Siwalima Report 68 - Provided By Masariku Network & Harian Siwalima
Edisi 03 November 2000
Tual, Siwalima - Tual, Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) yang
memiliki 432 pulau, sangat berhasil dalam mempertahankan diri dari bahaya
ekspansi zona konflik, yang terus membelah kawasan kepulauan Maluku
selama kurun waktu hampir 2 tahun. Pemda setempat bersama masyarakat
Islam maupun Kristen, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda,
bersatu padu membangun rasa kebersamaan, membentengi diri dalam
semangat rasa persaudaraan yang kuat, serta bersama-sama menolak keras
kehadiran laskar jihad ke wilayah itu.
Pernyataan itu keluar langsung dari mulut Ketua Nahdatul Ulama (NU) Malra,
Haji Yahya Tamher dalam perbincangan dengan Siwalima, saat menghadiri
serah terima jabatan Kapolres Malra di Kota Tual, Senin (30/10).
"Kami di sini bekerja keras, baik umat Islam maupun Kristen dalam semangat
persaudaraan yang kuat berupaya mempertahankan kondisi aman seperti
anda lihat sendiri. Terhadap kelompok laskar jihad atau orang-orang luar dari
manapun, sikap NU jelas, yakni menolak kehadiran mereka. Sebab kami tidak
ingin kebersamaan yang sedang tertata sekarang ini dinodai, hanya karena
kehadiran orang luar," tandas Haji Tamher, yang juga fungsionaris Gapensi
Malra.
Kota Tual dan sekitarnya pernah sekali mengalami kegoncangan situasi akibat
adanya pengaruh orang luar yang mencoba masuk dan mengacaukan
kerukunan kedua umat beragama di sana, pada beberapa bulan lalu. Namun
segera diantisipasi pemerintah setempat bekerjasama dengan para tokoh
agama Islam dan Kristen dan berbagai komponen lain di wilayah setempat.
Semua upaya yang dilakukan melalui pendekatan-pendekatan internal
dimasing-masing komunitas sampai ke pelosok desa-desa terpencil, akhirnya
berhasil menciptakan stabilisasi kondisi keamanan di keseluruhan wilayah
Malra. "Sehingga masyarakat di sini baik Islam maupun Kristen cepat sadar
terhadap pentingnya perdamaian, bahkan mereka sendiri begitu mendengar
isuisu akan datang orang luar, langsung bersatu dan berdialog, dan
bersama-sama menghadapi orangorang luar yang tidak jelas identitasnya itu,"
ujar Tamher.
Dia menambahkan, "Saya contohkan, salah satu upaya pemda di sini, yang
boleh saya bilang cukup berhasil adalah kegiatan doa bersama secara rutin
dengan melibatkan kedua umat beragama. Saya pikir ini cara rekonsiliasi yang
paling mungkin, paling efektif dan efisien untuk membangun ketahanan
bersama demi perdamaian. Buktinya anda bisa lihat sendiri, umat Islam bebas
keluar masuk ke kantong-kantong Kristen, demikian juga sebaliknya. Bahkan
para pemuda Islam dan Kristen tiap ada kesempatan duduk bersama-sama
sambil merokok, naik mobil sama-sama, jalan pun bersama-sama.
Alhamdulillah, kami semua disini benar-benar dilindungi oleh Allah SWT," ucap
Tamher.
Pernyataan Tamher sungguh mencerminkan realitas Kota Tual. Keseharian
terlihat jelas, masyarakat dari kedua komunitas saling membaur dalam
aktivitasnya. Sedikitpun tidak terkesan ada rasa saling curiga, rasa cemas
dan takut, semua benar-benar menghilangkan jurang pemisah diantara
mereka sebagaimana kita saksikan di Kota Ambon. Mereka sepertinya sudah
dalam satu negeri tersendiri, dan seolah-olah masalah pertikaian yang
sungguh menghebat di kawasan kepulauan Maluku bukan urusan mereka.
Hal ini dibenarkan seorang anggota Marinir yang sudah 4 bulan bertugas di
Kota Tual. Ia menuturkan, "Kami disini satu batalyon Marinir dan personil
Polres Malra, tidak kerepotan menjalankan tugas-tugas pengamanan. Bahkan
tidak sedikit terkesan ada rasa saling curiga, rasa cemas dan takut diantara
dua umat beragama. Kondisi masyarakat di sini sama seperti kondisi sebelum
kerusuhan," tutur seorang anggota Marinir yang menolak menyebutkan
namanya.
Sebenarnya, tambah anggota Marinir itu, menciptakan suatu kondisi yang
normal tidak semata-mata tergantung dari aparat keamanan tetapi
tergantung para tokoh masyarakat dan kesadaran masyarakat sendiri untuk
hidup damai. "Ini bisa tercapai karena masyarakat disini cepat sekali sadar
bahwa pertikaian dalam bentuk apapun tidak akan pernah menguntungkan.
Dan bersyukur sikap ini benarbenar nyata di wilayah Malra sehingga kami
tidak terlalu kerja ekstra. Apalagi pemimpin maupun pejabat-pejabat sipil
maupun militer di sini, turun sendiri sampai ke desa-desa melakukan dialog
dengan masyarakat," kata anggota Marinir itu. (eda)
Received via email from: Peter by way of PJS
|