The Cross

Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics


HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright © 2000
1364283024&
1367286044

 


 

AMBON Berdarah On-Line
About Us


Kematian Benedictus Tanasal Harus Dinyatakan Kriminal Murni - Leassa: Jangan Sampai Pernyataan Kapolda Terbalik

Ambon, Siwalima Pihak kepolisian Polda diminta segera menyatakan kasus pembunuhan Benedictus Tanasal sebagai kriminal murni dan tidak boleh dikaitkan dengan masalah kerusuhan. Pula tidak boleh dibatasi kepentingan kelompok manapun. Itu ditegaskan Pjs Dekan Fakultas Hukum Unpatti, George Leassa, SH, MH saat dimintai komentarnya atas kasus kematian Tanasal yang dikhawatirkan bisa menimbulkan dampak politis bagi kelompok lain. Kepada Siwalima Kamis kemarin, ia mengatakan, agar hal itu tidak terjadi polisi harus secepatnya melakukan penyelidikan secara lebih jauh dan demi kepentingan hukum segera menyatakan bahwa itu kasus kriminal bukan politik. "Hukum harus ditegakan, kalau tidak akan menimbulkan presenden buruk terhadap aparat penegak hukum yang selalu bergerak lamban dalam mengantisipasi munculnya masalah-masalah seperti itu," tegasnya Dikatakan, kasus tersebut bisa kita jadikan bahan pengujian bagi aparat kepolisian.

Kapolda Firman Gani mengatakan, bahwa lambannya penegakan hukum di Maluku karena masyarakat belum siap dan secara sadar ikut menegakan hukum. "Nah, sekarang kasus itu telah terjadi, masyarakat sedang menanti kejelasan apakah kematian Tanasal sebagai kriminal murni atau ada unsur politis yang dilatar-belakangi kepentingan politik kedua kelompok selama ini. Kalau tidak, saya khawatir jangan sampai pernyataan Kapolda Firman Gani itu menjadi terbalik, bahwa lambannya penegakan hukum di wilayah ini bukan karena masyarakat tidak sadar tetapi sikap mental aparat kepolisan sendiri," kata Leassa.

Disamping itu, ia menyebutkan, kasus TPG ketika diperiksa polisi masyarakat Kristen umumnya merasa keberatan karena ada alasan-alasan yang mendukung keberatan mereka. Begitupun ketika 12 orang laskar jihad ditangkap dan diproses, umat Islam keberatan dengan pertimbangan-pertimbangan politis. Karena itu saya berharap Kapolda Firman Gani harus segara melakukan klarifikasi pernyatannya itu. Kalau tidak, pernyataan beliau bisa menjadi alasan bagi masyarkat untuk melakukan tindakan kriminal. Sebab dalam situasi konflik yang masih menebal di Kota Ambon ini, sebuah tindakan kriminal yang dilakukan, bisa mendapat pembelaan dari kelompoknya, katanya. "Kasus pembunuhan Tanasal ini, dari hubungan sebab akibat mungkin jauh dari berbagai unsur politik tapi dari segi kriminologi bisa dijadikan salah satu penyebab, yang selanjutnya bisa dikembangkan pihak tertentu untuk kepentingan kelompoknya".

Tanasal dibunuh secara sadis pada Rabu (9/11), sekitar pukul 08.00 WIT di depan Toko Indonesia Jl Sam Ratulangi. Namun isteri korban keberatan untuk menuntut kematian suaminya lewat jalur hukum. Ini dinilai Leassa, sebagai keputusan pribadinya karena ia merasa segala upaya akan dilakukannya tak mungkin berhasil ditengah situasi yang masih traumatif sekarang ini. Meski kedengarannya sederhana, tapi sikap yang diambil isteri korban sebetulnya mencerminkan sebuah kesulitan besar bagi praktisi hukum menjalankan masalah supremasi hukum di zona konflik Maluku.

Menyinggung hilangnya tabung nuklir berisi bahan pembuat radio aktif, milik perusahan Krakatau Stheel yang disinyalir dimuat oleh KM Dansetra menuju Maluku, Leassa mengatakan, itu merupakan persoalan besar dan harus ditangani segera pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bahkan, katanya, kasus ini bisa berdampak internasional karena menyangkut masalah nuklir yang sedang diupayakan dunia untuk dilenyapkan. "Kalau lolos ke Maluku, tidak saja membahayakan masyarakat Maluku tapi akan mengundang atensi internasional untuk mengintervensi. Kalau terjadi intervensi pihak asing, maka sangat mungkin akan merebakan persoalan yang lebih besar. Dan bukan tak mungkin, kasus Maluku bisa bertambah parah," katanya. (mg5)


Benedictus Tanasal Tewas Dibantai di Jalan Sam Ratulangi

Ambon( 9 Nov 00 ), Siwalima - Niat hati menolong sesama tak tahunya nyawa sendiri yang melayang, Itulahlah nasib yang menimpa warga Kelurahan Mangga Dua, Benedictus Tanasal (48 kemarin).

Tanasal yang sehari-harinya berprofesi sebagai seorang wiraswasta, ditemukan tewas sekitar pukul 08.00 wit di depan Toko Indonesia Jalan Sam Ratulangi. Korban ditemukan tergeletak di atas trotoar di samping mobil box miliknya dengan luka yang seperti tertusuk benda tajam yang menembus lehernya.

Sementara itu, Isteri korban, Ny Tatik K Mulyo Santoso mengakui malam sebelum suaminya terbunuh secara mengenaskan, dia (Benedictus-Red) menerima telepon dari seorang wanita yang bernama Fat.

"Fat selama ini merupakan partner transaksi dari kalangan Muslim," ujar Tatik kepada Siwalima di kediamannya, kemarin.

Dalam perbicangannya melalui telepon tersebut, menurut Tatik bahwa Fat meminta korban untuk menyediakan minyak terpentin sebanyak lima jerigen, segel sebanyak 2.000 lembar serta tutup botol.

"Malam itu Fat menelepon suami saya guna menyediakan barang-barang seperti yang di atas, lalu kami tanya jangan sampai Dia (Fat-Red) menipu lagi karena dia pernah menipu, tetapi Fat ini bilang tidak kali ini betul dia akan membeli,"tutur Tatik sambil terisak-isak, Bukan hanya malam itu, ia menelpon Benedictus, namun pagi harinya (kemarin-Red) dia kembali telepon guna menanyakan barang-barang yang teleah dipesannya.

Seusai menjawab telepon tersebut, korban pergi mengantar kedua anaknya ke sekolah di SMU Negeri I kemudian yang wanita di SMP Kalam Kudus. "Setelah itu saya tidak tahu lagi," ujarnya. Tatik baru mendapat kabar menyangkut suaminya setelah ditelepon oleh pemilik Toko Sama Baru. "Mereka menelepon guna mengecek siapa yang mengemudikan mobil tersebut," katanya. Berdasarkan informasi tersebut, Tatik langsung bergegas menuju ke tempat kejadian. "Ketika tiba di tempat kejadian terlihat tubuh suami saya berlumuran darah dan masih lemas belum kaku.

Saya tahu dia belum mati, selanjutnya ia minta ambulans terus dibawa ke RS Perigi Lima. Namun sesampainya di RS tersebut, perawat mengatakan tidak bisa diinfus lagi karena sudah meninggal sedangkan korban masih bergerak tetapi mereka bilang tidak bisa infus karena sudah meninggal," katanya.

Walaupun suaminya tewas secara mengenaskan, namun Tatik mengaku tidak akan menuntut kematian suaminya tersebut. "Saya tidak akan menuntut kematian suami saya namun hanya bisa berdoa menyerahkan kepada Tuhan," katanya sembari menambahkan dirinya yakin korban terbunuh di tempat itu.

Indikasinya, menurut Tatik dibuktikan dengan terbukanya pintu belakang mobil korban dan ditemukan juga lima jerigen berisi minyak. (mg4)  


Received via email from: Alifuru67@egroups.com

Copyright © 1999-2000  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/ambon67
Send your comments to alifuru67@egroups.com