Kesaksian Wartawan Jawa Pos dalam Kerusuhan di Surabaya
Api berkoar di mana-mana. Saya mulai kesulitan yang mana untuk peliputan.
Polisi tampaknya bingung juga. Sata tempat berhasil dikendalikan,
di tempat lainnya meletus kerusuhan. Sehingga dalam waktu kurang empat jam,
tempat-tempat di sekitar Semampir "terbakar". Di antaranya Petekan,
Wonokusumo, Pegirian, Pragoto, Sumbo, Danakarya, Kertopaten, Jalan Sampurna,
dan Kebalen.
Saya memang tidak mungkin mendatangi semua tempat yang dilanda kerusuhan itu. Hanya
beberapa lokasi kerusuhan saja yang sempat saya lewati. Saya selalu
sempatkan ngomong-ngomong dengan warga setempat sebelum saya pergi ke tempat lain.
Begitu seterusnya sampai subuh.
Saya juga memasang telinga lebar-lebar di setiap tempat yang saya datangi
Saya mencoba menguping apa saja yang tengah dibicarakan warga setempat yang
berbaur dengan perusuh. Isinya macam-maca. Tapi kebanyakan
yang serem-serem dan mengerikan. Misalnya, ada toko yang sampainya 50-tvnya disikat penjarah,
uang 20 juta milik WNI keturunan yang digarong, sampai seorang Tionghoa
yang disirami bensin, lalu dibakar. Tapi untung cepat terpergok petugas
sehingga dapat diselamatkan.
Saya juga mendengar beberapa orang yang asyik cerita soal gadis keturunan
yang ditelanjangi. Selain itu beberapa orang lainnya juga bercerita berhasil
menggerayangi bagian tubuh gadis malang itu. Tapi saya tidak mendengar
kalau ada yang diperkosa.
Yang jelas ketika mengisahkan pengalamannya itu, ia tampak bangga. Saya mencoba
mengorek alamat gadis bernasib malang itu. Namun tidak berhasil. Ia cuma
bilang rumahnya di sekitar Wonokusumo.
Keetika Subuh saya solat di Polsek Semampir. Ketika itu saya dengan telepon
terus krang-kring. Ada ratusan. Setelah saya dekati, petugas kewalahan
melayani telepon dari warga Tionghoa yang ketakutan. Mereka minta
perlindungan. Ada yang bercerita rumah atau tokonya telah dijarah, tapi saya
tidak mendengar ada yang lapor keluarganya diperkosa.
Back to Bilik Kesaksian/Berita