TAK BISA dibayangkan bagaimana keabsahan Soeharto sebagai presiden selama
32 tahun, bila ternyata dia bukanlah orang Indonesia asli.
Pergunjingan tentang Soeharto keturunan Cina itu, dilontarkan oleh
Mashuri, SH. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1974) itu,
berbicara kepada Liberty (grup Jawa Pos/grup tablod OPOSISI) bahwa silsilah
Soeharto yang selama ini dipublikasikan - selama Soeharto masih berkuasa -
yang benar hanya dari sisi ibunya. Adapun tentang bapaknya, di berbagai
tulisan tentang otobiografi Soeharto - yang ada saat ini - hampir semuanya
salah.
Yang benar? "Tidak jelas. Campur-baur. Antara orang Cina dan Jawa", kata
Mashuri yang juga mantan Menteri Penerangan RI (1974-1979) ini di rumahnya
di Solo. "Dia bisa disebut lembu peteng (sebutan untuk anak-anak yang di
lahirkan tanpa ayah yang jelas, red)," tandasnya. Mengatakan lembu peteng
Mashuri menekankan keyakinan bahwa ayah Soeharto keturunan Cina.
Siapakah dia ? Di Jawa Tengah, belakangan ini beredar kisah.
Konon, di Yogyakarta pada awal abad sembilan belas, ada pedagang cukup
terpandang, yang rajin berhubungan dengan rakyat Jawa Tengah. Pedagang
ini cukup populer di masa itu. Maklum, dia tidak saja menjual barang
dagangannya yang dibeli dari daerah lain, tapi juga karena dia membeli
hasil bumi penduduk untuk diperdagangkan.
Kegiatan pedagang ini kian hari kian besar. Oleh karena itu dia membutuhkan
orang-orang yang bisa membantunya. Dari hubungan seperti itulah lantas
pedagang ini berkenalan dengan wanita miskin tapi berwajah lumayan. Namanya
Sukirah. Tidak jelas, bagaimana kemudian hubungan antara pedagang ini dengan
Sukirah.
Yang jelas, menurut Mashuri, Sukirah itulah ibu kandung Soeharto. "Dia
adalah wanita miskin dari Desa Kemusa, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta."
Sukirah, kendati miskin, memiliki beberapa kelebihan. Ulet, daya juangnya
untuk hidup tinggi. Dan setelah Soeharto lahir, memiliki daya linuwih.
Ini karena dia pernah bertapa di atas genting rumahnya selama 40 hari.
Kegiatan bertapa itu dilakukan setelah Soeharto lahir.
"Oleh karena itu wajar bila Soeharto juga memiliki kelebihan. Warisan dari
ibunya. Aura ibunya. Dengan demikian wajar pula bila Soeharto sulit
dikalahkan," kata lelaki berkacamata ini.
Kelinuwihan Soeharto tidak saja dari ibunya. Tapi juga dari lelaki sakti
asal Wonogiri. Lelaki itu, sering disebut dukun. Namanya Daryatmo. Oleh
karena itu nama Daryatmo begitu melekat pada diri Soeharto. Dalam bukunya,
Soeharto: Ucapan dan Tindakan nama Daryatmo disebut-sebut.
Soeharto mengakui bahwa Daryatmo banyak memberi inspirasi dalam perjalanan
hidupnya. Bahkan sampai Soeharto menjadi presiden. Setiap bulan, kata
Mashuri, sedikitnya satu kali, Soeharto datang menemui Daryatmo. Di sana dia
minta petunjuk khusus apa yang harus dijalankannya. "Dan semua petunjuk dari
sang dukun itu pasti dilakukan."
DENDAM KEPADA MAJIKAN
Ketika di Wonogiri, Soeharto kecil hidup miskin. Bahkan pernah menjadi
pembantu pada keluarga kaya. Ketika menjadi pembantu itu Soeharto bertekad
menjadi orang kaya. Tekad itu dibentuk oleh dendamnya yang kuat. Dia
dendam karena keluarga kaya yang jadi majikannya itu memperlakukannya
tidak baik. Soeharto tidak digaji dan makan dari makanan sisa sang majikan.
Dendam untuk menjadi orang kaya itu pula yang mengantar Soeharto berjuang,
berpindah-pindah tempat, sampai akhirnya menemukan 'orang tua' yang
menyekolahkannya dan kemudian berkarier di militer melalui KNIL.
MENGERTI DIRINYA CINA
Banyak yang menyebut bahwa Soeharto mengerti bahwa dirinya keturunan Cina.
Itu sebabnya barangkali dia kemudian dekat dan berpartner dengan Liem Sioe
Liong dan Bob Hasan. Konon orang Cina yang juga dijadikan partner oleh
Soeharto bernama Tek Kiong. Pria ini disebut-sebut sebagai adik Soeharto.
Tak hanya Tek Kiong adik Soeharto. Di Solo berkembang pula nama Ma King Boo
yang disebut-sebut sebagai adik Soeharto (satu ayah lain ibu).
Bukan hanya dari Mashuri kisah tentang Soeharto dicoba diangkat ke permukaan.
Dari beberapa rekan dekat Soeharto, kisah-kisah serupa juga diperdebatkan.