
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67
Copyright ©
1999/2001 -
1364283024
& 1367286044
|
|
From: "Joshua Latupatti" <joshualatu@hotmail.com>
Date: Mon, 15 Oct 2001 11:00:08
"Al Munafiqun Fatwa" berbicara tentang Maluku
download artikel in print friendly version Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya
Salam Sejahtera!
Saudara-saudara sebangsa,
Persoalan Maluku telah berlarut-larut selama hampir 3-tahun,dan masih belum kelihatan ujung
akhirnya. Secara menyeluruh, hal ini menampakkan "ketidak-sungguhan Pemerintah NKRI",
yang dapat diurut menjadi beberapa point penting. Point pertama adalah bahwa "Maluku
justeru dijadikan ajang pertarungan politik tidak bersih, dari sebagian tokoh di Pemerintahan!
Pada gilirannya, pertarungan elit politik pusat tersebut membuka kesempatan seluas-luasnya
bagi kelompok-kelompok tertentu, untuk melaksanakan rencana busuk mereka, untuk
mengeksploitir Maluku bagi kepentingan mereka sendiri! Pada bagian yang paling mendasar,
agama tidak lagi merupakan sarana hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan, yang
memberi warna pada hubungan horisontal antar manusia! Sebaliknya, agama dijadikan
insrtrumen intimidasi dan sarana kekuasaan untuk memanipulasi kebenaran dan menjadikan
Tuhan sebagai "bantalan bertinta dan cap" untuk mengesahkannya! Dari sana, lahirlah
berbagai bentuk penipuan, pembodohan, kemunafikan dan kepengecutan yang terlegalisir!
Itulah yang terlihat di dalam "kunjungan mereka yang bangga disebut sebagai wakil-wakil
rakyat, ke Maluku!"
SOURCE: LIPUTAN6.COM; DATE: 2001-10-09
DPR: Penyelewengan Dana Pengungsi Maluku Akan Diusut DPR berjanji akan mengusut
penyelewengan dana bantuan pengungsi yang bersumber dari pemerintah pusat. Para
pengungsi Maluku menanyakan soal itu. Liputan6.com, Jakarta: Para pengungsi Maluku
mempertanyakan keberadaan dana pengungsi dari pemerintah pusat yang tak pernah mereka
nikmati. DPR berjanji akan mengusut penyelewengan dana bantuan tersebut. Hal itu
ditegaskan Wakil Ketua DPR A.M. Fatwa, ketika bersama rombongan wakil rakyat berkunjung
ke Maluku, baru-baru ini.
JOSHUA:
Bagi saya pribadi, "mencuri dana bantuan pengungsi yang sudah demikian menderita adalah
tindakan terkutuk, dan bila perlu, para pelakunya disingkirkan untuk selamanya karena tidak
dibutuhkan oleh manusia dan kemanusiaan! Begitupun kita harus bersikap ekstra cermat, agar
upaya penegakkan keadilan tidak dijadikan sarana permainan politik busuk untuk
mendiskreditkan salah satu pihak! Nanti anda akan mengerti, mengapa saya ketakan
demikian!
SOURCE: LIPUTAN6.COM; DATE: 2001-10-09
Selama dua hari berada di Maluku, rombongan anggota Dewan bertatap muka dengan
sejumlah tokoh masyarakat, agama, dan anggota Laskar Jihad Ahlus Sunnah Waljamaah.
Soal penyelesaian konflik Maluku menjadi pembicaraan dalam pertemuan tersebut.
Rombongan wakil rakyat juga mengunjungi para pengungsi yang berada di Pulau Seram, Pulau
Buru, dan Kota Madya Ambon, Maluku.
JOSHUA:
Pertemuan "wakil rakyat" dengan "yang bukan rakyat Maluku" ini, adalah salah satu dari
sekian alasan ucapan saya di atas tadi, sementara "niat sebenarnya" di balik kunjungan
mereka ke Pulau Seram, Buru dan Ambon, akan saya ungkapkan kemudian!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
200 Ribu Pengungsi Muslim Diminta Kembali ke Maluku AMBON--Wakil Ketua DPR RI, AM
Fatwa meminta kepada para pengungsi asal Maluku yang saat ini bertebaran di berbagai
provinsi di Indonesia untuk kembali ke provinsi tersebut. Menurut Fatwa, dari hasil
kunjungannya di berbagai lokasi di pulau Seram dan Buru selama dua hari, ia melihat adanya
peluang bagi para pengungsi untuk kembali ke Maluku.
JOSHUA:
Di sini, "Al Munafiqun" Fatwa mulai memperlihatkan misi gelapnya! Tanpa memberikan
penjelasan apa-apa tentang perkembangan situasi setempat, dia meminta "pengungsi asal
Maluku" untuk "kembali" ke Maluku! Iistilah-istilah "pengungsi asal Maluku" dan "kembali",
saya beri tanda kutip, karena keduanya menimbulkan pertanyaan, "Siapa saja?" dan "Ke
mana?" Kedua pertanyaan ini sangat erat kaitannya dengan istilah "peluang" yang digunakan
oleh "Al Munafiqun" Fatwa! Dia tidak menyinggung masalah "situasi yang sudah kondusif",
sebagai dasar untuk mengajak kembalinya para pengungsi, tetapi "peluang"! Apa yang dilihat
si "Al Munafiqun" Fatwa di Maluku, sehingga istilah "peluang" ini tercetus dari dalam benaknya
yang tidak lurus? Mari kita lanjutkan!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
Permasalahan pengungsi tersebut mencuat saat rombongon anggota DPR RI yang dipimpin
AM Fatwa, melakukan pertemuan dengan para tokoh agama dan masyarakat muslim Ambon
di Gedung Asari, Komplek Masjid Raya Al Fatah, Senin (8/10). Dalam dialog tersebut
terungkap, konflik yang melanda Ambon dan Maluku menyebabkan sekitar 200 warga muslim
eksodus ke luar Maluku. Sampai sekarang tidak ada upaya dari pemerintah untuk
mengembalikan mereka yang pergi akibat konflik suku agama ras dan antar golongan (SARA)
di Maluku itu.
JOSHUA:
Yang perlu dijadikan catatan penting di sini adalah bahwa anjuran si "Al Munafiqun" Fatwa
kepada para pengungsi untuk kembali ke Maluku, bersumber dari "pertemuan Al Fatah", dan
bukan dari hasil pembicaraan dengan PDSD-Maluku, sebagai yang berwewenang! Pemerintah
sendiri dikatakan oleh "Al Fatah", sebagai "tidak berupaya untuk itu"! Kesimpulannya, "usulan
bagi kembalinya pengungsi asal Maluku ke Maluku, adalah inisiatif "Al Munafiqun" Fatwa dan
Al Fatah, dengan sasaran Muslim asal "luar Maluku"! Untuk mendukung inisiatif jahat tersebut,
mereka sengaja "memperluas" konflik Maluku dengan melibatkan unsur-unsur "suku, ras dan
golongan", sementara orang asal Jawa, Sumatera, Sulawesi, dll. yang Kristen, tetap tinggal di
antara orang Maluku yang Kristen selama kerusuhan! Yang sebenarnya terjadi di Maluku
adalah "Konflik politis rekayasa segelintir elit politik dan milter, di dalam kemasan agama"!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
Bagi para tokoh muslim, kembalinya para pengungsi korban kerusuhan 19 Januari 1999 itu
mempunyai arti yang besar. Warga memandang, dengan berkurangnya ratusan ribu warga
muslim di daerah itu, menyebabkan persentase jumlah penduduk muslim jauh dibawah jumlah
warga Kristen yang menginginkan pisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dengan membentuk negara Republik Maluku Selatan (RMS).
JOSHUA:
Di sini, pertanyaan "Siapa saja?" (yang harus kembali) telah terjawab, bahwa "inisatif Al
Munafiqun Fatwa-Al Fatah" ditujukan kepada Pangungsi Maluku yang "Muslim asal luar
Maluku" saja! Artinya, fasilitas dan wewenang DPR yang seharusnya mewakili "seluruh rakyat
Indonesia" dimanfaatkan si "Al Munafiqun" Fatwa, untuk kepentingan "satu golongan agama"!
Kejahatan ini menjadi lebih busuk, karena "kepentingan satu golongan agama" tersebut
diupayakan dengan "menyebar fitnah" atas "golongan agama yang lain"! Inilah yang saya
sebutkan sebagai "manipulasi kebenaran dengan memanfaatkan agama"! Dengan bermuka
tebal dan tidak tahu malu, oknum-oknum yang berlagak sebagai "pejuang dan pembela
agama" ini malah menistai iman mereka sendiri di dalam mengarang dan menyebar dusta
tentang RMS yg. dikenal Dunia sebagai "milik orang Maluku, Salam-Sarani"! Orang-orang
beriman yang mengaku berjuang di jalan Allah ini, terlalu pengecut untuk menghadapi
kenyataan dengan melayani tantangan FKM untuk membuktikan bahwa "RMS adalah gerakan
separatis"! Kosongnya "jawaban atas tantangan FKM tersebut, seharusnya sudah
membukakan mata orang banyak, bahwa "RMS bukan separatis, tetapi RI-lah yang menjadi
agresor atas Maluku"! Sayangnya, para pejuang di jalan Allah tersebut terlalu rendah ahlaknya
dan minim imannya, sehingga mereka malah memfitnah warga Kristen Maluku sebagai
"Kristen-RMS"!!!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
"Kami meminta pemerintah dapat mengembalikan mereka, karena mereka adalah unsur
pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Nasir Rahawarin, salah satu
peserta dialog.
JOSHUA:
"Rahawarin" dikenal sebagai "perovokator kerusuhan Tual", ketika mereka sudah berada di
sana beberapa hari sebelum kerusuhan pecah, dan disaksikan menggunakan "ikat kepala
putih" dan memimpin pasukan putih! Mereka, "Nasir" dan saudaranya dikenali mahasiswanya
sendiri, ketika beraksi di dalam kerusuhan di Tual, Maluku Tegara!
Beberapa tahun sebelum kerusuhan, statistik pertumbuhan kota Ambon menggila, melewati
jumlah pertumbuhan semua kota besar di Indonesia, sebagai hasil dari apa yang saya
namakan "Proyek Penghijauan Habibie-ICMI atas Maluku"! Warga Maluku menjadi
tersingkirkan mulai dari jalanan hingga kursi Pemerintah dan Perusahaan daerah! Pada
mulanya memang terlihat sebagai "murni penghijauan", sebab satu atau dua warga Muslim
Maluku masih tetap dibiarkan pada posisinya, selain untuk menipu warga Muslim Maluku,
tetapi juga sebagai alat ampuh ICMI untuk merusak tatanan Kehidupan Pela-Gandong di
Maluku! Drs.Akip Latuconsina, Gubernut Maluku sebelum Saleh Latuconsina, adalah salah
satu contohnya! Setelah itu, "penghijauan Maluku" berangsur-angsur berubah menjadi
"penguasaan atas Maluku", dima na satu-satu Muslim Maluku mulai disingkirkan! Mereka
tersing kir karena tuduhan "memihak Kristen", padahal yang ditakuti sebenarnya adalah bahwa
mereka yang masih memegang teguh semangat Pela-Gandong" yang dapat "membangkitkan
dan menyatukan Maluku lagi seperti sediakala"! Pada saat itu, tidak sedikitpun masalah RMS
disinggung-singgung! Barulah setelah slogan "Dalam dua jam, Ambon dapat kita kuasai",
menjadi isapan jempol, dan menyusupnya "laskar jahad" dengan dalih "dakwah dan kegiatan
sosial", maka RMS dijadikan kambing hitam untuk mengalabui rakyat Indonesia dan
membungkus kejahatan mereka!!
Saya tidak tahu apakah "nasir Rahawarin" adalah aktivis ICMI, tetapi kelihatannya dia hendak
membawa Maluku kembali pada zaman rezim Orba-Habibie, dengan memanfaatkan situasi
kerusuhan ini! Hal ini tentulah sejajar dengan kemauan DPRS kita! (DPRS = Dewan Perwakilan
Rakyat Seiman)
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
Menurut Fatwa, permasalahan pengungsi memang telah menjadi perhatian serius dari
pemerintah. Hanya saja untuk saat ini, permasalahan itu tidak dapat diselesaikan dengan
secepatnya. Ia mengakui, ratusan ribu pengungsi asal Maluku itu menjadi beban daerah tujuan
para pengungsi, seperti di pulau Buton. Untuk itu, ia meminta agar warga Ambon dapat
mengajak kembali keluarganya ke daerah itu.
JOSHUA:
Dalih si "Al Munafiqun Fatwa" bahwa "permasalahan pengungsi memang telah menjadi
perhatian serius dari pemerintah",ternyata bertentangan dengan keluhan pengungsi bahwa
"Pemerintah tak berusaha"! Lebih lanjut, si "Al Munafiqun Fatwa" berkilah bahwa "(walaupun
serius meperhatikan) masalah pengungsi tidak dapat diselesaikan Pemerintah dengan cepat"!
Tanpa memberikan alasan atas pernyataanya, si "Al Munafiqun Fatwa" mencoba untuk
mengalihkan semuanya ke masalah "keterbatasan dana Pemerintah" dengan mengusulkan
semacam "relokasi swakarsa"! Di sini, dia sengaja menunjuk Ambon sebagai tujuan "relokasi
swakarsa", walaupun dia tahu bahwa hal itu "mustahil"! Mengapa dia menunjuk Ambon? Mari
kita lihat kelanjutan akal bulusnya!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
"Kalau tidak memungkinkan di Ambon, mereka bisa ditempatkan di pulau Seram dan Buru.
Pemerintah akan membangun fasilitas untuk mereka," kata Fatwa.
JOSHUA:
Di sini, pertanyaan "Ke mana?" telah terjawab! Kendala besar yang dihadapi Pemerintah,
khususnya PDSD-Maluku, mengenai pemulangan Pengungsi, adalah "Mengembalikan tanah
dan desa Adat kepada Pemiliknya yang sah"! Semua Desa Adat yang dijarah dan dirampas
dari pemiliknya yang sah, adalah "Desa Adat Kristen", terutama di Pulau Seram dan Buru! Di
Ambon sendiri ada dua Desa Adat, masing-masing Desa Kristen Waai dan Desa Kristen
Poka-Rumahtiga! Kendala Pemerintah atau PDSD-Maluku di dalam hal ini, datangnya dari
keserakahan "laskar jahad", yang menolak mengembalikan "rampasan mereka", dengan dalih
macam-macam, termasuk "mengeliminasi bahaya RMS"! Dapat dilihat jelas, bahwa dalih
"RMS-Kristen" adalah "alasan umum bersama" yang diandalkan Al Fatah dan "laskar jahad",
termasuk Nasir Rahawarin dan si "Al Munafiqun Fatwa", untuk menopang "rencan jahad"
mereka! Salah satu dalih mereka yang lain adalah "desa Muslim" yang dikuasai pihak Kristen!
Padahal yang mereka sebut sebagai "desa Muslim" tersebut, adalah "wilayah Adat Desa
Kristen", yang dulunya direlakan sebagai tempat hunian sebagian warga Muslim asal Luar
Maluku, yang kemudian dikenal dengan sebutan "kampung" atau "dusun"! Akhlak orang-orang
ini dapat diukur dengan melihat "reaksi mereka terhadap masalah Palestina-Israel"! Mereka
ribut protes dan berjingkrak-jingkrak dengan pedang di tangan, untuk menuntut agar "Israel
mengembalikan wilayah Palestina, tanpa syarat"! Tetapi ketika berbicara tentang
"mengembalikan Desa-Desa Adat Kristen Maluku, "para pejuang kebenaran di jalan Allah" ini
lalu berdalih seribu-satu macam untuk menutupi keserkahan mereka!
Di dalam situasi seperti inilah, si "Al Munafiqun Fatwa" mencoba menyuntikkan "niat
jahad"-nya untuk mengembalikan warga Muslim asal luar Maluku ke Pulau Seram dan Buru,
untuk mengisi Desa-Desa Adat Kristen yang dirampok "laskar jahad"! Hal ini tidak terlepas dari
"program transmigrasi ribuan warga luar Maluku ke Seram Timur, dan Proyek Minyak di Bula"!
Jangan kaget kalau di dalam "proyek relokasi swakarsa" ala "Al Munafi qun Fatwa", ada
banyak "pengungsi asal Maluku yang tidak ber-KTP Maluku, yang ikut pulang ke Maluku!"
Setelah itu, masuklah dan bantuan dari negara-negara Arab, seperti Kuwait, untuk memajukan
perternakan warga Muslim gelap di atas tanah Adat Kristen tersebut! Jika warga Kristen
kemudian memprotesnya, mereka akan diusir dengan alasan "RMS-Kristen yang bertujuan
mengacaukan Program Pemerintah"!
Tujuan utama dari "kunjungan DPRS di bawah komando si "Al Munafiqun Fatwa" ke Pulau
Seram dan Buru", bukan untuk melihat keadaan pengungsi, tetapi untuk "melihat lahan
rampokan" yang akan dia gunakan untuk menjalankan "rencana busuknya"! Karena itulah, si
dungu ini tidak berpikir untuk menggunakan istilah "kondusif", tetapi mencetuskan apa yang
ada di dalam otak tumpulnya itu, di dalam istilah "peluang"! Apakah moral busuk seperti ini
memang dimiliki oleh "para pejuang kebenaran dan pejuang agama di jalan Allah"? Menjijikan!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
Selain melakukan pertemuan dengan para tokoh agama Islam, rombongan dewan juga
melakukan dialog dengan tokoh agama Kristen di kantor Gereja Protestan Maluku (GPM).
Fatwa juga berkesempatan menemui pihak Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jamaah di Kebun
Cengkeh. Dalam pertemuan itu, Fatwa meminta masukan dari pihak Laskar Jihad seputar
konflik di Maluku.
JOSHUA:
Ketidakjujuran itu terlihat juga dengan tidak disebutkannya hasil pembicaraan si "Al Munafiqun
Fatwa" dengan pihak Gereja Protestan Maluku (GPM), walaupun saya tidak mengharapkan
terlalu banyak dari GPM! GPM yang "tahu persis" tentang RMS, malah terlalu pengecut untuk
memberikan pernyataan tentang "Siapa itu RMS "! GPM terlalu memikirkan aspek politik yang
membusuk didalam negara ini, sehingga menolak untuk memberikan penjelas an resmi bahwa
RMS itu milik Salam-Sarani Maluku! GPM lebih bisa bersikap munafik untuk mencari
perkenaan manusia-manusia tak layak di dalam negara ini, agar memperoleh sebutan semu,
nasionalis, dengan mendiskreditkan RMS melalui cungkilan "Pesan Tobat" mereka! Pimpinan
GPM tidak menjadikan GPM sebagai wadah penampung dan penyalur aspirasi Jemaatnya
dengan semestinya, tetapi lebih suka mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang berbau
politis, untuk merambah jalan menuju karier pribadi di dalam bidang politik praktis! GPM terlalu
pengecut untuk merangkul anak-anaknya sendiri yang memilih untuk menyalurkan aspirasi
mereka lewat FKM, lalu menolak FKM, untuk memmertontonkan "drama cuci tangan-Pilatus"
sebagai pernyataan "loyalitas murahan" kepada Pemerintah! GPM tetap menjilat Pemerintah
Negara yang di dalamnya "ribuan Gereja telah musnah dibakar dan dibom, sementara ratusan
ribu Jemaatnya disengsarakan, tanpa kejelasan jaminan Negara atas hak sebagai warga
negara yang sah, dan sebagai manusia! GPM tahu persis "bagaimana Kerusuhan Maluku
dimulai, dan dimana letaknya sumber masalah yang melanggengkan Kerusuhan ini, tetapi
enggan membuat pernyataan resmi yang berbiacara tentang kebenaran! Berikiut ini adalah
salah satu konsekwensi dari sikap pengecut GPM, yang harus ditanggung oleh Jemaatnya!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
Fatwa juga berkesempatan menemui pihak Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jamaah di Kebun
Cengkeh. Dalam pertemuan itu, Fatwa meminta masukan dari pihak Laskar Jihad seputar
konflik di Maluku.
JOSHUA:
Si "Al Munafiqun Fatwa" mencari penawar bagi Maluku yang sakit parah, dari "kuman
penyakitnya" sendiri! Karena GPM dan tidak ketinggalan PGI, hanya bisa diam-membisu
terhadap ke benaran, maka terbukalah kesempatan yang seluas-luasnya bagi orang-orang
jahat seperti si "Al Munafiqun Fatwa", untuk memanipulasi opini umum, bahwa "laskar jahad"
adalah "pejuang perdamaian di Maluku", dan warga Kristen Maluku adalah "perusuhnya"!
"Pesan Tobat" itu sebenarnya lebih berguna untuk GPM sendiri, jika mau manyadari dan
cukup rendah hati untuk melakukan introspeksi!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
Seusai pertemuan dengan Laskar Jihad, Fatwa mengungkapkan, pertemuan itu dimaksudkan
untuk mencairkan kebekuan yang selama ini diungkapkan oleh sejumlah pihak di pemerintah
provinsi Maluku yang menganggap negatif terhadap keberadaan Laskar Jihad. "Setelah saya
berdialog tadi ternyata pemikiran negatif itu tidak terbukti," katanya.
JOSHUA:
Inilah juga gambaran dari "ketidakjujuran" dan "kebo dohan" si "Al Munafiqun Fatwa"! Penilaian
negatif terhadap "laskar jahad", datangnya dari sejumlah pihak di Pemda Maluku, lalu si dungu
ini mencari bukti tentang penilaian negatif tersebut pada "laskar jahad" yang dinilai, dan bukan
pada pihak Pemda Maluku yang menilai! Orang ini terpaksa mengeluarkan "pernyataan dungu"
tersebut, untuk menutupi "diskusi sebenarnya" yang dia lakukan dengan "laskar jahad"! Si "Al
Munafiqun Fatwa" tak mungkin membeberkan topik pembicaraan mereka tentang "bagaimana
mengisi Desa-Desa Adat Kristen rampasan "laskar jahad" dengan Pengungsi Muslim asal
Maluku dan Pendatang baru yang Muslim (seperti sanak-keluarga laskar jahad)"! Karena itu, si
dungu ini memuntahkan apa yang ada di dalam benak dan hatinya yang tidak bersih, "bahwa
keberadaan "laskar jahad" di Maluku adalah sessuatu yang positif", sebagai hasil
pembicaraannya dengan "laskar jahad"!
SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-10-09
Dari berbagai pertemuan dengan para tokoh agama Kristen dan Islam itu, Fatwa mengakui
informasi yang diterimanya bertentangan. Dirinya hanya menemukan satu permasalahan yang
sama, yakni awal kerusuahan. Kalangan Kristen tidak menolak konflik SARA di Ambon dimulai
19 Januari 1999. kir
JOSHUA:
Berbedanya informasi dari Al Fatah dan GPM tentang Konflik Maluku adalah lagu lama yang
dan terus-menerus didengungkan, tanpa mampu melakukan analisa tentang kebenaran
informasi tersebut, misalnya dengan membandingkan tingkat akurasi, latar belakang logika,
dan kesejajaran catatan peristiwa dengan bukti-buktinya! Pada akhirnya, si dungu ini hanya
mampu menemukan "permasalahan" yang "bukan permasalahan"! Apa yang menjadi masalah
jika pernyataan kedua pihak sudah sama? Saya tidak tahu apakah kata "bahwa" sengaja atau
tidak sengaja dihilangkan dari kalimat terakhir yang seharusnya berbunyi , "Kalangan Kristen
tidak menolak "bahwa" konflik SARA di Ambon dimulai 19 Januari 1999", tetapi saya bisa
pastikan bahwa si "Al Munafiqun Fatwa" sedang mencoba memberi kesan bahwa selama ini,
pihak Kristen tidak mengakui 19/01/1999 sebagai hari pertama Kerusuhan Maluku! Bagaimana
mungkin hari terkutuk itu bisa dilupakan., sementara rumah-rumah warga Kristen Mardika dan
Silale dibakar dan warga Kristen yang bersilaturahmi Lebaran serta rombongan KKR Remaja
GKPB terperangkap dan akhirnya menjadi korban? Kesan lanjut yang ingin diteruskan oleh
pernyataan Si "Al Munafiqun Fatwa" tersebut adalah bahwa "pihak Kristen enggan mengakui
bahwa Kerusuhan dimulai pada tanggal 19/01/1999, karena kerusuhan itu dimulai oleh warga
Kristen Maluku! Dengan demikian, "kisah penembakan jemaah ied di lapangan Merdeka,
Ambon", mendapatkan lowongan untuk disebarkan untuk menghasut lagi, walau "penembakan
tersebut dilakukan atas jemaah yang buta, tuli dan kebal, di hadapan aparat yang juga buta
dan tuli, sehingga tidak seorangpun beranjak dari tempatnya, dan tidak seorangpun yang
tergores"!
Saya tidak tahu, kapan PDSD-Maluku, atau DPRD-Maluku, bersedia untuk bersikap tegas dan
jujur untuk Maluku dan kemanusiaan, untuk mengatakan yang benar tentang "siapa yang
memulai kerusuhan", dan "siapa yang menjadi perusuh" saat ini, supaya mulut-mulut ular
seperti punya si "Al Munafiqun Fatwa" bisa disumbat, sehingga dusta dan hasutan tidak lagi
dapat disebarkan untuk meracuni pikiran dan perasaan bangsa ini! Saya juga tidak tahu, kapan
Pemerintah Indonesia akan berhenti menjadikan Maluku sebagai arena pertarungan politik
mereka, karena semakin jelas terlihat, bahwa Maluku akan digunakan si Penjahad "Hamjah
Haj" sebagai salah satu bola penghancur terhadap Kepemimpinan Megawati! Tuhan juga
mungkin tidak mau tahu!?
Salam Sejahtera!!!
JL.
Received via email from: Alifuru67@egroups.com

Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com |