjangkau hukum. Apakah seorang Pangdam dengan pernyataan-pernyataan di media secara terbuka bisa dipertanggungjawabkan jika tidak terbukti, padahal beliau pernah sempat berkata bahwa senjata perusuh lebih canggih dari aparat (kalau sudah demikian untuk apalagi aparat harus hadir dengan jumlah yang overdosis di daerah Seribu Pulau ini), kalau saja masyarakat sipil berkata sembarangan di media massa mereka disebut memanas-manasi (siapa yang provokator sebenarnya?). Apakah memang dengan berakhirnya Darurat sipil, nantinya akan diberlakukan Darurat Militer, inikah keinginan Militer, sedangkan Darurat Sipil saja sudah banyak pelanggaran, bagaimana jika Darurat Militer dilakukan?. Sadar atau tidak saat ini walaupun sedang Cooling Down, namun ada kesan kecenderungan upaya pemeliharaan ekskalasi konflik agar tetap panas, dengan kejadian-kejadian kecil, sebagai personifikasi terhadap menjaga psikologis. Benarkah darurat sipil telah berupaya maksimal, sedangkan jaminan objektif bahwa semua kapal laut untuk masuk LANAL Ambon saja tidak mampu berbuat banyak. Hal ini perlu kita lihat lebih dalam, karena banyak distorsi yang terjadi di kalangan Darurat Sipil itu sendiri, menyangkut perintah-perintah yang sampai pada pelaksana di lapangan. Sehingga kalaupun sudah maksimal, kenapa seringkali justeru terkesan masyarakat seringkali lebih dulu mengetahui kejadian di suatu tempat dibanding, yang terhormat Bpk. Gubernur Saleh Latukonsina dan konco-konco Darurat Sipilnya. Sebaiknya bagi setiap potensi asli Maluku untuk segera sadar bahwa kita sedang menuju kehancuran permanen karena permainan kelompok tertentu dengan menggunakan agama dan pikiran-pikiran sektarian sebagi suatu kekuatan politik temporer. Pernah saya bertemu dengan orang Kontras di Ambon dan kami sempat berdiskusi (maaf namanya tdk bisa disebutkan), katanya bahwa seharusnya Frangky Sahilatua kecewa dengan pesan layanan yang dibuatnya di stasiun televisi, walaupun maksudnya baik, karena slogan Acang (asli Hasan, nama muslim) dan Obed (asli Robert, nama Kristen), seharusnya menjadi sahabat, namun kenyataannya itu justeru menjadi pelekat pemisah menutupi bahasa yang dipakai aparat Merah (Kristen) dan Putih (Muslim) dan itu patut disesalinya. Untuk itu kesadaran adalah alternatif utama walaupun kita punya dendam. Kepada semua putra daerah baik Muslim maupun Kristen, sudah terlalu banyak darah dan mayat, saya tantang kalian apakah kalian berani menantang para pendatang termasuk Jihad yang ada untuk bisa bertanggung jawab terhadap kehancuran fisik yang kita derita ini. Sebab bagi saya memulangkan Laskar Jihad yang adalah Kontributor kerusuhan belakangan ini tidak menyelesaikan masalah, tapi mari kita tuntut pertanggung jawaban kehancuran daerah ini, sehingga tidak seenaknya mereka pergi meninggalkan kehancuran yang dibuat mereka, karena kalaupun Umat Kristen hancur dari daerah ini, maka Umat Muslim pun nantinya akan menghadapi hal yang demikian. Konfirmasi Ocp Berikut in beberapa konfirmasi singkat terhadap beberapa berita propaganda yang dilakukan oleh divisi penerangan forum Komunikasi All'sunah Waljam'ah (FKAWJ), sebagai provokasi dan bagian politik disinformasi yang coba diterapkan ; Tidak pernah ada sampai saat ini yang namanya pembangunan Waai Salam, sebagaimana yang diberitakan dalam surat edaran divisi penerangan forum Komunikasi All'sunah Waljam'ah (FKAWJ), lebih jelas pada 1 Oktober 2000, sebagaimana mereka katakan, bahwa akan dilakukan peletakan batu pertama, itu sama sekali tidak benar. Kalaupun dibilang bahwa soal penahanan 12 laskar pada daerah pohon mangga oleh operasi gabungan tidak ada bukti, itu omong kosong, sebab ada barang bukti sebagaimana adanya, dan teridentifikasi itu adalah peralatan standart militer (apakah jihad itu tentara?). Urgent sifatnya kalaupun saya dapat berkata bahwa nasib sebagian pengungsi di kamp-kamp kurang terjamin keberadaannya, karena kurangnya perhatian pemerintah dengan Satkorlaknya. Hal ini bisa terjadi misalnya karena ada sebagian pengungsi yang karena alasan adalah pegawai negeri, maka tidak pernah tersentuh bantuan sembako padahal biarpun sedikit, itu mereka butuhkan. Ada seorang dokter muslim yang minta didoakan, karena dirinya merasa terancam jiwanya hidup di lingkungan muslim (nama pendeta dan sang dokter, mohon maaf tidak dapat kami sebutkan di sini demi kemanan mereka). Tidak pernah ada bukti keterlibatan RMS Kristen ataupun Milisi Kristen. sebagaimana yang dipropagandakan oleh kelompok tertentu, termasuk surat edaran divisi penerangan forum Komunikasi All'sunah Waljam'ah (FKAWJ). Yang ada hanya kelompok-kelompok masyarakat Kristen yang mencoba mengamankan lingkungannya masing-masing. Berdasarkan hasil monitoring radio UHF (milik aparat KODAM), pada peristiwa gangguan daerah Pohon Mangga dengan akibat ditangkapnya 12 orang Laskar Jihad tersebut, maka didengan laporan radio bahwa satuan Brigade Mobil yang berjaga pada daerah TVRI Ambon, yang melepaskan tembakan lebih dulu, kenyataanyna, mereka yang berjaga pada daerah tersebut tetap berada di pos penjagaanya tanpa melepaskan tembakan. Distorsi semacam ini sudah beberapa kali terjadi, bahwa laporan yang sampai ke pimpinan oleh aparat yang bertugas di lapangan seringkali tidak signifikan dengan kejadian sebenarnya. Isu yang didengar Ocp Beberapa isu yang coba diangkat berdasarkan apa yang didengar di kalangan masyarakat, dengan maksud sebagai bahan pertimbangan, bukan sebagai provokasi, karena telah banyak terjadi di masyarakat bahwa isu itu menjadi kenyataan ; Kemungkinan akan ada penyerangan besar untuk mengacaukan hari raya pada bulan Desember (entah hari raya umat mana?). Benarkah peristiwa Senin 27/11/00, yang dikatakan bentrok antara Waihaong dengan Batu Merah, sebagai akibat menentang eksekusi yang dilakukan oleh Jihad luar sebagian dari teror yang dilakukan untuk menakut-nakuti Jihad lokal?. Benarkah kematian dokter Paing Pariaman yang adalah kepala RS. Al Fatah ambon, diakibatkan karena beliau terlalu banyak tahu tentang bergaining Jihad lokal maupun pendatang, termasuk jumlah sebenarnya data korban kelompok perusuh muslim dan parat jihad (aparat tidak netral yang membantu perusuh) yang selama ini terus ditutupi jumlah sebenarnya (ada sinyalemen keterlibatan militer)?. Benarkah ada beberapa tokoh muslim yang disinyalir menjadi target berikut akan dihabisi karena dianggap terlalu banyak tahu bergaining kelompok perusuh. Ini berdasarkan penuturan perwira X , bahwa pada saat acara resepsi penggantian asisten KODAM salah seorang perwira dengan bahasa jawa berkata saat ini Jihad sedang keluar main (benarkah demikian, kalau memang demikian, mungkin saja mereka tahu kapan jihad main)? Demikian banyak akan ingin Beta tuliskan disini sebagai suatu bahan perenungan, tapi Beta rasa cukup sampai dulu disini, tiada maksud mendiskreditkan suatu kelompok tertentu, tapi kenyataan yang coba Beta tulis pada malam ini (waktu sudah pukul 23.25 WIT), Beta mau istirahat karena esok harus jemput Orang Tua yang datang dengan kapal DOBONSOLO di Halong. Bung Peter tolong sebarluaskan ini sejauh-jauh yang bung bisa. "Perbuatan baik dan tulus tidak pernah mengeluarkan bunyi yang nyaring untuk harus didengar oleh orang banyak" Salam Sejahtera dari Ocp Nyong Ambon
|