The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics
HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024 &
1367286044

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 
Masariku Testimony 1 - Provided By Masariku Network

Transkrip Wawancara & Kesaksian

Kasus Pembantaian seorang petugas Kemanusiaan di desa Hative Besar, Ambon

  • Nama Korban: Ny. Bety Supusepa-Leinata
  • Alamat: Dusun Wailete desa Hatiwe Besar
  • Pekerjaan : Perawat/Suster Puskesmas di dusun Wailete-desa Hatiwe Besar.
  • Tempat & Waktu Pembunuhan: Dusun Wailete-Desa Hatiwe, 26 September 2000
  • Nama Saksi 1: Alexander Supusepa
  • Profesi : Guru SMA
  • Hubungan dengan Korban: Suami dari Korban
  • Nama Saksi 2: Robert Leinata
  • Profesi : Perawat Rumah Sakit
  • Hubungan dengan Korban : Kakak Korban
  • Pewancara: Max Pattiapon

Suami Korban :
barangkali beta bisa bercerita dari awal, yang pertama pada…setelah kurang lebih itu…..jam sembilan, ya jam sembilan itu sempat beta bangun tidur,….beta bangun tidur kebetulan ada pasien yang datang di rumah, karena di rumah situ barangkali Tuhan sudah pakai katong di situ untuk melayani orang di Hative Besar. Dan beta punya Maitua (isteri, red)) itu punya jangkauan pelayanan itu dia berkisar dari desa Tawiri sampai di Wayame. Karena untuk apotek itu seng ada (tidak ada, red) di Hative, kios, kios obat itu. Jadi katorang itu sekalipun sederhana tapi lengkap disitu. Lalu pada saat pagi itu ada orang yang kena potong, sekitar jam 09.30 (pagi, red) terpotong (luka bacok, red) lalu dijahit, maitua ada sempat jahit, tiga jahitan waktu itu, beta ada sempat bangun tidur, tiga jahitan, setelah kepergian dari pada pasien itu katorang ada sementara, beta berdialog dengan maitua bahwa sudah persiapan lalu katong mau masuk dalam, dalam puasa ini (minggu perkabungan dan puasa yang dicanangkan gereja-gereja di Ambon yang dimulai pada hari itu, red), setelah itu, itu kurang lebih 5 menit waktu mau minum teh, itu kedengaran tu satu tembakan deer….tang , diiringi dengan granat setelah bunyi granat tembakan beruntun itu dia jalan, itu kalau geografisnya kalau beta bisa lihat itu kayaknya katorang (kami, red) sudah terkepung itu bentuk leter L. jadi antara beta pung (punya, red) rumah dan jalan, itu dia (jaraknya, red) sekitar 15 m, antara jalan ke tempat perusuh, dia (jaraknya, red) kurang lebih sekitar 15 m, yang dorang sudah duduki pos, untuk.mau tembak katong (kami, red) setelah tembakan beruntun itu, itu semua panik, sunyi seng ada orang, ini..ini sunyi.

Reporter (Max): Posisi Wailete ini om ?

Suami Korban :
Posisi Wailete, posisi Wailete Sohuru, perbatasan, jadi perbatasan aja. Jadi panik. Beta sempat ambil beta pung tas sekolah, deng beta pung tas surat, sempat beta deng beta pung anak satu, deng beta pung bini (istri, red) di dalam kamar. Waktu lari beta sampe bilang untuk maitua bahwa tidak usah pusing dengan apa-apa lai, lari iko beta pung balakang (belakang, red). Setelah setelah beta ambil itu beta lari ka balakang, beta lari ke bawah, ke pesisir pantai, iko (ikut, red) pesisir pantai. Beta sampe disana beta lia (melihat, red) seng ada maitua, padahal beta pung bapa mantu dia pi (pergi,red) ambil beta pung bapa mantu. Setelah dia su antar sampe di kali (sungai, red), lewat kali, dia bilang..karena ada tembakan, itu si Arnes…si Arnes Latumeten itu ada kenal (terkena, red) splenter mortir, sehingga kena dada. Lalu waktu itu maitua sudah ka sana, sudah amper (hampir, red) dapa kali (tiba di kali, red), sudah ambil mama mantu….eee bapa mantu, sampe di kali maitua bilang par bapa mantu, tunggu beta disini beta bale (kembali, red) ambil obat dolo. Karena ada itu, si Arnes Latumeten itu ada kena mortir. Lalu setelah dia ambel, untuk prosesi ke tingkat sampai dia punya kematian, itu barangkali beta bisa bilang bahwa waktu dia sampe di pondok itu, mau, mau ambil, balong sempat ambil obat itu, dia su kanal (terkena. Red) tembak di dalam rumah, sebab pada saat itu setelah tembakan beruntun itu, itu tentaranya sudah di jalan semua, di jalan…di jalan, bahkan sampe sudah menyusuri seberang katorang, sudah, sudah masuk sampe di rumah. Lalu setelah itu kemungkinan besar dia, dia ditembak di rumah. Lalu setelah itu beta tanya informasi dari….., informasi bahwa dapatnya dimana ? kebetulan waktu disitu, disamping rumah beta itu, itu ada beta pacol (cangkul, red) kasbi (ubi kayu, red) lalu ada baru tanam. Itu katanya maitua mati disitu. Sementara Cuma ada deng (bersama, red) celana dalam, jadi bajunya sudah seng ada, jadi bajunya sudah seng ada…sudah dengan celana dalam, eee beta tanya bagaimana caranya ; dia ditembak dua kali dari sini, satu dari susu kanan (payudara, red)…..atas susu kanan, satu dari kiri. Setelah itu ditikam dengan sangkur (pisau belati, red) dari sini.

Reporter (Max): Kiri apa kanan leher Pak ?

Suami korban :
eeee…… kiri, itu ditikam dengan sangkur dari kiri juga….., tapi kalau for (menurut, red) beta itu tembakan pertama mungkin itu dia kenal dada sebelah kanan sehingga belum mati, lalu ditikam dengan sangkur sini, lalu mangkali karena belum mati juga lalu ditembak dari dada kiri sebab ada, ada tiga, tiga, apa namanya ? tiga luka, tiga bagian luka. eee

Reporter (Max) : tangan, bahu sebelah kiri apa kanan ada lagi kalau ngga….

Suami korban : iya ada

Reporter (Max) : ada kemungkinan, ada unsur-unsur e e unsur siksaan juga, gitu ?

Reporter (Max) : Jadi di bahu kiri ada biru.

Suami korban : Ada biru, ya disini, dibawah ketiak sini ada juga.

Reporter (Max) : Kiri apa kanan ?

Suami korban :
kanan, jadi setelah beta periksa sampe di rumah sini, beta punya bini itu punya ini luka semua. Kemungkinan besar ada indikasi kekerasan seret. Jadi diseret, diseret karena barangkali maitua itu dia ada perlawanan, sehingga diseret, jadi ini semua luka. kemungkinan itu ditendang dari sini. Lalu setelah itu beta bisa katakan, artinya bisa diinformasikan kepada semua, bukan saja disini tapi, yang menyerang pada saat itu, tu, semua bertopi baja. Jadi tentara bertopi baja. Itu saksi mata tu, dari yang kecil hingga yang berrambut putih (dari anak-anak hingga orang tua, red). Dia melihat bahwa yang berada disekitar lokasi kejadian, semua ber-helm, bertopi baja.

Reporter (Max) : eee Suster Bety waktu keluar dengan pakaian dinas atau tidak ?

Suami korban :
tidak, itu maitua waktu keluar itu, dia cuma deng daster warna orange, baru, baru dibeli. Jadi beta mau bilang bahwa, sangat, sangat disayangkan kalau untuk beta selaku suami atau orang yang ditinggalkan. Sangat disayangkan bahwa ada orang yang punya tingkat pembunuhan se-sadis, sadis begitu. Padahal sungguh sangat membanggakan bahwa setelah maitua itu, sampai kedengaran meninggal, kemarin orang Hative semua datang ke sini, orang Wayame semua datang ke sini, orang Benteng samua datang ka sini. Karena begitu besarnya pengorbanan dia terhadap katorang pung basudara-basudara, tidak pernah pandang bulu, ada klasifikasi (tidak ada diskriminasi, red) tidak pernah, jadi acara pemakaman itu dari anak kecil sampe ubanan, terutama saudara-saudara katorang dimana katorang tinggal di Hative dan Wayame itu.

Reporter (Max) : ibu suster memang penduduk asli Pemda Poka ?

Suami korban : di Pemda, jadi setelah kita sudah tergusur dari Pemda, Pemda 1,

Reporter (Max) : oh.. ceritanya ngungsi ya…

Suami korban :
ya mengungsi kesana, karena disana maitua lihat bahwa, kok kampung begini besar tetapi seng ada punya peralatan obat-obatan, lalu beta bilang sudalah nanti beta mendukung,…gampang katong bikin sajalah. Beta pung tamang-tamang juga ada beta bisa minta danalah, ada tamang-tamang bayak. Lalu katong bikin itu, untuk melayani orang-orang Hative dan sekitarnya.

Reporter (Max) : e…, jarak antara rumah dengan Puskesmas,

Suami korban : e, jarak antara rumah dengan Puskesmas, Puskesmas yang bertugas.

Reporter (Max) : o, o , ibu suster bertugas di Puskesmas emergency ?

Kakak korban :
Jadi justru yang tadi beta bilang bahwa, seluruh korban kecelakaan kerusuhan ini, barangkali sebagian besar datang karena mendengar maitua mati. Sebab dalam keadaan beta sebagai suami, beta mengerti profesi sehingga boleh dikatakan dengan air mata bahwa, dalam kerusuhan sudah mencapai 20 bulan ini, yang sesadis-sadisnya, tapi dia musti tembus (berusaha, red) untuk melayani katorang punya basudara yang ada disini. Termasuk beta sebagai laki-laki beta melihat kondisi (kondisi lapangan, red) yang beta mungkin menganggap bahwa tidak bisa beta menempuh daerah sana untuk beta mengabdi, karena beta juga mengabdi di RSU dr. Haulussy Ambon, beta tidak mengambil resiko untuk kesana, tapi beta punya adik sebagi seorang perempuan yang mungkin dia mengerti dan dia tahu dan dia mencintai akan profesi dia sebagai seorang perawat, dan dia juga mungkin dia tahu dengan sumpah jabatan dia, dalam bentuk apapun.. dalam kondisi apapun, dia harus menyeberang untuk mengabdi kepada…..

Reporter : Ada informasi, katanya kemungkinan ibu suster di temukan di dalam rumah?.

Suami korban :
Itu informasi tidak benar. Informasi yang benar itu, itu terkapar disamping rumah, tempat kebun kasbi. Kebun kasbi itu informasi yang benar, yang kelas satu-lah (informasi yang valid, red). Itu terakhir…tapi dapat lagi (korban ditemukan, red) setelah itu (dia, red) sudah meninggal…setelah tidak bernyawa lagi. Jadi informasi yang benar itu dapat disebelah rumah tapi di kebun kasbi.

Reporter :
Waktu ditemukan masih dalam, pakai pakaian utuh ataukah memang misalnya : telanjang atau apa gitu ?

Suami korban :
ee waktu diketemukan itu Cuma hanya dengan celana dalam. Seluruhnya tidak ada, Cuma dengan celana dalam. Tapi setelah ada informasi bahwa itu diperkosa, itu beta bantah sebab pada saat divisum menurut dr. Ol Tanamal, yang bertugas dr. Karolus, itu indikasi ke tingkat seksual itu tidak ada. Bahwa tidak ada hal-hal yang menjurus ke tindak seksual.

Reporter : Lalu sampe bisa kasih pake baju itu, dong ambel di…. ?

Suami korban :
itu waktu ada aparat yang pukul mundur perusuh, lalu dalam interval waktu beberapa menit, itu anak-anak di kampung situ, di Hative situ, berusaha untuk mengambil mayat. Ternyata sampe ke sana, dapa maitua, lalu Cuma buka, buka pintu…cabut pintunya saja, daun pintu, lalu angkat taruh di daun pintu lalu pake gordeng itu lalu tutup lalu pikul. Di evakuasi sampe ke RS. Dr. Haulussy. (jenasah diletakkan di atas sebuah pintu yang dicopot dari rumah, red)

Reporter:
Kira-kira jarak antara om tapisa (terpisah, red) dengan ibu suster, sampe ditemukan mayat itu berapa jam ? diperkirakan dari mulai terpisah dengan om kemungkinan di tembak itu jam berapa gitu om ?

Suami korban : Sampe meninggal ?

Reporter : … ya !,

Suami Korban :
Itu kemungkinan meninggal itu kira-kira jam 10. itu sudah meninggal. Sebab waktu itu, yang tadi apa yang beta katakan pertama, bahwa jam 09.00 itu tadi yang sementara dia jahit orang, pasien itu, lalu setelah itu pasien pulang sekitar 15 menit, lalu kejadian itu sempat beta deng maitua di kamar, deng kacil (anak, red), lalu beta bilang, cepat, setelah beta lari tarus sampe ke pesisir pantai itu maitua seng iko beta. Itu langsung…di sebelah di….bapa mantu…di bapa sungguhnya (bapak kandung, red).lalu tanya kata bapanya dimana?…. Kata papanya dirumah. Masih sempat ambel papanya di rumah bawa lari ke pinggir kali sana, di pantai. Setelah sampe dipinggir kali, pante, karena ada dengar, ada korban si Arnes Latumeten itu, maitua langsung bilang par bapa mantu, tunggu disini dolo, tunggu disini, beta pi ambel obat dolo. Jadi kemungkinan proses perjalanan itu setengah jam. Jadi kemungkinan mati jam 10.00. waktu masuk itu sudah mati, ya sudah kena tembak.

Reporter: Kemungkinan langsung mati di tempat atau evakuasi masih ditemukan???

Suami korban : Mati di tempat, mati di tempat.

Reporter : Suster Bety sendiri meninggalkan berapa orang anak ?

Suami korban : 1 orang putri, 6 tahun.

Reporter : Namanya siapa ini ?

Suami korban : Claudia Supusepa, beta Drs. Alexander Supusepa

Reporter :
Tapi waktu itu samasekali tidak ada orang yang sama-sam dengan suster. Waktu balik, setelah pisah dengan bapa trus ke, balik ke rumah, seng ada orang ?

Suami korban : seng, seng ada orang Cuma sendiri saja.

Reporter :
Kira-kira jarak antara balik, pisah dengan bapa, antua pung papa sampe ke rumah itu berapa meter ?

Suami korban : diperkirakan 30 m, jadi dari rumah sampe di kali situ diperkirakan 50m.

Kakak korban :
Jadi memang sambil suster Bety jalan, bapa juga jalan. Tapi bapa jalan, jalan untuk menyelamatkan diri. Tapi jalan tidak dengan…jalan tapi perlahan sambil menunggu juga. Tapi sambil teriak juga, "Bety seng usah". Jadi sampe di tanjung batu ka ? ya tanjung batu. sempat duduk tunggu lagi, nah itu karena mungkin tunggu menunggu terlalu lama,… jalan. Karena jalan terus ataupun karena lebih hari lebih dekat dengan sasaran tembak,

Reporter : lalu, rumah sendiri terbakar ?

Suami korban :
Jadi rumah itu kemarin malam itu ada sempat tetangga di sana itu, dia sempat lia ke rumah sana. Ada kesempatan untuk ke rumah sana. Itu rumahnya, rumahnya terbakar tapi barangnya tidak ada. Secara keseluruhan rumah disana. Jadi bekas barangnya tidak ada. Jadi memang semua terbakar. Obat yang begitu banyak juga tidak ada, itu barang-barang elektro juga tidak ada. Jadi rumahnya terbakar tapi tidak ada punya tanda-tanda barang terbakar. Dia hilang (perabot rumah hilang, red) Jadi sangat disayangkan.

Kakak korban :
beta seng menyangka Indonesia yang dunia luar punya, penilaian dunia luar terhadap bangsa Indonesia, yang bilang dia punya ciri khas lemah lembut segala macam itu, dikenal dengan hal-hal seperti itu. Bisa melakukan hal-hal seperti ini. cukup disayangkan, seorang wanita diperlakukan seperti itu. Bukan Cuma seorang wanita, anak kecil pun.

Suami korban :
Jadi perusuh ini… dia sudah berada di,..apa namanya ? dari belakang gunung sekolah itu, dia sudah menyebar sampai di perbatasan Sohuru. Jaraknya berkisar 150 meter. Yang dorang sudah bikin barisan untuk mau kepung. Jadi tembakannya semua kena…jadi setelah peledakan granat itu, langsung semua secara spontan itu, itu semua tembakan beruntun itu. Itu kira-kira jam 07.30 lewat sekian. Orang belum masuk gereja itu, belong, balong (belum, red) , orang balong masuk gereja (hari itu akan diadakan ibadah pembukaan masa perkabungan umat kristen di gereja, red). Sehingga itu si Hesti ini (Hesty Kastanya gadis berusia 15 tahun, tewas dengan bekas bacokan di mulut, red) ditembak dari jarak dekat itu. Dari jarak itu untuk beta kira-kira 10 m itu ditembak. Jadi sengaja temannya itu,… e, iparnya itu, si sapa namanya ?, eh…yang karyawan Batugong ini, setelah dia lihat dengan mata kepala Hesti tertembak, dia mau merayap mau ambil Hesti, dia ditembak tangannya. Ya, karena dia takut dia kena tembak dia lari, iko (ikut, red) pesisir jalan sempat diberondong untung dia lari berliku-liku, dia kasih informasi disini, datang bilang disini. Jadi sungguh sangat disayangkan bahwa dalam katorang punya…acara persiapan untuk perkabungan itu, ada orang yang sengaja untuk mengacaukan…..Jadi yang korban paling banyak itu, Wailete. Sebagian besar itu di Wailete.

Reporter:
kalau keluarga Sabono ? sepertinya sampe saat ini-pun keluarganya belum dapat (ditemukan, red). Pergi ke hutan.

Suami korban : barangkali dong di Jalan baru.

Reporter :
ada sekitar 6 orang begitu tapi yang belum pulang itu, Melda Sabono, Stela Sabono, sama Yulius Mangkubessy.

Reporter:
menurut keterangan yang menangani pasien suster Bety, Dr Carolus, mengatakan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kasus pemerkosaan berdasarkan hasil visum dokter, yang ditemukan hanyalah tembakan peluru pada bagian susu kiri dan susu kanan, kemudian dipotong dengan menggunakan alat tajam pada bagian leher, dan tembakan pada bahu sebelah kanan.

Catatan Redaksi:
sebagian traskript wawancara ini telah diedit dan dilengkapi dengan catatan redaksi seperlunya untuk kejelasan pembaca.

Provided By Masariku Network 2000


Received via e-mail from :
Masariku Network by way of PJS 


Copyright © 1999-2000 
- Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/alifuru67
Send your comments to alifuru67@egroups.com