Hormatilah Ibumu ... Ayahmu juga yah ...!
Ketika itu Tuhan telah bekerja enam hari lamanya. Kini giliran diciptakan para Ibu. Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut: "Tuhan, banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan ibu ini ?" Dan Tuhan menjawab pelan; "Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan?
"Ibu ini harus waterproof (tahan air/cuci) tapi bukan dari plastik.
"Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tdk cepat capai.
"Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya.
"Memiliki kuping yang lebar untuk menampung keluhan.
"Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan kaki yang keseleo.
"Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah, ... dan ...
"Enam pasang tangan!!"
---Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya: "Enam pasang
tangan ...? tsk tsk tsk " ---
"Tentu saja !
Bukan tangan yang merepotkan saya, melainkan
tangan yang melayani sana sini, mengatur
segalanya menjadi lebih baik ..." balas Tuhan.
Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang
Ibu
"Bagaimana modelnya?" malaikat semakin heran. Tuhan mengangguk-angguk.
"Sepasang mata
yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya, 'Apa
yang sedang kau lakukan di dalam situ?', padahal
sepasang mata itu sudah
mengetahui jawabannya. Sepanjang mata kedua
sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya,
sehingga ia bisa melihat ke belakan tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang
sebenarnya tak boleh ia lihat dan pasang mata
ketiga untuk dapat menatap lembut seorang anak
yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa bicara! Mata itu harus
berkata: 'Saya mengerti
dan saya sayang padamu.' Meskipun tidak diucapkan
sepatah katapun.
"Ia harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit.
"Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan 1,5 ons daging.
"Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi......."
Akhirnya malaikat membalik-balikkan contoh Ibu dengan perlahan.
"Terlalu lunak," katanya memberi komentar
"Tetapi kuat!! " kata Tuhan bersemangat. "Tak akan kau bayangkan
betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul
dan derita."
"Apakah ia dapat berpikir?" Tanya malaikat lagi.
"Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi
gagasan, idea dan berkompromi," kata sang pencipta.
Akhirnya malaikat menyentuh sesuatu di pipi, "Eh, ada kebocoran di
sini"
"Itu bukan kebocoran," kata Tuhan. "Itu adalah air mata...
air mata kesenangan, air mata kesedihan,
air mata kekecewaan, air mata kesakitan,
air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata.... , air
mata..."
"Tuhan memang ahlinya ......" Malaikat berkata pelan.
PS: If you love you mom, send this to other person ....
Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara
berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.
Saat kau berumur 3 tahun, memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.
Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan
indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah.
Sebagai balasannya, kau berteriak, "NGGAK MAU!!"
Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola.
Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.
Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim.
Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.
Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus
pianomu.
Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.
Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang
tahun.
Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke
bioskop.
Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain.
Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang
dewasa.
Sebagai balasannya, kau tunggu dia sampai di keluar rumah.
Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong
rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.
Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya.
Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli
kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang
penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus
SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari
pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan
teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian
ini?"
Sebagai balasannya, kau jawab, "Ah Mama cerewet amat sih, mau tahu urusan orang!"
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa
depan.
Sebagai balasannya, kau katakan, "Aku tidak mau seperti Mama."
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan
tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furnitur untuk
rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furnitur itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa
depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, "Aduh, bagaimana Mama ini, kok bertanya seperti
itu?"
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat
bayimu.
Sebagai balasannya, kau katakan padanya, "Ma, sekarang jamannya sudah berbeda!"
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang
kerabat.
Sebagai balasannya, kau jawab, "Ma, saya sibuk sekali, nggak ada waktu".
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan
perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah
anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang.
Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
(Disarikan dari: Lessons of Life)
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI!
DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU!
Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Saya yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi saya memberitahu kepadanya, bahwa yang saya lihat dari bawah adalah benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu meyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, engkau akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas." Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, saya mendengar suara ibu memanggil, "anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu."
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet. Kemudian ibu berkata: "Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.
Sering selama bertahun-tahun, saya melihat ke atas dan bertanya kepada Bapa Sorgawiku;" Bapa, apa yang Engkau lakukan?" Ia menjawab: "Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?" Kemudian Bapa menjawab, "Anakku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini, satu saat nanti. Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11)
Keep on praying.
Beberapa tahun yang lalu, ketika ibu saya berkunjung, ia mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, dan saya bukanlah orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan tersebut.
Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan ibu saya mencoba gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya. Seiring hari yang berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi. Akhirnya, pada toko terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya, dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian, saya melihat bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah mencoba untuk mengikat talinya.
Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya. Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya. Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata saya yang mengalir keluar tanpa saya sadari. Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun tersebut.
Pakaian ini begitu indah, dan dia membelinya. Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya.
Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar ibu saya, mengambil tangannya, menciumnya dan, yang membuatnya terkejut, memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini.
Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan mata saya yang baru betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu. Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri.
Bev Hulsizer
Dunia ini memiliki banyak keajaiban,
Segala ciptaan Allah yang begitu agung;
Tetapi tak satu pun yang dapat menandingi
Keindahan tangan ibu