Kristen Menyelamatkan Bandung ?
Banyak yang bersyukur saat di kota-kota lain di landa kerusuhan,
penjarahan dan pembunuhan dan di kota Bandung sebagai propinsi
Jabar ini tidak ada sedikitpun indikasi akan meletusnya hal serupa.
Tapi tahukah Anda bahwa sebenarnya kerusuhan itu yang didalangi
para politikus dan pelakunya para preman ini pada tanggal 19 Mei
1998 lalu sudah ada di sekeliling kota Bandung siap menyerbu
(tinggal menunggu perintah). Mungkin sebagian masyarakat awam sama
sekali tidak mengetahui kejadian ini.
Saya sebagai anggota dari kalangan ABRI, sudah lama memperhatikan
kondisi kota Bandung ini, tidak usah saya sebutkanlah saya ini, dan
dari kesatuan mana. Ini tidak penting. Mari kita lihat ke belakang
sejenak.
Ketika Surabaya, Bondowoso, Madiun, Tasikmalaya dan kota-kota lain timbul
pengrusakan gereja-gereja dan penganiayaan terhadap orang Kristen,
kota Bandung tampaknya tidak tersentuh sama sekali. Mengapa bisa begitu?
Saat kejadian demi kejadian di kota lain, saya kirim beberapa
anggota saya untuk masuk ke gereja-gereja mengikuti kegiatan mereka
(dalam arti ikut kebaktian, berdoa dalam sel-sel kecil), dan harap
diperhatikan
saya sendiri bukanlah orang Kristen. Dari laporan-laporan yang saya
terima, terdapat beberapa keseragaman:
1. Orang-orang Kristen itu senantiasa berdoa (macam-macam doanya
dan ada yang aneh-aneh)
2. Hal utama doa mereka (yang juga mengagumkan saya) adalah doa
keselamatan bangsa ini beserta pemerintahan (walaupun mereka tahu
bahwa pemerintah sudah bobrok kelakuannya)
Beberapa gereja ekstrim (saya sebut demikian sebab bagi saya ada hal
yang aneh yang tak bisa saya sebutkan walaupun hati saya tidak
memberontak)
malah berpuasa segala untuk hal no. 2 tadi sambil berdoa di rumahnya, di
gerejanya malah sampai di kantor kerjanya! Sekali lagi saya bukan ingin
menonjolkan kelompok minoritas ini, tapi ini adalah hasil analisa saya:
Setelah perusuh membumi-hanguskan Jakarta, Bandung yang hanya 3 jam
perjalanan dari sana, telah diincar sebagai kota ke 2 setelah Jakarta habis
dirampok. Indikasi kuat terlihat saat para kalangan ABRI, Polisi di
sekitar Bandung
bingung bagaimana cara membendung aksi ini. Maka untuk menghindarkan
kerugian yang
lebih parah, gubernur Jabar Nuriana sebelum tanggal 20 Mei 1998 (yang
dijadwalkan
oleh para perusuh untuk menghantam Bandung) telah memanggil semua pendeta
dan pemuka agama agar menyelamatkan harta milik gereja, sebab ABRI dan
Polisi tidak bisa menahan
para perusuh yang demikian banyak. Pada tanggal 16 Mei 1998, konsentrasi
perusuh telah di tampung di sekitar kota Bandung, yakni bagian
selatan: Soreang, bagian utara: Karawang, Bekasi. Dari barat: Bogor
sedangkan dari timur: Garut, Tasikmalaya dan kota-kota kecil lainnya.
Tampaknya mereka ini telah diorganisir begitu rupa sehingga begitu
ada aba-aba dari para pimpinannya segera Bandung akan dibumi-hanguskan
juga seperti Jakarta. Jumlah total mereka sekitar 15.000 orang. Tugas
mereka adalah menjarah, membakar gereja, toko, supermarket, pasar dan
perumahan penduduk.
Tapi pada malam tanggal 16 Mei 1998, sekitar pk. 10.00 malam, salah seorang
pimpinan perusuh bagian selatan tertangkap basah saat memimpin rapat gelap
di daerah Margahayu Kencana Kopo Bandung, ternyata malam itu pk. 1 dini
hari
telah disiapkan puluhan truk dari Soreang untuk mulai melakukan aksi
perusuhan di sepanjang jalan Kopo Soreang sampai ke Pusat Bandung.
ABRI begitu mendengar kabar ini, dari pos Sulaiman Kopo Bandung langsung
mengirimkan tentaranya berjaga-jaga di sekitar kota Matahari Kopo dan Ujung
perumahan Taman Holis Indah. Akhirnya rencana itu terbongkar dan para
pemimpin daerah lainnya membubarkan diri dan kabur, kerusuhan pun sirna.
Pendapat saya, hanya ada satu kekuasaan yang turun melindungi kota
Bandung dari tangan perusuh, saya tidak tahu persis. Hal yang lainnya:
bangsa ini yang telah lama menyusahkan orang Kristen, juga kena
dampaknya, sebut
saja salah satunya: serbuan belalang yang mulai dari Lampung. Harap
diketahui
bahwa sebuan belalang ini telah sampai di Jawa, menyebar ke Jonggol,
Serang
dan seluruh daerah Banten (tidak pernah dimuat di surat kabar maupun media
lain).
Saya kira ini adalah ganjaran yan harus diterima oleh bangsa yang suka
menyakiti orang lain tanpa alasan. (sekali lagi saya bukan membela
orang Kristen).
Akhir kata: rasanya Allah orang Kristen itu nyata dan hidup. Jika Anda
kritis
membaca analisa saya, mungkin Anda akan setuju dengan pendapat saya.
Salam, Pengamat dari satuan ABRI
Abdullah Hamsyah Rahmani
Back to Bilik Kesaksian/Berita