7 Kualitas Jalan Memperihatinkan

Pontianak, AP Post

Kualitas jalan di Pontianak umumnya tidak baik, baik dipusat-pusat kota maupun daerah pemukiman acak kali mengalami kerusakan, sehingga dimana-mana sangat mudah ditemukan jalan bergelombang, berlubang atau permukaan yang tidak mulus.

Bahkan di pusat-pusat kota, seperti Jalan Gajah Mada, Jalan Tanjungpura dan kawasan lain di Pusat-pusat perdagangan kondisinya tidak terlalu mulus. Kecuali itu umur jalan juga relatif pendek. Sedikit mulus, adalah jalan A Yani dan Jalan KH Achmad Dahlam hingga Jalan KH Wahid Hasyim.

Menanggapi hal itu, Kasi Jalan dan Jembatan Dinas PUD Kodia Ir Edi Rusdi mengakui hal itu dikarenakan banyak pemakai jalan yang terkadang membawa beban muatan yang melebihi batas maksimum jalan. "Selain itu struktur tanah dan pondasi juga penyebab banyak jalan yang bergelombang," katanya Rabu lalu.

Dari seluruh jalan yang ada di Kotamadia, PUD Kodya menangani sekitar 80 persen diantaranya. Berdasarkan SK Gubernur Nomor 78 Tahun 1997 dinyatakan bahwa ruas jalan yang ditangani oleh PUD cq Dinas Pekerjaan Umum Tingkat I Kalbar adalah sebanyak 229 ruas jalan, diluar jalan nasional dan propinsi.

"Jalan di Kodia bisa dikategorikan dalam jalan kelas III, dimana hanya mampu menampung kapasitas beban maksimal sebanyak delapan ton saja. Tapi coba lihat seringkali di jalan-jalan lewat truk-truk yang memiliki beban berat, makanya jalan kita cepat rusak," katanya. Sedangkan mengenai banyaknya jalan bergelombang, diakui oleh Edy bahwa itu dikarenakan struktur tanah daerah ini yang lembek, atau bergambut sehingga struktur pondasinya pun tidak kuat.

"Lihat saja jalan di Kotabaru itu, kita sudah sering menambal jalan tersebut, tapi masih tetap saja begitu. Karena bila di lapisan bawahnya goyang, maka lapisan aspal diatasnya juga ikut, akhirnya yah bergelombang. Solusinya, jalan tersebut harus dibongkar dan dicerucuk ulang, tentunya perlu biaya yang sangat besar. Yah, sekarang ini kita bersikap realistis dan ekonomis sajalah," ungkapnya.

Walaupun dengan keterbatasan yang ada, PUD Kodia telah berusaha semaksimal mungkin untuk menangani jalan rusak tersebut. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan pemeliharaan rutin, dimana setiap harinya PUD menurunkan armadanya untuk menambal jalan yang rusak atau dengan memberikan proyek kepada kontraktor.

" Ruas jalan yang dalam masa kurang lima tahun akan dilakukan pemeliharaan rutin dan periodik. Sedangkan ruas jalan diatas lima tahun, kepadanya akan diadakan peningkatan kualitas jalan, misalnya jalan Jenderal Urip yang mengalami penebalan aspal sehingga tampak mulus," tutur Edy.

Namun menurut Edy, perbaikan dan pemeliharaan jalan bukanlah suatu hal yang gampang. Banyak kendala yang dihadapi, antara lain dana yang terbatas, armada/personil serta peralatannya yang masih minim. "Wajar bila PUD dianggap oleh masyarakat kurang cepat dalam menanggapi jalan rusak, alasannya yah itu tadi. Padahal kami ini sebenarnya tanggap kok," bantah Edy.

Berkenaan dengan itu, maka dalam hal perbaikan jalan PUD lebih memprioritaskan jalan-jalan protokol yang sering dilalui oleh warga masyarakat. Dalam arti jalan yang tergolong emergency atau penting sekali diperbaiki, misalnya jalan yang runtuh.

Sedangkan untuk gang-gang yang rusak, bukannya PUD tidak mau menanggapi, tapi karena dana terbataslah yang menyebabkan PUD terhambat dalam melaksanakan tugasnya. "Saya akui bahwa permohonan perbaikan jalan di gang sudah banyak yang masuk, tapi dana yang terbatas membuat PUD harus memprioritaskan jalan utama. Kalaupun PUD membantu, itu hanya dalam bentuk bantuan aspal dan mesin gilas saja, sedangkan dana lainnya tentulah dari hasil swadaya penghuni gang tersebut," ujarnya.

Untuk itu Edy mengimbau kepada masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan jalannya masing-masing, semisal dengan membuat portal di gang-nya masing-masing sehingga jalan yang ada tetap terjaga keutuhannya. (mel)