Cerita ini diketik oleh keponakanku dari Medan ketika dia berkunjung ke Jakarta.
Ada dua orang sahabat yang akrab sekali. Mereka adalah dua orang murid Tuhan Yesus yang penuh dengan Roh Kudus yaitu Petrus dan Yohanes.
Suatu hari mereka sedang berjalan-jalan menuju Bait Allah untuk sembahyang. Di dekat pintu gerbang Bait Allah ada seorang bapak yang lumpuh sejak lahir. Dia duduk dengan tangan menadah ke atas meminta belas kasihan kepada orang-orang yang lewat. Pakaiannya lusuh dan compang-camping.
"Pak! tolong berilah saya uang," demikian teriak orang lumpuh itu. Ada yang memberikan uang, tapi ada juga yang tidak mengacuhnya. Tibalah giliran orang lumpuh itu meminta sedekah kepada Petrus dan Yohanes. Mereka berhenti dan menatap orang yang lumpuh itu dengan penuh kasih.
"Lihatlah kepada kami!" kata Petrus. Lalu orang lumpuh itu menatap Petrus dan Yohanes dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka, Petrus dengan penuh Roh Kudus berkata
"Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi ada yang kupunyai, kuberikan kepadamu yaitu: Demi Nama Tuhan Yesus Kristus bangkit dan berjalanlah!"
Kemudian Petrus memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuasa Allah berlaku dan dinyatakan kepada orang itu. Karena senangnya, orang itu langsung berdiri dan melompat dengan penuh sukacita sambil memuji-muji Allah dan mengagumkan nama Tuhan.
Rupanya kejadian ini dengan cepat tersebar luas ke seluruh daerah itu. Apalagi orang lumpuh itu terus mengikuti Petrus dan Yohanes. Banyak orang kagum melihat hal itu, lalu mengerumuni mereka. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Petrus dan Yohanes, mereka berkhotbah dan bersaksi tentang Yesus.
Ketika mereka sedang berbicara kepada orang banyak, tiba-tiba mereka di datangi oleh imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang saduki. Orang-orang itu sangat marah kepada Petrus dan Yohanes, karena mengajarkam pengajaran yang lain daripada yang mereka ajarkan. Banyak orang yang mendengarkan ajaran mereka, percaya kepada Tuhan Yesus.
Lalu Petrus dan Yohanes ditangkap dan dimasukkan dalam penjara. Besoknya pemimpin-pemimpin Yahudi dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang, kemudian mereka diperiksa. Pemimpin Yahudi:
"Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu menyembuhkan orang lumpuh itu?"
"Orang ini bisa berjalan dan sehat oleh karena kuasa Yesus Kristus orang Nazaret yang telah kamu salibkan, tetapi telah dibangkitkan Allah dari diantara orang mati!" jawab Petrus dengan tegas. Petrus tidak takut, ia berkata dengan jujur dan penuh wibawa. Ia bereaksi kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dan pemimpin-pemimpin agama Yahudi.
Mereka terkejut melihat keberanian Petrus dan Yohanes. Akhirnya dua murid Yesus ini dilepaskan. Tetapi pemimpin-pemimpin Yahudi tidak puas mereka terus berusaha menyingkirkan Petrus dan Yohanes. Mereka takut kalau semua penduduk Yerusalem memihak kepada Petrus dan Yohanes.
Para pemimpin agama Yahudi berunding, lalu Petrus dan Yohanes di panggil kembali menghadap sidang. Petrus dan Yohanes semakin ditekan. Mereka di larang berbicara dan mengajar dalam nama Yesus. Petrus dan Yohanes menjawab mereka jujur dan tulus hati:
"Kami lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia, sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar. Kami melihat kebesaran Tuhan dan kasihNya yang telah menyelamatkan kami. Patutlah kami menceritakan ini semua agar orang lain juga merasakan seperti apa yang telah kami alami." Mendengar jawaban itu para pemimpin agama Yahudi dan ahli-ahli Taurat tidak bisa berbuat apa-apa sebab mereka melihat orang-orang banyak mengikuti Petrus dan Yohanes, apalagi orang lumpuh itu terus bersama-sama mereka. Akhirnya Petrus dan Yohanes di lepaskan, sebab mereka benar dan hidup jujur di hadapan Tuhan, Tuhan membela mereka dalam segala hal.
Liburan hampir tiba, seperti tahun-tahun lalu di gereja Rini selalu diadakan retreat atau camp buat anak-anak sekolah minggu. Biasanya diadakan di daerah puncak atau di luar kota.
Anak-anak Sekolah Minggu El Shaddai menyambut acara ini dengan sukacita. Apalagi ada acara perlombaan-perlombaan seperti kuis alkitab, vocal group dll.
"Anak-anak gereja kita diundang mengikuti retreat, di sana ada perlombaan vocal group. Minggu depan kita harus sudah latihan!" kata guru sekolah minggu.
"Asyik!!" serentak mereka berteriak.
"Lagunya apa bu!" tanya Budi.
"Minggu depan akan ibu beritahukan"jawab bu guru.
Setelah selesai sekolah minggu, Rini dan beberapa orang temannya tidak langsung pulang, mereka berunding membicarakan tentang vocal group itu.
"Teman-teman, kita harus latihan yang baik agar gereja kita menang," kata Rini.
"Iya, tahun lalu yang menang gereja Ebenhaezer, kita cuma juara harapan I," sambung Nona.
"Jangan putus asa, sekarang masih ada kesempatan, kata Budi."
"Oh iya aku ada saudara dari Ambon, dia lagi nginap di rumahku,
suaranya bagus dan tinggi."
"Tidak boleh ambil peserta dari luar Bud! Kan ada peraturan yang mengikuti perlombaan vocal group harus anggota gereja sendiri," kata Rini.
"Tapi mereka kan tidak tahu,jawab Budi.
"Bagus, sungguh ide yang menarik, sambung Teti.
Hari berjalan terus, tiba waktunya retreat. Anak-anak Sekolah Minggu El Shaddai kelihatan bersemangat membawa tempat pakaian besar-besar seperti mau pindahan.
Diperkirakan peserta retreat tahun ini 400 anak dari 8 gereja.
Di dalam retreat ini mereka mendapat firman Tuhan. Bahkan ada beberapa anak yang bertobat menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka. Hari yang terakhir, yaitu hari yang keempat, adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh setip peserta retreat, karena akan diadakan perlombaan vocal group antar gereja.
Setiap peserta mempersiapkan kelompoknya dengan baik, memakai seragam yang bagus dan rapi. Kelompok vocal group El Shaddai mempersiapkan diri dengan penuh keyakinan.Sebelum tampil, mereka latihan dulu lalu berdoa.
Pembawa acara siap membacakan peserta-peserta yang tampil.
"Peserta vocal group pertama adalah dari gereja Ebenhaezer!" mari kita dengar dan semua harap tenang." Setelah selesai kemudian pembawa acara membacakan peserta yang berikutnya.
Malam terakhir itu sungguh mendebarkan buat setiap peserta, karena pemenang-pemenangnya langsung di umumkan. Setiap peserta berdoa dan berharap agar kelompoknya yang menang. kemudian pembawa acara membacakan pemenangnya.
"Hasil keputusan juri, juara I kelompok El Shaddai." Semua peserta tepuk tangan, apalagi kelompok El Shaddai, mereka bersukacita sambil melompot-lompat kegirangan. Di tengah sorak-sorai para peserta, ada satu anak yang diam seribu bahasa yaitu Budi.
"Budi! Kok kamu kelihatannya enggak suka kemenangan kita ini. Semuanya bersukacita tapi kau cemberut, sedih dan tidak beri komentar," tanya Tony.
"Aku juga bingung kenapa tiba-tiba hatiku gelisah dan tidak enak. Rasanya damai hilang. Tiba-tiba aku diingatkan Roh Kudus, kita menang tapi tak jujur. Meskipun semua tidak tahu kejujuran kita, tapi Tuhan Yesus tahu," jawab Budi.
"Udah kau jangan mau di bingungkan oleh suara itu," kata temannya.
"Iya,tapi kalau keadaan hati ini begini terus,aku enggak tahan. Kurasa yang juara II dan III lebih berbahagia dibanding kita yang juara I tapi tidak jujur. Apa arti kemenangan kita kalau disertai kecurangan-kecurangan yang mengakibatkan hati tidak sejahtera," jawab Budi.
"Baiklah, sekarang apa yang mau kau lakukan?" tanya Riki.
"Aku akan menemui para juri dan mengatakan tentang kecurangan kita. Tapi sebelumnya aku menemui teman-teman dulu dan menjelaskan maksud ini," jawab Budi. Lalu Budi menemui teman-temannya dan menjelaskan semuanya. Puji Tuhan! rupanya teman-teman Budi mau mengerti dan menyetujui maksud Budi.
Lalu Budi menemui para juri dan menjelaskan kecurangan kelompoknya dengan mengikutsertakan orang luar. Para juri menghargai sikap jujur Budi mengakui kesalahan kelompoknya. Budi belajar memelihara suara Roh Kudus dan menaatiNya.
Yuyun tidak bisa tidur, dia membolak-balikkan badannya kemudian duduk di meja belajarnya. Dia masih teringat pada kata-kata yang ada di dalam lagu yang setiap hari terdengardari rumah tetangganya.
Setiap kali Yuyun berangkat ke sekolah, selalu dia berhenti sebentar untuk mendengarkan lagu itu.
Di sekolah diucapkannya kembali kata-kata dalam lagu itu. "Tuhan Yesus setia, Dia sahabat kita dalam segala susahku selalu menghiburku." Dia resapi kata-kata itu dan tak terasa air matanya mengalir.
Sepulang sekolah Yuyun mendatangi rumah itu dan dia disambut oleh seorang ibu.
"Selamat siang bu! saya Yuyun, tetangga ibu,rumah saya di ujung sana"katanya.
"Oh, ada perlu apa nak!" jawab ibu iru dengan ramah.
"Saya tertarik pada nyanyian yang sering saya dengar setiap pagi dari rumah ini. Waktu saya dengar hati saya terasa damai dan tenang"jawabnya.
Kami setiap pagi disini selalu mengadakan doa pagi, dari jam 5 sampai jam 6,"kata ibu itu.
"Bolehkah saya mengikutinya bu?" tanya yuyun.
"Oh, Tentu ibu senang sekali apalagi Tuhan Yesus. Tunggu sebentar, ibu berikan sesuatu untukmu." kemudian ibu itu masuk ke kamarnya. Lalu membawa sebuah alkitab.
"Terimalah buku ini! besok pagi ibu menunggumu di sini ya?"
"Terima kasih bu!" jawab Yuyun
Keesokan paginya sebelum berangkat ke sekolah Yuyun mampir ke rumah ibu yang ramah itu. Dan dia mengikuti kebaktian doa pagi. Yuyun merasakan sesuatu yang baru di dalam hidupnya. Selama ini dia tidak mengerti untuk apa dia hidup dan apa tujuan hidupnya. Tapi setelah beberapa bulan dia mengikuti doa pagi, dia baru menemukan arti hidupnya. Dia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, bertobat serta menerima Tuhan Yesus Sebagai Juruselamat Pribadinya.
Keluarga Yuyun belum mengenal Tuhan, Ibu,bapak dan saudara-saudaranya menyembah behala. Suatu hari ibunya sedang membersihkan kamar Yuyun, tiba-tiba ia kaget melihat sebuah Alkitab diatas meja belajar anaknya. Kemudian wajahnya berubah menjadi marah dan berkata dalam hati: "Hm rupanya anak ini sudah mulai ikut-ikutan tetangga sebelah." Tak lama kemudian terdengar langkah-langkah Yuyun pulang sekolah "Ibu... ibu," seperti biasa dia berseru memanggil ibunya dan ia langsung dimarahi oleh ibunya.
"Awas kalau kau pergi ke sana, siapa yang suruh kamu ikut-ikutan nyanyi dengan mereka seperti orang gila!"
Yuyun masuk ke kamar, dia menangis tersedu-sedu sampai tak terasa air matanya membasahi tempat tidurnya, kemudian ia berdoa: "Tuhan, kuatkanlah saya,berilah saya waktu-waktu yang tepat untuk beribadah kepadaMu." Tiba-tiba setelah berdoa Yuyun merasakan sesuatu kuasa yang mendorong dia untuk tidak jauh dari Tuhan. Semakin dilarang, Yuyun semakin dekat kepada Tuhan, dia mengadu dan berseru kepada Tuhan setiap malam.
Suatu hari Yuyun mengikuti acara KKR di gerejanya, sampai dia pulang kemalaman. Keluarganya menunggu-ngunggu dengan rasa marah yang tak tertahan. Ayahnya marah sampai menggerutu:
"Pasti dia pergi ke tempat orang-orang gila itu, awas dia kalau nanti pulang, biar tahu rasa!" Tiba-tiba terdengar suara pintu diketok, benar Yuyun sudah pulang.
"Bu tolong bukakan pintu!" kata Yuyun. Ayahnya sudah siap menyambut Yuyun dengan pukulan dari balok kayu. Begitu pintu dibuka, langsung ayahmemukul Yuyun, dengan cepat Yuyun menangkis pukulan itu dengan tangannya. Tapi malang bagi Yuyun, rupanya gelang monel yang dipakainya patah sehingga menusuk pergelangan tangan sampai tembus. Yuyun menangis menahan rasa sakit, dia ambil saputangan lalu diikat supaya darahnya tidak banyak keluar.
Yuyun merasa semua keluarganya tidak menerima dia. Yuyun terduduk di pojak pintu, Alkitabnya dipeluk sambil menangis tersedu-sedu.
"Kau tidak menghormati dewa yang selalu memberkati kita! kau sudah menghinanya, sekarang kau pergi dari sini, anak tidak tahu diri!" bentak ayahnya.
Dengan wajah yang lesu Yuyun berdiri sambil memegang tangannya yang berlumuran darah. Dia berjalan keluar tanpa membawa bekal apa-apa. Dia pergi ke rumah tempat ia selalu berdoa pagi. Di situ ia menceritakan segala masalahnya.
Besoknya Yuyun diajak ibu pendeta keluar kota, dia tinggal di sekolah Alkitab, dia melayani Tuhan dengan penuh semangat. Penderitaan yang dialami dulu menjadi jembatan untuk dia teguh di dalam mengikuti Tuhan. Dia diberkati, segala apa yang diperlukan diberikan Tuhan.
Allah memperhatikan umatnya yang setia kepadanya. Setia mengikuti Tuahn tidak gampang, banyak halangan tetapi Roh Kudus memberikan penghiburan dan kekuatan sehingga kita bisa setia sampai akhir. Tidak sis-sia kesetiaan Yuyun, dia perlu berkorban mempertahankan imannya kepada Tuhan. "Mataku tertuju kepada orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku (Mazmur 101:6).
Anak-anak kristus yang kekasih, saya ingin menceritakan kepada kalian tentang seseorang yang sangat istimewa! Ia sudah mengenalmu dan segala sesuatu tentangmu. Sebetulnya ia tinggal di rumahmu. Kalian tidak dapat melihat atau menjamah Dia, tetapi ia tetap ada di sana.
Tahukah tentang siapa saya berbicara? saya berbicara tentang Roh Kudus. Ada beberapa hal yang penting tentang Roh Kudus yang harus kalian ketahui.
Pertama, Ia adalah seorang Pribadi. Di dalam Yohanes 14:16 Yesus berkata: "Dan aku akan berdoa kepada Bapa, dan ia akan memberimu seorang Penolong yang lain sehingga Ia dapat menyertaimu senantiasa." Yesus menyebut Roh Kudus "DIA". Itu berarti Dia benar-benar seorang pribadi. Dia bukan hantu atau benda atau awan berkabut. Roh Kudus adalah seorang pribadi.
Kedua, Roh Kudus adalah Allah. Allah adalah tiga pribadi jadi satu. Ada Allah Bapa dan Yesus anak Allah dan Roh Kudus. Roh Kudus sama seperti Bapa dan Anak. Ia akan melakukan segala sesuatu yang dilakukan Tuhan Yesus.
I Yohanes 5:7 "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di sorga Bapa, Firman dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu.
Kadang-kadang Yesus disebut Firman Allah dan Roh Kudus disebut Rohulkudus. Roh Kudus tidak memiliki badan jasmani, sebetulnya Ia ada dimana-mana pada saat yang bersamaan. Jika kalian memanjat gunung yang tinggi, Roh Kudus ada di sana, jika kalian pergi ke dasar laut Ia ada di sana. Ia Maha Ada (ada dimana-mana pada saat yang bersamaan).
Sebelum Yesus menerima Roh Kudus, Ia tidak dapat melakukan mujizat ketika Ia berada di dunia. Ketika ia di babtis di sungai Yordan, Roh Kudus turun ke atas Yesus berupa burung Merpati. Yesus berkata kepada murudNya, agar menerima Roh Kudus sehingga mereka dapat menjadi saksi-saksinya yang berarti.
Roh Kudus menolong mereka berkata tentang keselamatan. Yesus berkata kepada para muridnya agar meneruskan pekerjaannya. Ia menyuruh mereka melakukan mujizat yang sama seperti yang telah Ia lakukan.
Yesus tahu bahwa murid-muridnya tidak akan pernah bisa melakukan mujizat dengan kekuatan mereka sendiri,oleh sebab itu, Allah mengirim Roh Penolong yaitu Roh Kudus untuk memenuhi murid-muridnya. Setelah murud-murid menerima Roh Kudus, mereka menjadi kuat dan berani dan mulai berkhotbah di mana-mana,dan mereka melakukan mujizat-mujizat yang sama seperti yang Yesus lakukan.
Kalian harus dipenuhi Roh Kudus, sekalipun kalian masih anak-anak.Kisah Para Rasul 2:39 mengatakan "Sebab bagi kamulah janji itu bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.
Roh Kudus mau menjadi penolong kalian untuk menjadi pemenang dalam segala keadaan. Mudah sekali menerima Roh Kudus dan kalau Ia datang untuk mengisi rohmu, kalian mulai mendapat kepenuhan Kuasa Allah. Kuasanya tidak terbatas, segala sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan, bagi Allah adalah mungkin, sehingga bagi kitapun segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin kita lakukan oleh pertolongan Kuasa Roh Kudus.
Di saat kalian susah, di saat kalian seorang diri,di saat kalian terjepitdan tidak ada jalan keluar, ada satu kuasa yang sanggup menolong kalian yaitu Kuasa Roh Kudus.
Hiduplah senantiasa di bawah pimpinan Roh Kudus, minta supaya Roh kudus menguasai hidup kalian sehari-hari dan lihat hasilnya pasti kalian akan menjadi saksi-saksi Allah di akhir zaman ini dan memenangkan banyak jiwa untuk Tuhan. Semua itu bisa terjadi karena pertolongan yang tidak terbatas yaitu Roh Kudus.
"Ellen,tolong jaga rumahdan jaga adik-adikmu! ibu dan bapak mau pergi ke rumah kakek,mungkin ibu pulangnya agak malam."
"Kalau ada apa-apa telepon saya ke rumah kakek," sambung ayah. Ellen senang kalau dia dianggap sudah besar bisa menjaga adik-adiknya. Dia mempunyai dua orang adik, yang pertama berumur 7 tahun bernama Brain dan yang kedua berumur 2 tahun bernama Devi. Ketika menjelang malam, terdengar angin bertiup dengan kencang dan bunyi halilintar sambung-menyambung. Dan akhirnya hujan turun dengan lebat. Timbul rasa taut dalam hati Ellen, melihat cuaca yang begitu menakutkan. Ellen berjalan menuju kamar Devi. Ia melihat adiknya tidur dengan nyenyak. Sebentar -sebentar terdengar bunyi petir dan kilat seolah-olah memecahkan kaca jendela. Kemudian ia kembali ke ruang tamu, ia melihat adiknya, Brain, sedang asyik bermain mobil kontrolnya. Ellen bingung melihat kedua adiknya,tampaknya mereka tenang-tenang saja.
"Kak kulihat sepertinya kakak ketakutan?"
"Ah tidak " Ellen berbohong, sebab dia malu pada adiknya.
"Pasti kakak takut"kata Brain sambil ia berdiri dari kursinya dan menghampiri Ellen.
Aku tidak takut, kakak tahu kenapa?" tanya Brain.
"Tidak, kenapa?" Ellen menarik nafas panjang.
"Sebab aku selalu setia ke gereja dan kesekolah minggu. Di sekolah minggu kami diajar untuk selalu percaya pada pertolongan Tuhan." Tiba-tiba mereka di kejutkan dengan berita di televisi bahwa akan ada banjir di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Penyiarnya juga memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana menghadapi bahaya banjir itu. Ellen semakin takut, Tetapi Brain berusaha menghiburnya. Sebuah kilat yang terang benderang menerangi jendela di ruang tamu itu. Bunyi guntur yang menggelegar menguncangkan rumah mereka. Lampu-lampu kelap-kelip,lalu mati. Rumahnya gelap gulita. Hujan lebat telah memutuskan listrik. Sekarang Ellen benar-benar takut. Ia meraba-raba mencari lilin dan korek api. Dengan hati-hati ia menyalakan lilin tersebut. Ellen melihat waktu sudah menunjukkan jam 9 malam.
Buummmmm!" ada bunyi guntur lagi, di ikuti suara sesuatu yang pecah Ellen terkejut. Tiba-tiba ada suara pintu diketuk dari luar, Ellen tidak berani membukaknya. Sebab ia sudah diajar untuk tidak membukakan pintu bagi orang yang tidak di kenal sebelum di tanya dulu.
"Siapa itu?"tanya Ellen dari dalam rumah.
"Mobilku rusak!"jawab seorang laki-laki.
"Bolehkah aku meminjam telepon?"
"Ada telepon umum di ujung jalan ini!" jawab Ellen. "Pergilah ke sana!" teriak Ellen
"Terima kasih atas pertolongannya!" dengan nada marah bapak itu langsung pergi. Hujan makin deras dan banjir mulai masuk ke halaman rumah, hati Ellen makin takut. Ellen mengangkat telepon,tiba-tiba Brain menyela.
"Mau telepon siapa kak?"
"Mau telepon ibu, supaya cepat pulang aku semakin lama semakin takut!"
"Kak kita belajar untuk berharap kepada Tuhan, bukankah kita punya Tuhan yang berkuasa menjaga kita, Kakak ingat kata Firman Tuhan "KALAU ALLAH DI PIHAK KITA SIAPAKAH LAWAN KITA"
"Tidak ada!" jawab Ellen.
"Mari kita berdoa supaya rasa takut kakak hilang. Tuhan tak pernah terlambat menolong kita kak," lanjut Brain. Kemudian kedua kakak beradik berdoa dengan sungguh-sungguh. Tiba-tiba bel berbunyi dan mereka berlari ke depan, ternyata ayah dan ibu datang.
"Bagaimana keadaan kalian,baik-baik saja?" tanya ibu.
"Baik Bu! Jawab Ellen. "Brain telah mengingatkan saya tentang pertolongan Tuhan."
"Heran ya bu, banjir itu sudah masuk ke halaman kita" kata Ellen.
"Memang pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat nak!"
(Ceritera ini benar terjadi dan diterbitkan dalam edisi 1894 "Touching Incidents And Remarkable Answer to Prayer". Suatu kejadian yang menyentuh hati pembaca dewasa maupun anak-anak. Jelas terlihat mengapa Tuhan Yesus mendorong murid-muridnya dengan perkataan: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaku dan jangan kamu menghalang-halanngi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah." Lukas 18:16)
Sebuah Kereta Api sedang berhenti di suatu stasiun, ketika hari menjelang sore. Seorang gadis kecil, berusia kira-kira delapan tahun dengan menyandang sebuah tas kecil di tangannya, masuk ke sebuah gerbang. Ia segera mencari tempat duduk yang kosong. Kemudian ia mulai memperhatikan wajah orang-orang dalam gerbong itu, tetapi rupanya tak ada yang ia kenal. Gadis itu kelihatan lelah sekali, dan ia mecoba memejamkan matanya untuk tidur dan tas yang ia bawa dijadikan bantal olehnya.
Tetapi tak lama kemudian kondektur datang untuk memungut karcis dan pembayarannya. Ketika ia melihat kondektur itu, ia bertanya apakah ia boleh berbaring di sana. Kondetur yang baik itu menjawab bahwa ia boleh berbaring, lalu dengan manis ia menanyakkan karcis anak perempuan. Anak itupun memjawab bahwa ia tidak mempunyai karcis. Terjadilah percakapan antara perempuan itu dengan kondektur itu.
"Mau kemana kau, nak?" tanya kondektur itu.
"Saya mau ke surga," jawab anak perempuan itu.
"Siapakah yang akan membayar karcismu?" tanya kondektur. Anak itu menjawab:
"Pak, apakah Kereta api ini menuju Surga, dan apakah Tuhan Yesus juga naik kereta api ini?"
"Saya rasa tidak." jawab kondektur itu. "Mengapa kau berpikir demikian?" lanjutnya
"Ya, sebelum ibu saya meninggal, ia suka menyanyikan sebuah lagu untuk saya tentang Kereta Api ke Surga, dan bapak kelihatan begitu baik dan lembut, sehingga saya pikir Kereta Api inilah yang dimaksud oleh ibuku. Ibu sering bernyanyi tentang Tuhan Yesus di Kereta Api ke Surga itu, dan bahwa Tuhan Yesus telah membayar harganya untuk semua orang, dan jugaa bahwa Kereta Api itu berhenti di setiap stasiun untuk membawa setiap orang-orang naik ke atasnya.Ibuku tidak lagi menyanyi untukku. Tak seorangpun menyanyi untukku sekarang, dan saya pikir sebaiknya saya naik Kereta Api ini dan pergi menemui ibuku. Pak, apakah bapak juga bernyanyi untuk anak gadis bapak tentang Kereta Api yang menuju Surga? Bapak tentu mempunyai seorang anak gadis kecil, bukan?" Dengan berlinangan air mata ia menjawab,
"Tidak, anakku, saya tidak punya anak gadis kecil sekarang. Dulu saya pernah punya seorang anak gadis kecil, tetapi beberapa waktu yang lalu ia meninggal dan pergi ke surga."
"Apakah ia naik Kereta Apiini, dan apakah bapak sekarang pergi menemuinya?" tanyanya. Mendengar itu, setiap orang dalam gerbong itu berdiri dan kebanyakkan dari mereka menangis. tak dapat diceritakan keadaan gerbong pada saat itu. Ada yang berkata, "Allah memberkati anak gadis kecil ini."
Ketika ia mendengar salah seorang penumpang mengatakan bahwa ia seorang malaikat, anak kecil itu dengan sungguh hati berkata:
"Ya, ibu saya suka mengatakan bahwa nanti pada suatu hari saya akan menjadi seorang malaikat." Sekali lagi anak gadis itu bertanya pada pak kondektur:
"Apakah bapak mengasihi Tuhan Yesus? Saya sih, mengasihi Tuhan Yesus, dan jika kita mengasihi Dia, Ia akan mengizinkan kita naik Kereta ApiNya menuju ke Surga. Saya mau pergi ke sana, dan saya ingin sekali bapak bisa pergi bersamaku ke sana. Saya tahu bahwa Tuhan Yesus akan menerima aku di Surga kalau aku sampai di sana, dan ia juga akan menerimamu, dan setiap orang yang mau naik Kereta ApiNya - ya, semua orang ini. Bukankah bapak ingin melihat Surga, dan Yesus dan anak gadis kecil bapak?" Kata-kata yang diucapkan begitu lugu itu menyebabkan banyak penumpang itu mencucurkan air mata, tetapi yang paling banyak mencucurkan air matanya adalah bapak kondektur itu. (Orang-orang yang sedang berada di atas Kereta Api menuju ke Surga pada saat itu bersorak kegirangan). Anak gadis kecil itu bertanya kepada bapak kondektur itu,
"Pak bolehkah saya berbaring di sini sampai kita tiba di Surga?"
"Ya, sayangku, ya." jawabnya.
"Maukah bapak membangunkan saya kalau kita sudah sampai di sana, supaya saya dapat bertemu ibuku, dan anak gadis kecilmu dan Tuhan Yesus sendiri?" tanyanya.
"Saya ingin sekali melihat mereka sekalian." Jawaban dari kondektur itu keluar dengan patah-patah, tetapi dalam kata-kata yang diucapkannya sangat lembut
"Ya, malaikat manis, ya, Allah memberkatimu."
Kata "Amin" diucapkan dengan tersisak oleh lebih dari selusin suara. Dengan memalingkan wajahnya sekali lagi ke arah kondektur itu, ia bertaanya lagi:
"Apakah yang akan ku katakan pada anak gadis kecilmu kalau aku bertemu dengannya lagi? Apakah akan kukatakan padanya bahwa aku telah bertemu dengan ayahnya di atas Kereta Api Tuhan Yesus? Begitukah?"
Kata-kata itu menyebabkan air mata kembali membanjiri orang-orang yang hadir dan kondektur itu duduk bersimpuh di samping anak gadis itu, sambil memeluknya, dan tak dapat menjawab sebab tertahan oleh tangisnya.
Bersambung