Ketika pasukan Korea Utara memasuki Korea Selatan untuk memdudukinya pada tahun 1950-an, mereka masuk ke sebuah gereja yang sedang mengadakan kebaktian. Komandan pasukan itu menyuruh semua keluar ke lapangan di dekat gereja itu dan berbaris. Ia mengambil sebuah Alkitab dan menaruhnya di lantai, ia berkata "Bagi setiap orang yang masih ingin hidup, silakan maju ke depan, menginjak-injak Alkitab ini dan berbaris di belakang saya." Maka mulailah orang satu persatu, dimulai dari gembala, pekerja, dan jemaat maju dan menginjak-injak Alkitab itu.
Sampai tinggallah seorang gadis kecil berusia sembialn tahun, ia maju ke depan, berjongkok dan mengambil Alkitab itu. Sambil menangis ia membersihkan Alkitab itu. Komandan itu begitu terkesima melihat kejadian itu, lalu ia memberi perintah, "Tembak semua orang yang telah menginjak Alkitab ini, tetapi biarkan gadis kecil ini hidup". Maka tentara-tentaranya mulai menembaki semua orang yang menginjak-injak Alkitab itu. Gadis kecil itu telah menorehkan tinta emas dalam sejarah kekristenan di Korea Selatan.
Saat ini Korea Selatan menjadi negara pengirim misionaris terbesar keempat di dunia. Mereka mempunyai mimpi untuk melihat 100.000 mahasiswa Korea bangkit untuk berkomit membagi tantangan penginjilan dunia, dimana gerakan ini dikenal sebagai "Misi Mahasiswa 2000". Apakah yang menyebabkan semua ini? Apakah karena David Yonggi Cho dan teman-temannya yang jago berkotbah? Bukan, melainkan karena ada seorang gadis kecil yang berusia sembilan tahun yang tidak takut mati dan memberi diri habis-habisan buat Tuhan. Kita butuh orang yang tidak hitung-hitungan dengan Tuhan, orang yang berani berkata "Apapun harganya akan saya bayar, demi saya boleh melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan". Bangsa Indonesia butuh orang yang memberi diri bertindak bukan hanya memberi komentar. Mari, bersama-sama, siapkan hati dan kita jelang tahun penuaian 1999.
Visitors
