Uskup Belo: Dibanding yang Jakarta, Dili Lebih Brutal
DETAK Kamis, 16 Juli 1998
Kerusuhan brutal yang disertai dengan pembunuhan dan perkosaan terhadap
kaum wanita yang terjadi 13-14 Mei lalu, ternyata masih kalah mengerikan
dengan apa yang terjadi di Timor Timur. Fakta itu dibeberkan Uskup Belo
dalam acara wawancara Presfektif yang dipandu Wimar Witoelar, Kamis (16/7)
siang di Hotel Century Park, Jakarta.
Menurut Belo, kalau di Jakarta kejadian sadis dan di luar batas-batas
perikemanusiaan hanya terjadi 13-14 Mei atau dalam dua hari, di Timor Timur
kejadian semacam itu hampir terjadi setiap hari sejak 1975. "Hampir setiap
ada oknum yang menggedor rumah penduduk dan memperkosa kaum wanita,"kata
Belo. "Tindakan terkutuk itulah yang kemudian menebarkan kebencian dan
traumatis warga Timor Timur,"tambahnya.
Kekejian yang terjadi di Jakarta 13-14 Mei lalu sebagaimana data dari
Ibu-Ibu Anti Kekerasan ketika menemui Presiden Habibie Rabu (15/7) terdapat
168 kasus. Dari jumlah itu 102 di antaranya kasus perkosaan sadis terhadap
kaum wanita keturunan Cina dan 20 di antaranya tidak hanya sekadar
diperkosa tetapi juga dibunuh dengan sadis.
Kekejian yang menerbitkan citra buruk bagi bangsa Indonesia itu, dikutuk
oleh Habibie. Bahkan Habibie telah memperintahkan kepada ABRI untuk
mengusut secara tuntas dan menghukum mereka-mereka yang telah melakukan
tindakan yang tidak sesuai budaya bangsa Indonesia. Dari Mabes ABRI pun
sudah dilontarkan pernyataan tentang tekad pimpinan ABRI untuk mengusut
sampai tuntas kasus itu.
Siapa pelaku kekejian di Timor-Timur itu? "Sebagaimana kerusuhan yang
akhir-akhir ini terjadi di Dili, semua itu didalangi oleh orang-orang dari
Jakarta,"kata Belo usai bertemu dengan Gus Dur di Ciganjur, Jakarta
Selasan, Rabu (15/7). Namun Belo enggan menunjuk hidung sang dalang itu.
"Kalau kalian ingin tahu, silakan datang sendiri ke Timor Timur. Silakan
cek dan kalian pasti akan tahu siapa pelaku dan dalangnya,"kata Belo kepada
wartawan.