From: "Joshua Latupatti" joshualatu@hotmail.com
Date: Thu, 13 Sep 2001 10:51:43
Subject: [alifuru67] MENGAPA HARUS BERDUSTA? (34)


MENGAPA HARUS BERDUSTA? (34)
----------------------------

Salam Sejahtera!

Saudara-saudara sebangsa,
Si "penghasut-republika" muncul lagi dengan "berita dusta" untuk memancing keresahan dan
kerusuhan. Rupa-rupanya, memang benar bahwa "iblis tidak mungkin tinggal diam, ketika
kedamaian mulai berkembang"! Sangat sering terjadi bahwa "dusta" seperti ini kemudian
dijadikan "alasan" bagi tindakan biadab "laskar jahad", yang dilafalkan sebagai
"pembalasan"! Peristiwa Penyerangan Speedboat Ina Risa-3 adalah contoh terakhir dari
bisnis "dusta-serang" yang saya maksudkan! Coba lihat yang ini!


SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-09-09
Seorang Nelayan Hilang di Teluk Ambon
Laporan: Sukirno
Ambon-RoL--Seorang nelayan warga desa Batu Merah, Ambon hilang secara misterius saat
melaut di peraiaran Teluk Ambon, Sabtu (08/09/01) pagi. Abdullah (28), hilang saat
mencari ikan bersama Nyong Umar (44) dan Umar (44) tetangganya di dekat Pos Apung Marinir
TNI AL sekitar pukul 09.00 Wit. Hingga Ahad (09/09/01) jasad Abdullah belum ditemukan.

JOSHUA:
Keanehan pertama dari "dusta" ini adalah bahwa "kedua Umar: sama-sama berusian 44 tahun"!
Keanehan kedua adalah bahwa "korban bernama Abdullah"! Anda mungkin berpikir bahwa saya
mengada-ada, tetapi jika anda cermati semua korban yang diberitakan di dalam "insiden
fiktif" seperti ini, anda akan berpikir seperti saya, bahwa "alangkah banyaknya Abdullah
di Maluku, dan alangkah sialnya mereka"! Keanehan ketiga yang banyak orang non-Ambon
tidak tahu, adalah bahwa bagi orang Ambon, mencari ikan pada jam 09.00 pagi, di dalam
hujan-petir dan air bergolak adalah "sebuah lelucon" yang akan diceritakan turun-temurun!

Yang paling "beracun" dari berita dusta ini adalah "keterangan lokasi kejadian", bahwa si
malang itu mengail "di dekat Pos Apung Marinir TNI A"! Saya tidak perlu menerangkan
alasan pemilihan lokasi tersebut kepada anda, karena anda sudah tahu bahwa Pos tersebut
merupakan penghalang kebebasan "laskar jahad" untuk melakukan tindakan biadab di Teluk
Ambon!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-09-09
Sejumlah warga yang melakukan pencarian hanya menemukan topi dan sampan milik Abdullah
yang sudah berlobang. Kejadian yang menimpa Abdullah tersebut mendatangkan keheranan dari
warga Ambon. Berbagai versipun mulai berkembang di masyarakat. Abdullah diperkirakan
tersambar petir, karena saat kejadian bersamaan hujan deras diikuti dengan suara petir
yang keras. Namun, dari lobang di topi dan warga tidak ada yang menunjukkan tersambar
petir. Ada yang menilai korban ditembak.

JOSHUA:
Anda masih ingat pada "jacket berlobang peluru tanpa darah" yg. berkaitan dengan
"Penggrebegan Komando Siluman Wijaya II?" Sekarang kita dihadapkan dengan "topi berlobang
tanpa bekas darah"! Tidak dikatakan, apakah "lobang pada perahu itu tepat pada tempat
duduk si korban atau tidak"! Jika peluru ini melukai si Abdullah bin Fiktif, tentulah ada
bekas darah di dalam perahu!? Jika peluru yang mematikan itu adalah yang menembus topi si
Abdullah bin Fiktif, tentulah dia akan terjungkal ke air "bersama topinya"! Jika peluru
hanya menyempret, maka topi sendirian yang melayang ke laut! Pemikiran bahwa "si Abdullah
bin Fiktif melepaskan topinya sebagai usaha untuk meninggalkan bukti penembakan atas
dirinya sebelum terjun ke laut, terdengar terlalu konyol! Mengapa bukan dirinya saja yang
ditinggalkan sebagi bukti? Jika anda masih mengingat cerita tentang "korban penembakan
yang hampir mencapai tujuan, tetapi dibawa kembali tempat pemberangkatan untuk dan sudah
dikuburkan", dan "korban yang sering hilang", maka anda bisa menjawab pertanmyaan di
atas!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-09-09
Nyong Umar, orang tua korban yang saat itu ikut melaut mengaku heran dengan yang dialami
anaknya itu. '' Saat kami bertiga di tengah laut memang terlihat kilatan dan suara petir
yang menggelegar. Ketika saya menoleh kearah sampan anak saya, dia sudah tidak ada.
Setelah kami dekati, ternyata sampan sudah kosong. Abdullah sudah tidak ada, yang
tertinggal hanya topinya saja. Dia terlempar ke laut dan tenggelam,'' kata Umar.

JOSHUA:
Jika anda melihat petir, coba anda bunyikan "dor" beberapa kali! Dapatkah "dor" anda
berhasil disikronkan dengan bunyi guruh? Sekarang bayangkan, bagaimana mungkin seorang
penembak gelap (jika memang ada), bisa mengsinkronkan tembakannnya dengan bunyi guruh!?
Tanyakan pula pada orang-orang di sekitar anda, apakah "dor" anda bisa mereka dengar atau
tidak! Mereka akan mendengar "dor" anda, hampir sama baiknya dengan yg. anda dengar,
sebab mereka dekat dengan anda! Bunyi tembakan akan 'tertelan' bunyi guruh, jika sumber
suara tembakan "jauh" dari yang mendengar! Dalam kasus fiktif ini, kedua nelayan "Umar"
terlalu dekat dengan Pos Apung Marinir dan si Abdullah bin Fiktif, untuk tidak mendengar
bunyi tembakan (kalau benar ada tembakan)! Apakah anda bisa membedakan arti dari istilah
"digantung" dan "menggantung diri"? Demikian juga dengan "terlempar" dan "melempar diri",
atau "tercebur" dan "menceburkan diri"! Darimana si Umar ini "tahu", bahwa si Abdullah
bin Fiktif itu "terlempar ke laut dan tenggelam", padahal katanya (pula) bahwa ketika dia
tiba di sana, si Abdullah bin Fiktif sudah tidak ada???

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-09-09
Setelah beberapa saat dilakukan pencarian dan tidak menemukan tubuh anaknya, dirinya
langsung mengadukan peristiwa itu kepada rekan-rekannya. Hasilnyapun nihil, setelah
sejumlah nelayana melakukan pencarian hingga sore ini, jasad Abdullah belum juga
ditemukan.

JOSHUA:
Bisakah anda mencium "ketidak-beresan logika" di dalam kesaksian fiktif ini atau tidak?
Baru saja si Umar mengatakan bahwa "si Abdullah bin Fiktif terlempar ke laut dan
trenggelam"! Jika dia memang berkata benar, lalu apa yang diharapkan dari "pencarian"
yang dilakukan bersama rekan-rekannya? Teluk Ambon cukup dalam, dan anda harus menyelam
dengan menggunakan peralatan selam, jika hendak "mencari yang tenggelam"! Tentu saja
usaha anda akan sia-sia biar dengan "pengerukan" sekalipun, jika yang dicari adalah
"korban fiktif"!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-09-09
Niat untuk mencari bantaun dari pihak kepolisianpun juga belum kesampaian, karena ketika
dirinya akan melaporkan hilangnya anaknya itu, dirinya mendapati kantor Mapolres Ambon
sepi, tidak menemui siap-siapa. ''Besok saya akan melaporkannya lagi,'' tambahnya.(zis)

JOSHUA:
Anda percaya bahwa sebuah "Mapolres bisa sesepi itu", di dalam kondisi Ambon/Maluku yang
lagi ber-Darurat Sipil-ria? Jangankan Mapolres, di sepanjang jalan dari Batumerah ke
Mapolres saja, anda akan menemukan berbagai Pos Polisi atau Tentara yang siaga! Masalah
di sini adalah "bukti apa yang akan dibawa ke Mapolres"! Topi dan perahu berlobang tanpa
bekas darah"? Mapolres sendiri juga mungkin sudah hilang akal dengan begitu banyaknya
"Abdullah yang malang" di Maluku!

Jika kejadian ini adalah "kejadian nyata", maka kita kita boleh berharap untuk mendengar
kelanjutannya! Sebaliknya, kita akan disuguhi dengan "tindakan biadab baru", atau "ribut-
ribut dengan Marinir", dimana si Abdullah bin Fiktif adalah alasannya! Itulah jawaban
bagi pertanyaan kita kali ini,

"Mengapa harus berdusta?"

Begitupun, saya masih mau berharap, "semoga saya keliru"!

Salam Sejahtera!
JL.

    Source: geocities.com/baguala67