The Cross

Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics

 

  References

  Refferal

  Want to Help?

  Feedback 

  Ambon Info

 


HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright © 2000
1364283024&
1367286044

 


 

AMBON Berdarah On-Line
About Us


 Ulahayanan: "Makna Gandong Bersifat Universal"


Ambon, Siwalima - Tampaknya, derasnya desakan bagi kedua kelompok untuk kembali ke akar budaya sebagai jalan tol merakit dialog, rekonsiliasi, menuju perdamaian merupakan alternatif yang masih diyakini bisa melonggarkan prinsip politik masing-masing, dan sekaligus memungkinkan untuk terjadinya sharing power antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan dengan konflik Maluku.

"Meski tradisi gandong hanya dikenal dalam kehidupan orang-orang Maluku, akan tetapi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bersifat universal, nilai-nilainya terdapat dalam setiap kitab suci agama apapun di muka bumi. Esensi menghormati dan menghargai harkat dan martabat manusia yang menjadi tema utama dalam polarisasi politik dunia sekarang, semua tercakup dalam ajaran gandong".

Demikian dikemukakan Ketua Crisis Centre Keuskupan Amboina, Pastor Agus Ulahayanan, Pr, mengomentari kuatnya desakan back to basic culture sebagai pijakan bagi kelompok Muslim dan Kristen untuk mengakhiri permusuhan diantara keduanya.

"Jikalau semua pihak mencapai pikiran yang sama bahwa konflik ini ingin diakhiri kedua pihak dengan kembali ke akar budaya orang Maluku, saya pikir sudah seharusnya demikian. Tidak ada rumusan lain selain kembali kepada akar budaya kita yang telah ratusan tahun menjadi perekat antar etnis Maluku, untuk hidup dalam semangat persaudaraan dan kekeluargaan tanpa menonjolkan perbedaan keberagamaan kita di wilayah ini," kata Pastor Agus kepada Siwalima di ruang kerjanya, Rabu.

Jika bicara kultur Maluku, kita tidak bicara Islam dan Kristen tapi bicara nilai-nilai humanitis yang "dituhankan" manusia etnis Maluku, yang sudah beratus-ratus tahun hidup dalam semangat persaudaraan dan memiliki hubungan kekerabatan yang sangat kental sebelum republik ini didirikan.

Dikatakan, segala pranata budaya dan sosial kemasyarakatan yang dihancurkan selama konflik, menurutnya, tidak bisa diperbaiki dengan memakai teori atau rumusan apapun, entah tunggal ataupun jamak, kecuali kembali kepada tradisi nenek moyang orang Maluku.

Menurut dia, berkaitan dengan upaya penanganan konflik Maluku sekarang ini muncul dua konsep yaitu konsep orang Maluku dan konsep etnis Maluku. Kalau bicara etnis Maluku yang jelas berarti orang-orang keturunan asli Maluku yang tidak pernah berpikir apakah dia itu Islam atau Kristen, sedangkan kalau bicara konsep orang Maluku, inilah yang sekarang sedang dipersoalkan.

Kalau dilihat dari sisi sosial kemasyarakatan, maka konsep orang Maluku adalah orang Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, ras, dan golongan yang ada sekarang bermukim di Maluku. Disinilah, demikian kata dia, terjadi asimilasi yang kuat dan saling mengikat sebagai satu keluarga bangsa yang besar. Ini berarti ada titik temu antara kedua konsep itu sehingga bisa dibuat semacam pendekatan yakni pendekatan budaya.

Kemudian orang dari luar dapat diterima sebagai warga etnis Maluku secara adat sehingga tercipta satu ikatan yang dikenal dengan istilah "Pela".

Kalau konsep Pela dan Gandong dipadukan akan menjadi satu pendekatan yang memiliki kekuatan pemersatu untuk mendamai kedua kelompok. Dan ini dikembangkan dengan baik oleh masyarakat Maluku Tenggara dalam semangat persaudaraan dan kekeluargaan yang tinggi. Sayangnya, kekuatan ini tidak dilihat oleh masyarakat di Ambon dan kawasan Pulau-pulau Lease.

Jika semua pihak menginginkan konflik diakhiri, menurut Pastor Agus, sudah waktunya nilai Pela dan Gandong harus dijadikan suatu rumusan dasar untuk mengadakan dialog antara kedua pihak. "Seharusnya pemerintah (daerah) harus mulai mengambil prakarsa untuk mengangkat pendekatan budaya itu sebagai pijakan dasar untuk dialog. Tapi sampai sekarang saya lihat tidak ada keinginan dari Gubernur Latuconsina selaku Penguasa Darurat Sipil daerah, demikian juga para anggota legislator untuk menjadikan itu sebagai satu pola pendekatan, yang ada cuma pernyataan dari mulut ke mulut," katanya.(mg1/mg2)  


Received via email from: Alifuru67@egroups.com

Copyright © 1999-2000  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/ambon67
Send your comments to alifuru67@egroups.com